Sabtu, 09 Agustus 2014

Bayan Maghrib (alm) KH. Udzairon

Setiap manusia yang mau hidup tenang, damai, dan bahagia mereka harus mempunyai Iman yang benar. Menurut para ulama Iman itu ada rasanya, seperti gula yang rasanya manis dan garam yang rasanya asin. Kalau Iman ini tidak ada rasanya, ini berarti palsu Imannya. Nabi SAW bertanya kepada sahabat, “Bagaimana rasanya Iman kamu hari ini.” Lalu sahabat menjawab, “Saya dalam merasa betul-betul beriman ya Rasullullah.” Nabi SAW bertanya, “apa buktinya ?” Sahabat menjawab, “Saya merasa dunia ini sudah tidak ada artinya.” Sahabat ketika malam, mereka Tahajjud semalam suntuk, dan ketika siang dalam keadaan berpuasa. Sahabat tidur malam tidak yakin dapat hidup hingga pagi, bangun pagi tidak yakin bisa hidup sampai malam. Ketika melangkahkan kaki kanan rasanya tidak yakin masih bisa hidup ketika melangkahkan kaki kiri. Ketika mengucapkan salam ke kanan dalam sholat rasanya tidak yakin masih bisa memberi salam ke kiri. Inilah keimanan para sahabat, dan rasa dari Iman mereka.

Thalhah RA dipukulin oleh musuh hingga mengucapkan kata “Ah / Aduh“, Lalu Nabi SAW langsung menegurnya. Nabi SAW membuat pelurusan iman, beliau SAW bersabda mahfum, ”Andai kata kamu mengucapkan “Bismillah” ketika itu, maka kamu akan di angkat ke langit oleh Allah ta’ala dan akan diselamatkan dari orang kafir.” Inilah pendidikan keimanan yang diberikan oleh Nabi SAW kepada para sahabat. Nabi SAW ingin para sahabat ini dalam segala keadaan tawajjuh kepada Allah Ta’ala. Seperti Nabi Musa AS setiap ada masalah selalu menyelesaikan masalah dengan do’a, tawajjuh kepada Allah. Orang yang Ahlul Iman ciri-cirinya adalah selalu menyelesaikan masalah dengan do’a dan sholat. Beda dengan orang yang tidak beriman, mereka akan menyelesaikan masalahnya dengan asbab atau mahluk. Syekh Abdul Wahab selalu berkata belajar menyelesaikan masalah dengan sholat sampai sholat kita benar-benar menyelesaikan masalah. Cukup dengan sholat jika diterima ini sudah bisa menjadi asbab terselesaikan segala masalah. Jika setelah sholat kita masih ada rasa perlu menyelesaikan masalah dengan cara lain berarti yakin kita masih salah. Yakin yang benar cukup dengan sholat saja, tidak perlu yang lain, masalah dapat selesai. Asbab orang beriman untuk menyelesaikan masalah adalah amal, sedangkan yang bukan orang beriman asbab penyelesaian masalah adalah mahluk.

Semua manusia bisa percaya pada yang namanya keimanan, namun tidak semua dari mereka bisa merasakan apa itu Iman. Hari ini banyak manusia mati dalam keadaan tidak bisa merasakan Iman, ini di karenakan mereka tidak buat usaha atas Iman. Mati dalam keadaan rindu pada Allah hanya bagi yang bisa merasakan Iman. Sahabat bertanya kepada Hudzaifah RA dalam keadaan hampir meninggal, “Wahai Hudzaifah, apakah kamu menangis karena takut mati?” Hudzaifah RA menjawab, ”Tidak, aku menangis bukan karena takut mati. Aku sebenarnya mencintai mati, aku menangis karena khawatir, apakah aku mati dalam keadaan Allah Ta’ala ridha kepadaku atau tidak?” Seorang sahabat yang lain ketika menjelang ajalnya dia berkata kepada istrinya untuk tidak menangisinya karena kematiannya. Dia berkata hari kematiannya merupakan hari yang paling berbahagia baginya karena setelah mati dia akan berjumpa dengan orang yang dicintainya yaitu Allah, Rasul, dan para sahabat yang telah mendahuluinya. Sahabat bisa merasakan manisnya Iman sehingga mereka mencintai mati. Sahabat beranggapan hanya dengan kematian mereka dapat bertemu dengan yang mereka cintai yaitu Allah dan RasulNya. Saad RA pernah mengirim surat kepada panglima Persia yaitu Jendral Rustum, yang isinya, “Aku akan mengirimkan pasukan yang mencintai mati sebagaimana kalian mencintai arak.”

Hari ini setiap manusia hidup dalam ketakutan sehingga dia mati-matian usaha untuk menghilangkan rasa takutnya. Hari ini apa yang paling di takutkan manusia yaitu takut miskin dan takut susah. Sehingga asbab ketakutan ini, mereka mati-matian mengumpulkan harta. Padahal untuk menghilangkan rasa takut ini mudah saja, tidak perlu kerja mati-matian kerja, tidak perlu uang yang banyak, cukup dengan agama saja. Agama ini adalah solusi bagi seluruh rasa takut manusia. Dengan agama nanti Allah akan ganti rasa takut miskin dan rasa takut susah dengan rasa kaya dan rasa tenangnya penghuni Surga di dunia. Apa itu rasa cukup dan tenangnya penghuni surga, yaitu ketika Allah bertanya kepada mereka di surga, “Apa lagi yang kalian mau ?” maka para penghuni surga akan bingung mau apa lagi karena mereka sudah merasa mendapatkan semua yang mereka mau, sudah merasa cukup. Begitu pula dengan orang beriman yang telah Allah masukkan rasa cukup dan tenang kedalam hati mereka maka mereka akan bingung mau apa lagi. Lalu diakherat dia akan Allah jadikan orang yang kaya dan berkuasa. Allah akan buatkan istana untuknya, yang di dalam istana ini terdapat lagi 70 puluh istana, dan setiap istana mempunyai 70 kamar. Semuanya qualitas satu, dari wanita-wanitanya, makanan-makananya, pelayan-pelayannya, sampai pada  kebendaannya. Dengan Agama, Allah jadikan kita manusia yang kaya di dunia dan akherat, tidak perlu susah-susah seperti di dunia.
Hari ini manusia takut sakit, sehingga mereka menggantungkan hidupnya pada seorang dokter. Padahal dokter-dokterpun kini pada sakit. Mau sehat cukup amal kan Agama, di dunia akan Allah kasih kesehatan. Suatu ketika seorang tabib keliling madinah dalam keadaan bingung, karena tidak satupun orang ada yang sakit. Nabi SAW berkata mahfum kepada dokter itu, “ini dikarenakan mereka mengamalkan sunnahku, mereka makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang.” Lalu nanti di akherat Allah akan berikan kita Kesehatan yang luar biasa. Badan seperti Adam AS setinggi 30 meter, kekuatan seperti Musa AS, suara seperti Daud AS, wajah seperti Yusuf AS, dan umur seperti Isa AS.

Jadi Agama ini adalah solusi bagi seluruh rasa ketakutan dan masalah manusia. Untuk dapat mengamalkan agama ini perlu yang namanya Iman. Maulana Saad berkata, “Bagaimana Iman dan Agama bisa wujud dalam diri kita jika waktu kita sebagian besar masih digunakan untuk Dunia. Sementara waktu untuk agama hanya 2.5 Jam.” Orang memberi alasan tidak bisa mengamalkan agama karena keadaan dan lingkungan. Alasan-alasan ini tidak akan diterima di pengadilan Allah nanti. Seperti kisah :
  1. Ada orang kaya mengadu pada Allah tidak bisa mengamalkan agama dengan alasan karena disibukkan oleh kekayaannya. Lalu Allah berkata, “HambaKu Sulaiman AS lebih kaya dan lebih sibuk dari kamu, tetapi kekayaan dan kesibukkannya tidak membuat dia lalai dari perintahKu.”
  2. Ada orang sakit yang mengadu pada Allah tidak dapat mengamalkan agama dengan alasan karena kesehatannya tidak memungkinkan. Lalu Allah berkata, “HambaKu Nabi Ayub AS lebih sakit darimu dan lebih parah penyakitnya dibandingkan dirimu tetapi penyakitnya tidak melalaikannya dari mengingatKu.”
  3. Ada orang yang semasa hidupnya menjadi budak (bahasa modernnya pembantu atau karyawan ) mengadu kepada Allah tidak dapat mengamalkan agama karena tidak bebas melakukan sesuatu. Lalu Allah berfirman, “Hambaku Yusuf AS juga pernah menjadi budak, namun keadaannya tidak melalaikan dia dari beribadah kepadaKu.”
  4. Ada orang yang mengadu kepada Allah tidak dapat mengamalkan agama dengan alasan karena kemiskinannya. Lalu Allah Ta’ala berfirman, “Hambaku Isa AS lebih miskin darimu dan lebih susah kehidupannya, tetapi kemiskinan dan kesusahan yang dialaminya tidak melalaikannya dari beribadah kepadaKu.”
Sehingga nanti orang-orang yang memberikan alasan-alasan ini semuanya akan Allah seret kedalam Neraka Jahannam. Di pengadilan Allah nanti semua orang akan Allah hisab dengan keras dan cepat. Allah akan tanya mereka seperti :
  1. Kemana engkau habiskan waktumu atau umurmu ?
  2. Kemana engkau habiskan masa mudamu dan untuk apa ?
  3. Dari mana asal hartamu dan digunakan untuk apa ?
  4. Dari mana didapat ilmumu dan bagaimana pengamalannya ?
Disini Allah tidak menginginkan alasan tetapi yang Allah inginkan adalah jawaban. Tidak ada satupun alasan yang akan diterima oleh Allah. Manusia yang tidak menghabiskan waktunya untuk Allah pasti telah menghabiskan waktunya untuk selain Allah. Orang-orang yang menghabiskan waktunya atau umurnya dengan ketaatan atau amal-amal Agama maka mereka akan mudah melewati hisab. Begitu juga masa muda kita, ketika masih kuat dan sehat kemana kita telah habiskan kekuatan dan kesehatan kita dan untuk apa. Salah satu pemuda yang Allah sukai adalah pemuda yang senantiasa hatinya terpaut pada mesjidnya Allah Ta’ala. Lalu mengenai harta, harta yang di dapati dengan cara haram ini akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah. Allah akan hisab semuanya dari hasil yang dengan didapat dengan jalan haram seperti mencuri, korupsi, menipu, sampai hasil yang didapat dengan cara halal sesuai dengan perintah Allah dan sunnah Nabi SAW. Mereka yang di zalimi akan mendapatkan bagian atau atau hak atas diri kita dan amal-amal kita. Allah juga akan menghisab seluruh harta yang digunakan bukan untuk agama Allah atau menjalankan perintah Allah.

Jadi jangan sampai tertipu dengan harta seseorang, itu hanya ujian dan titipan dari Allah. Orang yang paling kaya di dunia maka dia akan menjadi orang yang paling sibuk menjawab pertanyaan Allah mengenai hartanya didapat dari mana dan kemana ia habiskan. Begitu juga mengenai Ilmu agama, Allah akan menanyakan kebenaran ilmu itu, dan didapat dari mana. Amal yang tidak disertai Ilmu tidak akan diterima oleh Allah, dan Ilmu yang tidak menambah ketakwaan orang yang berilmu akan mendatangkan Murka Allah. Ilmu yang tidak diamalkan menjadi mubazir dan bisa menjadi asbab kita bertemu dengan Allah dalam keadaan Allah murka kepada kita. Allah berfirman mahfum, “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” Di akherat tidak akan diterima alasan, “Saya tidak tahu Perintahnya ?” masalahnya kenapa kita tidak cari tau.

Inti dari pengadilan Allah ini letaknya adalah dalam pengamalan Agama. Orang yang sudah biasa mengamalkan agama secara sempurna ketika hidup maka dia akan melewati Hisab dengan mudah. Kehidupan yang sukses di dunia adalah kehidupan yang dapat membawa kita masuk ke dalam surganya Allah Ta’ala. Seperti apa kehidupan yang sukses itu, yaitu kehidupan yang penuh dengan amal agama. Untuk membuat suasana kehidupan yang penuh amal agama di perlukan kerja Dakwah. Dengan Dakwah Iman akan naik, suasana amal akan wujud, akhlaq manusia akan baik, manusia akan berbondong-bondong masuk Islam, dan pertolongan Allah akan datang.

Pahala umat akhir zaman ini 50 kali derajatnya lebih tinggi dari para sahabat. Rasullullah SAW pernah bersabda mahfum, “Sungguh beruntung, beruntung, beruntung, orang yang pernah melihatku tetapi ia mau beriman kepadaku. Namun sungguh lebih beruntung (Nabi SAW menyebutnya hingga 7 kali) lagi, orang yang tidak pernah melihatku tetapi ia mau beriman kepadaku.” Dalam hadits lain Nabi SAW berkata, “Aku rindu pada kekasih-kekasihku.” Lalu sahabat bertanya, “Bukankah kami ini adalah kekasih-kekasihmu, ya Rasullullah SAW.” Nabi SAW menjawab, “Kalian adalah sahabatku, kekasihku adalah mereka yang tidak pernah bertemu denganku, tetapi mereka mengimani aku.” Nabi SAW bertanya kepada sahabat, “Iman siapakah yang paling Afdhol / utama ?” para Sahabat menajawab :
  1. “Imannya para Malaikat.” Nabi SAW menjawab, “Bagaimana Iman para malaikat bisa dibilang afdhol sedangkan mereka dapat melihat dan mendengar Allah langsung.”
  2. Lalu para sahabat menjawab lagi, “Imannya para Nabi.” Nabi SAW menjawab, “Bagaimana Imannya para Nabi bisa dibilang Afdol sedangkan Allah telah memberi mereka wahyu.”
  3. Lalu para sahabat menjawab lagi, “Imannya para sahabat.” Nabi SAW menjawab, “Bagaimana Iman mereka (para sahabat) bisa dibilang afdhol sedangkan mereka pernah berjumpa denganku dan pernah melihat mukjizat-mukjizatku.”
  4. Lalu para sahabat bertanya, “Iman siapakah yang afdhol kalau begitu ya Nabiullah.” Nabi SAW menjawab, “Yaitu mereka yang tidak bertemu dengan Allah,  tidak pernah menjumpaiku, dan tidak pernah melihat mukjizat-mukjizatku tetapi mereka mau beriman kepadaku.”
Nabi SAW menganggap kita lebih beruntung dari sahabat, iman kita dinyatakan sebagai iman yang paling afdhol, dan kita ini dipanggil sebagai kekasihnya Nabi SAW. Tetapi hari ini amal perbuatan kita tidak mencerminkan orang pantas dibilang sebagai kekasih Nabi SAW, atau orang yang beruntung, atau orang yang mempunyai iman yang afdol. Karena kehidupan kita hari lebih banyak mencerimankan kehidupan musuh-musuh Nabi SAW. Untuk perkara ini perlu kita buat kerja dakwah.

Allah telah berikan kepada umat ini 3 jabatan :
1.     Khalifatullah                           :           Pemimpin Allah di muka bumi
2.     Na’ib Nabi SAW                      :            Penerus Nabi SAW
3.     Warisul Kitab                          :           Pewaris Kitab / Mandat

Allah telah wariskan dunia ini kepada orang beriman sebagai wakil Allah dimuka bumi. Bagaimana caranya menjadi wakil Allah ini ? caranya sudah Allah terangkan di dalam Al Qur’an dan di contohkan oleh Nabi SAW. Kita ini adalah wakil dan petugas-petugas Allah di muka bumi. Maka kita harus bertindak dan berlaku seperti petugas. Makan seperti petugas, tidur seperti petugas, pakaian seperti layaknya seorang petugas, kerja seperti seorang petugas, dan hidup seperti seorang petugas.

Syekh Abdul Wahab, Amir Pakistan, berkata, “Kita harus tingkatkan niat kita dari seorang da’i menjadi seorang Na’ib atau penerus Nabi.” Seseorang jika dia bisa mengajak satu orang untuk taat kepada Allah sudah bisa dibilang sebagai da’i. Tetapi yang kita perlukan adalah bukan hanya da’i tetapi Na’ib atau penerus Nabi. Kita ini penerus dakwah nabi, penerus jaulah nabi, penerus taklim nabi, penerus musyawarah nabi, penerus sholat nabi SAW, dan lain-lain. Sehingga nanti ketika kita niat untuk meneruskan sholatnya Nabi, maka Allah akan sempurnakan sholat kita seperti sholatnya Nabi SAW. Dari derajat sholatnya, kekhusyuan sholatnya, tertib sholatnya, dan lain-lain. Niatkan diri kita tinggi-tinggi karena nanti Allah akan bangkitkan kita seperti apa yang kita niatkan. Seseorang niat untuk menjadi hafidz namun belum selesai jadi hafidz dia sudah meninggal, maka nanti Allah akan bangkitkan dia bersama para hafidz. Jika kita niat untuk memahami Qur’an dan niat menyebarkan keseluruh manusia, maka nanti Allah akan buat kita faham Al Qur’an dan menyebarkannya keseluruh alam. Dalam mahfum hadits Allah berfirman, “Aku ini seperti prasangkaan hambaku terhadapku…” Jika kita niat untuk menjadi penerus nabi maka nanti Allah akan sempurnakan niat kita. Allah akan sempurnakan amal seseorang tergantung dari apa yang dia niatkan.

Allah telah berikan umat ini kitab yang utama yang menjadi penutup kitab-kitab terdahulu. Al Quran ini isinya adalah seluruh perintah Allah kepada umat ini sebagai pewaris kitab. Qur’an ini adalah mandat dari Allah kepada orang beriman untuk di pelajari, di pahami, dan di sampaikan kepada seluruh manusia sebagai panduan hidup. Dengan Qur’an ini Allah akan buat hati manusia ini tenang dan bercahaya. Qur’an ini juga akan menjadi saksi buat kita terhadap kesalahan-kesalahan umat terdahulu.

Untuk dapat menyampaikan mandat ini kepada seluruh manusia ini diperlukan kerja dakwah. Allah telah angkat derajat umat ini dengan kerja Dakwah. Allah panggil kita dengan, “Choiru Ummah”, sebaik-baiknya ummat, karena diberikan tanggung jawab Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Namun amal yang telah mengangkat derajat umat ini malah kita tinggalkan. Jika kita ke pasar tidak ada niat untuk dakwah atau minimal benci dalam hati, maka seluruh dosa orang di pasar akan kita tanggung dengan sempurna walaupun kita tidak melakukannya. Jika kita melihat rumah ibadah agama  lain lalu kita ucapkan “La Illaha Illallah La Ma’buda Illallah”, maka Allah akan catat  sebagai niat memberantas seluruh kejahatan dan kemusyirikan dimuka bumi. Penting kita masuk pasar baca do’a dan niat mau dakwah.

Nabi SAW di angkat ke langit setelah melalui Mujahaddah yang tinggi, Allah buka seluruh hijab antara Dia SWT dan Nabi SAW, tidak ada lagi pembatas. Hakekat Iman akan datang setelah kita melewati Mujahaddah dalam mengamalkan agama. Sahabat mengadu kepada Nabi SAW bahwa dia telah disiksa dan diperlakukan buruk oleh orang kafir, namun dia tidak pernah membalas, bahkan mendo’akan kebaikan untuk orang yang menyiksanya. Nabi SAW berkata mahfum, “Jika kamu terus berbuat itu, maka Allah akan kirim malaikat untuk bantu kita.” Orang buat salah lalu kita maafkan, maka ini adalah kesempatan masuk surga tanpa hisab. Seorang sahabat sudah dibilang sebagai penghuni surga karena amalannya sebelum tidur dia selalu memaafkan semua kesalahan orang yang mendzalimi dia.

Untuk dapat mengamalkan agama ini diperlukan keikhlasan. Orang yang mengamalkan agama tanpa keikhlasan ini seperti orang yang membawa koper berisi batu. Orang yang membawa koper ini akan terlihat seperti orang yang banyak uang, bawa koper kemana-mana. Padahal setelah di buka isinya batu, mau beli apa-apa tidak laku. Inilah orang yang mengamalkan agama tetapi tidak ada keikhlasan.

Lakukan dakwah dengan sifat Nabi SAW :

1. Sifat Sabar Nabi SAW :
Setelah Nabi SAW di tolak dakwahnya oleh orang Thaoif, Nabi SAW dihina-hina mereka, bahkan di timpuki hingga puluhan kilometer sampai keluar kota.. Namun bagaimana nabi mendo’akannya kepada Allah, “Ya Allah jangan engkau hukum umatku, ini disebabkan karena  mereka tidak tahu. Ini adalah salahku karena kelemahanku dalam menyampaikan. Semoga suatu saat nanti keturunan mereka dapat memeluk agamaMu.” Inilah Akhlaq, Iqrom, Nabi SAW setelah disakiti oleh orang yang mendzoliminya.

2. Ikhlas Nabi SAW :
Nabi SAW berdo’a setelah ditimpuki dari Thoif : “Ya Allah biarkan yang lain marah kepadaku, asalkan Engkau tidak marah kepadaku, maka jika yang lain marah kepadaku tidak apa-apa (Tidak ada masalah).” Inilah keikhlasan Nabi SAW dalam berdakwah.
Manusia ini karena terbuat dari tanah sehingga mempunyai sifat yang berubah-ubah seperti tanah. Tanah ini jika kena panas dia akan kering, jika kena hujan dia akan menjadi lembek dan basah. Inilah sifat tanah selalu berubah-ubah berdasarkan keadaan. Manusia hari ini begitu imannya, masih suka terpengaruh dan berubah-ubah oleh suasana dan keadaan.
Maulana Ilyas bilang :
“Benteng terbesar bagi orang beriman ini adalah Dakwah. Hidupkan suasana dakwah maka Iman ini akan terjaga.”

Dakwah ini jika benar dilaksanakan dan tertib maka musuh bisa menjadi kawan. Sedangkan dakwah yang tidak dilaksanakan dengan benar bisa membuat kawan menjadi musuh. Jika Iman dan Amal ini benar dikerjakan maka tambah hari tammbah rindu sama yang namanya mati dan akherat. Tanda Dakwah ini benar semakin hari semakin sayang kepada umat. Nabi SAW sangking sayangnya kepada umat melihat orang meninggal tanpa iman rasanya mau hancur hati jadinya. Bagaimana risau dan fikir nabi SAW bisa masuk ke dalam diri kita ini perlu usaha, latihan, dan pengorbanan. Tujuan keluar ini adalah latihan agar risau nabi bisa menjadi risau kita, fikir nabi bisa menjadi fikir kita, kerja nabi bisa menjadi kerja kita, dan kesedihan nabi bisa menjadi kesedihan kita. Orang yang keluar terus di jalan Allah tidak mau buat Maqomi maka akan timbul sifat sombong. Tetapi orang yang hanya mengerjakan Maqomi saja dan tidak mau keluar di jalan Allah, tidak akan bisa lari dari sifat syirik. Namun jika orang tersebut keluar juga dan Maqomi juga maka akan lahir sifat Tawakkal.

Sudah menjadi ketentuan Allah siapa saja yang mau menjadi hafidz qur’an, maka langkah pertama yang dia harus lakukan adalah menyediakan waktu untuk membaca dan menghafal qur’an. Seseorang jika ingin menjadi petani maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyediakan waktu untuk bertani. Begitu juga dengan pedagang, pengusaha, dan lain-lain. Maka jika kita ingin menjadi penerus Nabi SAW, penting kita siapkan waktu untuk meneruskan kerja Nabi SAW. ***

Bayan (alm) KH. Udzairon : Yakin dan Akhlaq dalam Dakwah

Syuro Indonesia : Jawa Timur, Madiun.
Bayan Maghrib
Asskm Wr Wb,
Setiap kerja ada Modalnya, dan Modal dari usaha agama ini adalah keyakinan yang shahih, yaitu :
  1. Keyakinan yang shahih kepada Allah Swt
  2. Keyakinan yang shahih kepada Rasullullah Saw
  3. Keyakinan yang shahih kepada Kitabullah
  4. Keyakinan yang shahih kepada adanya para Malaikat
  5. Keyakinan yang shahih kepada Negeri Akherat yang abadi
  6. Keyakinan yang shahih kepada Keputusan Allah ( Qadha dan Qadhar )
Rasullullah Saw memegang janggutnya, lalu berkata :
“Aku beriman dengan Taqdir Allah atau ketentuan Allah, baik ketentuan yang baik dan yang buruk, baik ketentuan yang manis maupun yang pahit. Semuanya adalah dari Allah Swt.”

Seluruh para Nabi dan Rasul, yang ditugaskan untuk usahakan agama, maka semuanya dibekali dengan keyakinan. Nabi Musa AS diutus untuk dakwah ke Mesir oleh Allah Swt, mendapati medan yang begitu berat yaitu menghadapi penguasa lalim Fir’aun Laknatullah Alaih. Firaun saat itu adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan, mempunyai kerajaan, mempunyai tahta, mempunyai tentara, mempunyai harta, dan segala macam asbab. Sementara Nabi Musa AS diutus Allah Swt untuk buat usaha atas agama di mesir tidak dimodali asbab apapun. Nabi Musa AS dalam menghadapi Firaun hanya membawa baju yang terpakai dan tongkat saja. Bajunya juga baju yang lama, yang dia pakai sehari-hari, dan tongkatnya juga yang lama, yang dipakai untuk mengembala kambing dan untuk bersandar. Jadi tidak ada hal-hal baru secara meteri atau dzohir dari diri Nabi Musa AS, yang baru hanya keyakinan dalam hati saja. Allah Swt telah tanamkan keyakinan dalam diri Musa AS, keyakinan akan Qudratullah :

“Innani annalloha la illaha illa ana, fa’budni, wa akimisholata lidzikri”
Artinya : “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan yang patut disembah selain Aku…”
Maksudnya apa :
  1. Tidak ada yang perlu ditakuti dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
  2. Tidak ada yang patut dicintai dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
  3. Tidak ada yang perlu diagungkan dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt
  4. Tidak ada yang perlu di tunduki dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt.
  5. Tidak ada yang perlu diharapkan dengan sebenar-benarnya selain Allah Swt.
Inilah pembakalan yang diberikan kepada Musa AS oleh Allah Swt yaitu mengenal Allah Swt. Setelah mengenal Allah Swt, maka berikutnya Musa AS diberikan jalan untuk berhubungan dengan Allah Swt yaitu dengan sholat.

Begitu juga dengan Nabi Saw yang di utus keseluruh alam oleh Allah Swt, juga tidak dibekali dengan kebendaan ataupun asbab-asbab dzohir apapun. Ketika beliau masih kecil, Allah Swt telah kirim Jibril AS untuk membedah dada Nabi SAW, mengambil daripada Hati Nabi SAW untuk dicuci dengan air zamzam. Kemudian Jibril AS membawa suatu wadah yang berisikan Iman dan Hikmah untuk dimasukkan kedalam hati Nabi Saw. Begitu juga ketika Nabi Saw hendak menjadi Nabi, maka kejadian yang sama terulang kembali, dada nabi Saw dibedah kembali untuk di ambil hatinya dibersihkan kembali dan di isi dengan Iman dan Hikmah. Kejadian ini menurut ulama berulang sampai 3 kali :
  1. Ketika masih kecil / anak-anak
  2. Ketika remaja menjelang menjadi Nabi
  3. Ketika hendak Isra’ Mi’raj
Nabi Saw tidak diberikan benda-benda atau materi-materi keduniaan, tetapi diberikan Iman dan Hikmah. Kitapun juga seperti itu, bahwa keyakinan yang betul terhadap Allah Swt merupakan modal terpenting dalam usaha agama ini :
  1. “Allahu kholiku kulli syai”                      :               Allah pencipta segala sesuatu
  2. “Allahu al qodir ala kulli syai”               :               Allah berkuasa atas segala sesuatu
  3. “Allahu al alim bikulli syai”                    :               Allah yang mengetahui segala sesuatu
Apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi :

“Innama amruhu Idza arroda syai’an an yakullu kun fa yakun” : “Jika Allah menghendaki menciptakan sesuatu maka Allah hany berfirman : “Kun” maka akan terjadi”

Allah Swt menciptakan yang besar dan yang kecil dengan cara yang sama, begitu juga dengan surga dan neraka, dunia dan akherat, hanya dengan kata-kata : “Kun” – “Jadilah”, maka langsung terjadi. Perkara besar dan perkara kecil disisi Allah sama saja, diciptakan dengan “Kun” maka langsung jadi. Di hadapan Allah Swt ini seorang Raja dengan seekor nyamuk ini sama saja. Kalau Allah menghendaki bisa saja Raja membunuh nyamuk, jika Allah menghendaki bisa saja nyamuk membunuh raja. Semuanya menurut Kehendak Allah Swt saja.

“Allahu lima yurid” : “Allah bertindak menurut apa yang dia mau, berbuat apa saja yang Allah mau, tanpa ada bantuan apapun dan siapapun.”
Allah Swt :
  1. Dialah yang meninggikan langit tanpa tiang
  2. Dialah yang menjalankan Matahari tanpa alat
Semuanya hanya dengan “Kun” Fayakun. Allah Swt tidak perlu bantuan apa saja dan siapa saja. Apaq yang dikehendaki Allah akan terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak mungkin terjadi. Mahluk tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah Swt termasuk denyut-denyut jantung manusia ada dalam genggaman Allah Swt.

“Wama tasya una illa ayasha Allah” : Kamu semua tidak bisa berkehendak kecuali dengan kehendak Allah.
Dialah Allah Swt :
  1. Al Muhyi yang menghidupkan, Dia lah Allah Swt adalah Al Mumit yang mematikan.
  2. Ar Rofiq yang meninggikan, Al Khofiq yang merendahkan
  3. Dialah Allah yang membikin orang tertawa, Dialah Allah yang membikin orang menangis
  4. Dialah Allah yang membikin orang benci, dan Dialah Allah yang membikin orang cinta
Bagaimana bencinya Firaun kepada Musa AS, Nabi Musa AS belum lahir tapi Firaun sudah benci. Saking bencinya kepada Nabi Musa AS, Firaun menggerakkan pasukan-pasukan untuk mencari Musa AS yang masih bayi sampai membunuh 70.000 bayi setiap tahunnya. Anehnya setelah bayi Musa AS ada di depan mata, bukannya dibunuh, tapi mindset Firaun berubah, malah memeliharanya. Mendadak pemikiran Firaun ini berubah, programnya berubah yang dari ingin membunuhnya, malah Nabi Musa AS diangkat menjadi anaknya, dipelihara oleh Firaun. Jadi pada Hakekatnya yang punya program hanya Allah Swt.

Allah Swt yang Maha Kuat, mahluk tidak mempunyai kekuatan apa-apa :
  1. Indonesia tidak kuat, yang kuat itu adalah yang menciptakan Indonesia
  2. Amerika tidak kuat, yang kuat itu adalah yang menciptakan Amerika
  3. China itu tidak kaya, yang kaya itu yang menciptakan negeri China
  4. Jepang itu tidak pandai, yang pandai itu adalah yang menciptakan orang-orang jepang
“La illaha illallah”
Maka yang diharap hanya Allah, kalau kita punya harapan kepada selain Allah ini namanya tidak adab kepada Allah Swt. Bukankah Allah itu Maha Kaya dan Maha Kuasa, padahal Allah Swt sudah menyuruh kita minta kepada Nya,kok mintanya atau berharapnya kepada selain Allah, ini namanya tidak punya adab. Bagaiamana seorang anak punya orang tua yang sayang pada dia dan kaya raya, tetapi si anak ini malah minta-minta, mengemis, kepada tetangganya yang miskin lagi. Maka marahlah si orang tua : “Anak kurang ajar (dijewer si anak), kamu ini bukannya minta padaku malah minta pada orang lain, bukankah ayahmu ini banyak uang dan sayang padamu, kenapa malah minta ke tetangga yang miskin. Bikin malu orang tua saja !” Maka orang tua yang mendapatkan anaknya berlaku demikian akan marah kepada si anak karena mengemis-ngemis kepada orang lain dibanding meminta kepada orang tuanya. Jadi seorang hamba yang meminta kepada selain Allah Swt ini merupakan kesalahan yang besar. Tetapi kebanyakan manusia tidak menganggap ini suatu kesalahan.

Begitu juga dengan rasa takut kepada selain Allah Swt, ini juga merupakan kesalahan yang besar, padahal selain Allah ini tidak bisa berbuat apa-apa, tanpa kehendak Allah Swt. Seseorang tahu bahwa dia dilihat oleh Allah Swt, di dengar oleh Allah Swt, tapi takutnya malah kepada selain Allah, ini namanya tidak punya akhlaq kepada Allah Swt. Jadi jangan menggantungkan harapan kepada selain Allah, jangan kita takuti selain Allah, berharap dan takut hanya kepada Allah saja, inilah sikapnya orang beriman. Malu jika berharap kepada selain Allah, malu kalau sampai takut kepada selian Allah. Syaidina Abdullah Ibnu Umar RA ketika memegang kepala singa berkata : “Saya malu kalau saya takut kepada selain Allah.” Maka kita luruskan keyakinan kita kepada Allah, sehingga kita senantiasa dalam setiap keadaan dapat tawajjuh kepada Allah Swt. Kerja Dakwah ini sangat berhajat kepada ketawajuhan kita terhadap Allah Swt. Semua kerja perlu tawajjuh kepada Allah Swt karena kita ini tidak dapat melakukan apa-apa tanpa pertolongan Allah Swt. Da’i ini hakekatnya kata masyeikh kita wajahnya menghadap mahluk, tapi hatinya hanya menghadap kepada Allah Swt. Da’i ini dzohirnya mengetuk pintu-pintu rumah, tapi hakekatnya sedang mengetuk-ngetuk pintu hidayah Allah Swt.

Ketika Rasullullah Saw memegang baju umar lalu mengatakan : “Wahai umar apakah kamu tidak akan jera-jera untuk berada dalam kekufuran sampai datang murka Allah kepada kamu ? Ya Allah berikanlah hidayah kepada Umar.” Lalu Umar RA langsung mengucapkan, “Ashadu alla illaha illallah wa ash hadu anna Muhammadar rosullullah.”

Setiap orang bertanya ini kiatnya bagaimana agar bisa mengeluarkan rombongan-rombongan untuk keluar dijalan Allah. Mudah saja, andaikata kita selalu dalam keadaan Tawajjuh kepada Allah Swt, sehingga Allah berkenan menyelesaikan masalah kita, maka semua masalah akan selesai. Kesulitan apa saja, andaikan kita mau tawajjuh kepada Allah, Tawakkal kepada Allah Swt, nanti Allah akan selesaikan masalah kita.

Nabi Musa AS menghadapi masalah di depannya ada lautan, sedangkan di belakang ada pasukan Firaun yang siap membantai Nabi Musa AS dan Bani Israil. Semua orang ketika itu dalam ketakutan dan berputus asa. Nabi Musa AS mengajarkan kepada kita kiat menyelesaikan masalah. Apa itu ? yaitu Tawajjuh kepada Allah Swt :

“Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Tuhanku bersamaku” dia akan memberi petunjuk kepadaku.
Akhirnya selesai masalah. Begitu pula apa yang di contohkan oleh Nabi Ibrahim AS dalam menyelesaikan masalah yaitu ketika menghadapi Namruts Laknatullah Alaih dengan pasukan-pasukannya. Bagaimana Nabi Ibrahim menyelesaikan masalah yaitu dengan Tawajjuh kepada Allah :
“Hasbunallah” : “Cukup Allah saja sebagai penolongku”

Akhirnya datang penolongan Allah Swt. Begitu juga junjungan kita Nabi Saw, ketika menghadapi masalah, dikejar-kejar orang kafir Quraish hendak dibunuh, yaitu tawajjuh kepada Allah Swt :
“Innalloha Ma ana” : “Allah bersama kita”

Akhirnya datang pertolongan Allah Swt. Begitu juga para sahabat RA dalam menghadapi masalah yaitu dengan Tawajjuh kepada Allah Swt, maka semua masalah mereka Allah selesaikan. Jadi untuk menyelesaikan masalah yang ada tidak ada jalan selain Tawajjuh kepada Allah, tambah tawakkal, tambah takut kepada Allah, dan tambah harap hanya kepada Allah. Inilah satu-satunya dalam menyelesaikan masalah.

Kisah :
Seorang ulama ber doa terus berdoa, maka setiap berdoa keluar kata-kata, “Doa kamu tidak diterima.” Dia terus berdoa lagi, maka tetap keluar kata-kata seperti itu, “Doa kamu tidak diterima.” Walaupun keluar kata-kata seperti itu dia tetap terus berdoa. Sangking seringnya keluar kata-kata seperti itu, sampai-sampai muridnya bisa mendengarkan suara tersebut. Maka suatu ketika pergilah ulama untuk melaksanakan Haji, lalu berdoalah dia di depan kabah bersama murid-muridnya. Namun tetap saja setiap kali berdoa didepan ka’bah, maka suara itu tetap mengatakan, “Do’a kamu tidak diterima.”

Akhirnya si murid nya berkata : “Wahai syekh, setiap kali anda berdoa, selalu keluar suara seperti itu, “doa kamu tidak diterima”, tapi kenapa syekh tetap terus berdoanya.”
Si ulama tadi berkata : “Kamu tahu sudah berapa lama aku mendengarkan suara seperti itu ?”
si murid bilang : “Tidak tahu.”
Si ulama tadi mengatakan : “Aku sudah mendengarkan suara itu selama 40 tahun. Setiap saya doa musti keluar suara seperti ini, “Doa kamu tidak diterima” ?”
Lalu si murid menanyakan : “Kenapa tetap berdoa kalau keadaannya seperti itu ?”
Si ulama itu mengatakan : “Kalaupun Allah Swt menolak doa saya sejuta kali, maka saya akan balik lagi untuk berdoa lagi sejuta kali, habis siapa yang bisa mengabulkan doa saya selain Allah Swt. siapa yang bisa menolong saya selain Allah ? kalau doa saya ditolak, maka saya akan balik lagi berdoa. Ditolak lagi, saya balik lagi berdoa, saya akan berbuat terus seperti itu. Ini karena saya mau cari siapa, tidak ada lagi tuhan selain Allah. Siapa lagi yang bisa memperkenankan doa saya selain Allah ? Ada tuhan mana lagi selain Allah ?”
Setelah targhib yang ulama berikan ini kepada muridnya, tiba-tiba keluar suara tersebut, “Sekarang doa kamu sudah diterima.”
Maka kita tawajjuh terus kepada Allah, doa terus kepada Allah, jangan putus asa. Cerita ini didukung oleh suatu hadits :
“Tidak henti-hentinya seorang hamba itu mengucapkan, “Ya Allah….. Ya Allah….” Akhirnya diterima juga.” ( Mahfum Hadits )

Jadi tidak cukup sekali berdoa itu. Doa lagi, “Maza’ala”, terus do’a lagi, “La ya zallu”, tidak henti henti. Sampai akhirnya diterima juga doanya oleh Allah Swt. Inilah hakekat usaha kita. Usaha kita ini bukan untuk banyak-banyakan orang, tapi bagaimana mempunyai hubungan benar dengan Allah.
“Barangsiapa yang mendapatkan Allah maka dia telah mendapatkan segala-galanya. Barangsiapa yang telah kehilangan Allah, dia telah kehilangan segala-galanya.”

Allahlah penguasa segalanya, pembuat keputusan atas segala sesuatu, maka barangsiapa yang mendapatkan Allah, maka dia telah mendapatkan segalanya. Inilah pentingnya kenapa kita harus punya hubungan baik dengan Allah Swt, karena barangsiapa yang telah kehilangan Allah, hakekatnya dia telah kehilangan segala-galanya. Inilah Targhib yang diberikan oleh Syeikh Abdul Wahab ketika datang di jakarta 2008 kemarin, dari waktu isya sampai makan jam 11 malam, hanya ini intinya diulang-ulang oleh beliau. Inilah bekal kerja agama, tawajjuh kepada Allah, doa siang dan malam kepada Allah.

Setelah kita Tawajjuh kepada Allah, maka langkah yang kedua adalah bagaimana kita menyibukkan diri kita dalam perintah-perintah Allah. Nabi Saw katakan dalam hadits qudsi :
“Ma taqoroba ilaiya abdi fi mislih ma tarobtuhu alaih”
“Tidak ada cara untuk mendekatkan diri kepada Allah melebihi amalan-amalan fardhu.” :
  1. Jaga Sholat Wajib
  2. Jaga Puasa
  3. Jaga Zakat
  4. Jaga Haji bagi yang mampu
Beli rumah 100 juta mampu kok haji tidak mampu ? beli mobil 50 juta mampu tapi haji kok tidak mampu ? ini bukan tidak mampu namanya, tapi tidak mau. Jadi amalan-amalan fardhu harus dijaga. Bahkan menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddeen jilid satu yang termasuk harus di jaga adalah Dakwah, karena fardhu ‘Ain.

Pemikiran Imam Ghazali di Kitab Ihya Ulumuddin terhadap Dakwah :
Imam Ghazali katakan zaman ini adalah zaman kebanyakan manusia sudah lalai kepada Allah. Ini beliau katakan 500 tahun hijriah, dimana wali-wali masih dimana-mana. Maka di zaman ini kalau kita tidak datang ke rumah-rumah menemui setiap orang, bagaimana mereka mau ingat kepada Allah. Maka hari ini adalah fardhu ‘Ain untuk setiap orang bergerak menemui setiap orang mengingatkan mereka kepada Allah.

Jadi pemikiran tentang Dakwah itu adalah penting ini bukan hanya dari satu ulama saja, seperti Syeikh Ilyas Rah.A saja, tetapi juga imam Ghazali, bahkan sampai ke Rasullullah SAW sekalipun. Namun alangkah sedikitnya manusia yang memperhatikan perkara ini. Padahal tidak ada cara untuk mendekatkan diri kepada Allah melebihi daripada mengerjakan amal-amal fardhu.
Dan tidak henti-hentinya seorang hamba mengerjakan amal-amal sunnah ( bukan sekali saja tapi secara terus menerus, dari : Sholat Sunnah, Puasa Sunnah, Dzikir harian, bacaan Quran, sodaqoh, secara terus menerus ), akhirnya dicintai oleh Allah Swt. Jaman dulu waktu baru pertama kali keluar 3 hari maka semangat bahkan diulang-ulang adab tidur, adab makan, dan adab masuk mesjid, tetapi sesudah jadi orang lama tidak dipraktekkan lagi, tidak di mudzakarohkan lagi, bosan katanya, tidak perlu adab tidur lagi dan tidak perlu adab makan lagi. Ini namanya pensiun dari mengamalkan sunnah Nabi Saw.

Apabila seseorang sudah dicintai oleh Allah Swt, maka Allah akan memberkati matanya, memberkati mulutnya, memberkati tangannya, memberkati seluruh kehidupan orang tersebut, seperti para sahabat RA. Umar RA ini seorang khalifah seperti kita tangannya hanya dua saja, namun dari tangan yang Allah berkati ini mampu mengatur seluruh manusia dari ujung ke ujung dunia. Ini namanya Barokah dalam pengaturan dari Allah Swt. Bagi umar cukup berteriak dari madinah sambil mengayunkan tangannya, pasukannya yang sedang berperang ribuan killometer dari madinah mampu mendengar perintah Umar RA. Namun lihat kita hari bagaimana keadaan kita begitu jauh dari umar RA, mengatur satu mahalah saja tidak becus. Masya Allah, Allahu Akbar.

Inilah keadaan kita hari ini kurang Barokah dari Allah Swt. Kenapa ? ini karena kita tidak menjaga daripada amal-amal sunnah kita dengan sungguh-sungguh. Kita harus menjaga dengan sungguh-sungguh dari amal sunnah yang dzohir dan yang bathin. Amal-amal dzohir seperti sunnah makan, sunnah tidur. Sedangkan amal bathin ini seperti sunah-sunnah dari akhlaq rasullullah SAW seperti memaafkan orang. Nabi SAW sifatnya itu senantiasa memaafkan orang. Orang semakin berbuat jahil kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW semakin berbuat baik, semakin lembut kepada orang itu. Keburukan dibalas dengan kebaikan, ini merupakan sifat Nabi SAW yang disebutkan dalam kitab Taurat sebagai Nabi Akhir jaman. Inilah yang namanya Akhlaq sunnah memaafkan, sementara kalo kita ini temen berbuat salah kita inget-inget terus, sementara kita tidak pernah inget kebaikan-kebaikannya. Ini namanya bukan Akhlaq sunnah. Akhlaq sunnah itu kita senantiasa melihat kebaikan orang, dan jangan melihat keburukannya. Inilah akhir zaman, jangan kita ini menuntut teman kita ini berlebih-lebihan, lihatlah kebaikan-kebaikannya. Dengan cara ini maka akan timbul kasih sayang satu sama lain dan kesatuan hati, inilah asbab terbaik turunnya pertolongan Allah. Umat ini jika sudah tidak satu hati, walaupun dipimpin oleh cucu Nabi SAW, namun karena umat dalam keadaan tidak rukun, dipimpin oleh oleh sealim-alimnya manusia, ummat tidak bisa jalan alias tidak berfungsi alias kacau balau. Seperti mobil yang sudah bobrok, walaupun didatangkan supir ahli, seorang pembalap kaliber dunia, ini sama aja tidak akan bisa jalan. Jadi kalau mobil bobrok, supir jepang yang ahli dengan supir dari jawa, ya sama aja. Namun kalau mobil bagus dan baik kondisinya, tidak perlu supir dari jepang, supir dari temboro aja bisa jalan mobil tersebut dengan baik. Intinya  kita ini jangan suka menyalah-nyalahkan orang, contoh : gara-gara si anu kerja ini jadi gak bisa jalan, gara-gara dialah kerja ini buntu. Di fikiran orang seperti ini yang ada hanyalah “Saya risau dengan dia ini”, kenapa dia tidak risau pada dirinya sendiri dulu (sibuk merisaukan orang lain tapi tidak risau sama diri sendiri).
Nabi SAW bersabda :

“Man khola khalaqannas fa huwa ahlaquhum au ahlaqahum” artinya :  “Barangsiapa yang mengatakan bahwa manusia sudah rusak, maka dia inilah yang paling rusak”.
Menurut Ulama makna dari hadits ini ada 2 :
  1. Dianya yang rusak
  2. Dia jadi asbab rusaknya orang lain ( dianya yang merusak orang lain )
Jadi sebagai Da’i itu harus lihat kebaikan-kebaikan orang, akhirnya melihat orang itu seneng. Walaupun hanya 1 temen dia akan merasa senang, dia syukurin pertemanannya dengan satu orang ini. Akhirnya asbab syukurnya ini Allah Swt tambah temannya. Tambah satu teman, disyukurin lagi, pandang kebaikannya lagi, disayang lagi, akhirnya Allah Swt tambah temannya lagi terus hingga temannya menjadi banyak. Beda dengan jika banyak teman tidak disyukurin, dimarahin terus temannya, prasangka buruk terus, dilihat keburukannya aja, lama-kelamaan temannya meninggalkannya, hingga dia tidak punya teman. Teman ini walaupun dia tidak mau ditaskil atau berbeda pandangan dengan kita, minimal dia seorang islam ini sudah mencukupi fadhilahnya. Jika kita bertemu mengucapkan salam, itupun kita dapat pahala. Kita bersalaman, dosa-dosa kita berguguran. Apalagi kalau dia mau diajak keluar di jalan Allah  maka akan bertambah-tambah lagi fadhilahnya. Inilah Akhlaq Nabi SAW, sunnah didalam Akhlaq, yaitu suka memaafkan dan memandang kebaikan orang lain. Maka akhirnya dimana-mana bicara kebaikan, sehingga kebaikan dimana-mana tersebar.

Syech Abdul Wahab katakan :
“Da’i ini juka sudah mudzakaroh mengenai kelemahan atau aib temannya maka ini akan menyebabkan kerja ini menjadi lemah.”

Maulana Umar Rah.A cerita :
Ada suatu rombongan dari suatu negeri datang ke masyeikh untuk membeberkan kekurangan dan kelemahan syuro di negerinya. Setiap orang di rincikan masalah dan kekurangan mereka. Sehingga Maulana Umar bertanya, “Kenapa nama kamu tidak ditulis disini ? apakah kamu tidak punya kelemahan, tidak punya ya ?” jangan kamu lihat kelemahan orang-orang itu sehingga kamu tidak akan bisa kerja sama. Akibatnya kerja dakwah ini akan terhenti. Lihatlah kebaikan-kebaikan mereka.”

Cerita ulama jaman dulu :
“Dulu ada kisah seorang bernama si fulan. Si fulan ini setiap ketemu orang langsung mencium bau busuk dan mencibirnya. Di rumahnya dia ketemu istrinya marah dia bilang istrinya ini bau busuk sekali. Ketemu ayahnya marah, dia bilang kok bau busuk sekali. Lalu ke mesjid begitu juga, ketemu ulama dia bilang ini ulama kok bau busuk sekali. Kemana-mana pergi dia marah-marah bilang semua orang busuk. Sehingga akhirnya datanglah seorang temannya menasehatinya untuk tidak seperti itu. Lalu si fulan katakan, “Ya memang keadaannya seperti itu semua orang bau busuk.” Teman nya bilang jangan seperti itu, bau busuk itu dikarenakan di hidung kamu itu ada kotoran tai ayam nempel di dalam hidung kamu. Terkejut dia mendengarnya dia langsung pulang membersihkan hidungnya. Setelah dibersihkan hidungnya, diberi pembersih dan pewangi, sehingga kini dia ketemu istrinya kok jadi wangi, begitu juga ketemu ayahnya, ketemu ulama di mesjid juga begitu, semua orang jadi wangi. Akhirnya dia sadar rupanya selama ini yang bermasalah itu hidungnya.”

Inilah gambaran bagaimana orang jaman dulu memberi nasehat yah seperti ini penuh dengan hikmah. Jadi ketika menuduh orang lain buruk atau melihat keburukan orang lain, sesungguhnya itu sebenarnya datang dari keburukan diri sendiri. Orang baik itu ya ngeliat apa aja ya baik saja. Ada laki perempuan sedang berjalan, maka orang baik ini akan memandang “Wah ini suami isteri mesra sekali.” Tetapi kalau orang buruk dia akan memandang, “Wah ini pasti mau zina mereka”. Jadi kalau orang baik itu melihat suatu perkara ya baik aja, sehingga yang datang yang baik-baik sama dia. Kita tidak akan bisa buat usaha dakwah kecuali dengan melihat kebaikan orang. Kalau ini bisa dilakukan, maka orang seperti ini hanya akan melihat kebaikan pada orang atau ummat, sehingga dia jatuh cinta pada ummat, sayang kepada ummat, dan mau usaha atas ummat. Inilah akhlaq Rasullullah SAW. Walaupun sudah diperlakukan sedemikian rupa oleh abu jahal, tapi beliau masih berharap keislamannya. Sebagaimana umar ketika masih membenci islam habis-habisan, tapi Nabi SAW masih berharap keislamannya Umar RA, “Ya Allah kuatkan islam dengan islamnya Umar ibn Khottob”.
Jadi tidak hentinya seseorang itu secara terus menerus mencintai dan mengamalkan sunnah Nabi SAW, sehingga dia dicintai Allah Swt. Jika Allah Swt sudah mencintai hambanya maka kehidupannya akan diberkati. Pembicaraannya, tangannya, matanya, kakinya, perdagangannya, semua diberkati oleh Allah Swt. Seorang kalau sudah diberkati oelh Allah walaupun usahanya yang kelihatan hanya sedikit tetapi hasilnya bisa besar. Seperti Ali RA ketika dia sedang mengumpulkan kabilah Hamadan di yaman, beliau hanya bicara 5 menit saja, “Saya di utus oleh Rasullullah SAW untuk mengajak kalian semua masuk islam.” Mendengar pembicaraan Ali yang sedikit ini langsung satu suku semuanya masuk islam padahal belum dijelaskan tentang islam dan aturannya bagaimana. Ini asbab kata-kata Sayidina Ali RA ini betul-betul diberkati oleh Allah Swt. Sehingga sangking gembiranya sayidina Ali membuat syair, “Seumpama saya ini sebagai juru kunci surga, maka nanti orang yaman ini saya masukan surga duluan, karena orang yaman ini di taskil sangat gampang.” Jadi amal-amal infirodhi kita ini sangat penting sehingga amal ijtimai kita diberkati oleh Allah Swt. Sehingga Allah katakan :
  1. Jika dia berdoa kepadaKu pasti akan Aku berikan
  2. Jika dia mohon perlindungan kepada Ku pasti akan saya lindungi
Ini jika orang sudah mengerjakan sunnah dijaga secara terus menerus, sunnah dalam akhlaq, sunnah dalam ibadat. Para Masyeikh kita amalan-amalan sunnah ini dijaga luar biasa. Saya membaca sejarah kehidupan Hadratji Innamul Hasan yang ditulis oleh Maulana Syahid di pesantren Deoband India. Beliau katakan bahwa syekh Innamul Hasan ini sehari membaca Quran ini 15 Juz, maka dalam 2 hari pasti khattam. Dzikirnya tiap hari 70.000 lafadz, duduknya 4 jam khusus untuk dzikir setiap harinya. Padahal kesibukan beliau dalam dakwah, mengajar, khidmat, ini luar biasa sekali tetapi masih sempat untuk istiqomah dalam amalan infirodhi. Walaupun dengan kesibukan beliau yang luar biasa, namun tetap amal-amal infirodhinya, amalan pribadi, terjaga secara istiqomah sehingga kerja-kerja beliau yang secara ijtimai ini diberkati. Ini sebetulnya bukan perkara yang aneh, karena Nabi SAW juga seperti itu bahkan diberitakan di dalam Al Quran, bagaimana Tahajjudnya Nabi SAW separuh malam. Jika Malam itu adalah 12 jam maka tahajjudnya Nabi SAW ini minimum 4 jam dan kebanyakan 6 jam. Maka orang-orang yang menjaga amalan-amalan seperti inilah yang digunakan Allah untuk kerja-kerja besar.

Dalam Suatu Hadits dikatakan :
“Apabila Allah sudah mencintai seseorang, maka Allah akan panggil Jibril untuk mengumumkan, “Hai Jibril Aku sudah mencintai si fulan maka cintailah dia”. Lalu Jibril akan mengumumkan kepada penduduk langit (seluruh malaikat) , “Hai para penduduk langit Allah mengatakan bahwa Allah sudah mencintai si fulan maka cintailah dia. Jika penduduk langit sudah mencintai dia, maka penduduk bumipun akan mencintai dia.”

Sekarang kita balikkan kenapa orang-orang mahalah ini susah kita temuin, jika kita datangin malah terusik dan terganggu. Ini mungkin karena penduduk langit belum mencintai kita, kenapa ? mungkin karena kita kebanyakan tidur, tidak menjaga dari pada amalan sunnah dan amalan infirodhi (pribadi/sendirian) kita. Ini karena penduduk langit tidak ada yang tidur, sehingga mereka melihat kita ini bosen, tidur melulu : Taklim tidur, Bayan tidur, penanggung jawab lagi, bagaimana ini ?
Jadi manusia ini jika sudah dicintai oleh ahli langit maka dia akan dicintai oleh ahli bumi. Kalau orang itu sudah dicintai oleh ahli langit, maka mengajak orang kepada kebaikan itu mudah, ditaskil itu mudah. Maka bagaimana kita ini senantiasa dalam kerja agama ini arahnya itu mempercantik amalan kita di hadapan Allah Swt.

Syekh Maulana Ilyas Rah.A. katakan :
“Yang saya khawatirkan nanti akan terjadi dimana orang itu seperti usaha agama, namun disisi Allah tidak sedang usaha agama. Mengapa bisa begitu ? ini karena maksud usaha agama ini bagaimana diri kita ini sifatnya tambah baik, yakinnya tambah kuat, ketaatannya pada Allah Swt meningkat, kecintaannya kepada sunnah semakin bertambah, sholatnya makin khusyu, ilmunya semakin bertambah, inilah maksud usaha agama. Tapi hari ini orang usaha agama hanya untuk orang lain saja bukan untuk diri sendiri. Inilah yang dimaksud kita disisi manusia terlihat seperti usaha agama tetapi disisi Allah bukan sedang usaha agama.”

Kargozari Nizamuddin :
Suatu Jemaah pulang ke markaz Nizammuddin lalu buat kargozari dihadapan masyeikh. Mereka bilang alhamdullillah kita sudah keluar 4 bulan, mesjid yang kami datangin ada sekian, mesjid yang meningkat amalan maqominya sekian, jemaah yang keluar banyak sekali. Lalu hadratji Inamul hasan katakan ini yang kalian kargozari baru sifat yang ke enam, yaitu dakwah wa tabligh, tapi bagaimana kargozari lima sifat yang lain ? bagaimana peningkatan keyakinan kalian kepada Allah, bagaimana amalan sunnah kalian, bagaimana peningkatan qualitas sholat kalian, bagaimana peningkatan ilmu dan dzikir kalian, bagaimana khidmat kalian kepada sesama saudara kalian, bagaimana taklim kalian, bagaimana akhlaq kalian ? kok kargozarinya hanya yang ke enam saja.

Maka hari ini kita usaha agama Hakikatnya hanya satu saja yaitu untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, untuk mendapatkan Ridho Allah, bukan untuk mencari yang lain. Caranya sejauh mana kita bisa menjaga daripada sunnah-sunnah Nabi SAW, sejauhmana kita mempunyai sifat-sifat yang dicintai Allah Swt, sejauhmana kita bisa taat kepada Allah Swt. Ulama katakan jika kita ini sudah memiliki sifat taat ini, setiap kerjanya jadi barokah. Seperti Nabi Musa AS kerjanya sederhana saja menggiring kambing dengan tongkat, mengambil buah-buahan dengan tongkatnya, namun asbab ketaatan jadi barokah, sekali memungkulkan tongkat kelautan menyelesaikan seluruh masalah. lautan bisa taat pada tongkat Musa, namun hakekatnya adalah tongkat musa ini dipukulkan atas dasar perintah Allah Swt. Ini karena Nabi Musa ini kerja berdasarkan ketaatan kepada Allah Swt hingga semua kerjanya jadi Baroqah.

Seorang sahabat diperintah Nabi Saw dalam suatu perjalanan, ketika itu Nabi SAW sedang mau buang hajat. Nabi SAW perintahkan sahabat ini untuk datang kepada pohon, mentaskil pohon, untuk datang kepada Nabi SAW sebagai penghalang agar tidak terlihat. Ini ajaib perintahnya, yaitu mentaskil pohon, kita mentaskil orang saja susahnya setengah mati, ini pohon disuruh taskil. Sahabat ini langsung datang ke pohon tadi, “Hai pohon kamu dipanggil oleh Rasullullah Saw.” Namun asbab ketaatan, pohon ini langsung datang kepada Nabi SAW, berjalan seakan-akan mempunyai kaki. Sampai di Rasullullah SAW, lalu dperintahkan, “Berbarislah kalian seperti satir, sebagai penutup.” Maka pohon-pohon tersebut langsung berbaris seperti penutup. Setelah buang air, Rasullullah SAW perintahkan sahabat untuk memerintahkan pohon tadi kembali ke tempat semula, maka pohon-pohon tersebutpun kembali ketempat semula. Kisah ini ditulis oleh Iman Suyuthi dalam Kitab Khottho. Inilah kalau seseorang punya sifat taat ini jangankan manusia, pohonpun bisa ditaskil. Beda sama orang yang suka ngengkel (keras/suka bantah), belum apa-apa sudah merasa sok pinter, malah menentang. Di taskil malah, melihat keburukan orang lain dan membanggakan diri sendiri. Kalau tidak paham ini jangan serta merta menentang, dengar dulu, pelajari dulu, lihat dulu, keluar dulu. Jadi kalau paham jangan langsung menentang, nanti seumur hidup tidak paham terus. Seperti pohon tadi apa bisa mendengar dia, tapi sahabat tadi taat saja, sehingga Allah tampakkan kekuatan dari mengamalkan perintah Rasullullah Saw. Ini karena perinath Rasullullah ini adalah perintah Allah Swt, Rasullullah ini dibawah bimbingan dan arahan Allah Swt, setiap geriknya atas dasar perintah Allah Swt.

Allah yang berkuasa menciptakan apa saja dan Allah berkuasa memerintahkan apa saja dan siapa saja. Allah kuasa memerintahkan pohon yang tidak bisa mendengar jadi mendengar, Allah kuasa menjadikan manusia yang mendengar jadi tuli. Allah berkuasa berbuat apa saja yang Allah mau. Inilah fadhilah sifat taat dan sifat sabar. Dikatakan dalam Al Quran, orang yang akan dipilih oleh Allah sebagai Imam hidayah adalah orang yang memiliki sifat sabar dan sifat yaqin. Yakin tanpa sabar tidak akan diterima, begitu juga sabar tapi tidak yakin, tidak akan diterima.
Sabar :
  1. Sabar dalam ketaatan
  2. Sabar dalam menghindari yang di larang Allah
  3. Sabar dalam menghadapi ujian-ujian
Ujian untuk dai ini macam-macam :
  1. Ujian dari orang Kafir ( paling ringan )
  2. Ujian dari orang islam
  3. Ujian dari teman sendiri
  4. Ujian dari pimpinan (paling berat)
Inilah kata Nabi SAW :
“Nanti akan datang pimpinan-pimpinan yang tidak akan menyenangka hati  kalian, sabarlah, nanti aku akan tunggu kamu di telaga Kautsar.”

Orang yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang tidak menyenangkan tapi sabar, ini nantinya akan ditunggu Nabi Saw di telaga Kautsar. Kalau dipimpin sama orang yang menyangkan ini mudah, tapi kalau dipimpin sama orang yang tidak menyenangkan ini mujahaddahnya. Maunya dipimpin sama orang seperti ini dan begini, akhirnya kecewa tidak dapet pemimpin yang seperti itu. “Ya sudah tidak usah ikut dakwah saja.” Begini jadinya kalau kecewa. Makanya kita ini harus sabar.

Makanya Syekh Abdul Wahab Assyakroni dalam kitabnya mengatakan :
“Barangsiapa dalam usaha agama dicaci maki orang dia sabar, ikhlas, ridho, tidak marah, maka sebentar lagi dia akan diangkat Allah sebagai Imam Hidayah.”

Jadi untuk diangkat sebagai Imam Hidayah ini banyak, salah satunya jika dicaci maki orang kita harus sabar dan ikhlas. Fikir kita harus, memang salah saya ini banyak, lebih banyak dari yang orang katakan itu.

Sayidina Abu Bakar RA pernah dicaci maki lama sekali oleh seseorang tapi diam saja. Setelah sekian lama dicaci maki akhirnya orang itu terdiam, lalu Abu Bakar RA berkata, “Wahai saudara ku sesungguhnya apa yang kamu ketahui itu dari kesalahan saya, itu baru sebagian kecil saja kesalahanku, itu saja kamu sudah marah seperti itu, bagaimana jika kamu tahu semua kesalahan saya.” Akhirnya yang mencaci maki ini malu, diam, berhenti sendiri tidak melanjutkan.

Sayyidina Hasan RA ibnu Ali RA dicaci maki seseorang habis-habisan, padahal yang dicaci maki ini adalah cucu Nabi SAW, yang menurut riwayat adalah pimpinan ahli sorga, dia diam saja, dan di dengarkan saja cacian itu. Setelah letih bicara yang mencaci tadi, lalu ganti Imam Hasan yang bicara, “Wahai saudaraku andaikata apa yang kamu bicarakan tadi benar, semoga Allah memaafkan saya, dan jika apa yang kamu bicarakan tadi tidak benar, semoga Allah memaafkan kamu.” Beginilah cara menyelesaikan masalah, mudah saja. Sayyidina Hasan RA ini adalah orang yang tidak pernah emosi. Sikapnya Dai harus seperti ini. Bahkan Nabi SAW memuji sayyidina hasan ini sebagai pimpinan, Allah akan mempersatukan dengan cucu saya golongan-golongan dari orang islam. Inilah Akhlaq, kesabaran. Jika dai ini bisa bersikap seperti ini maka :

“Innaloha Maa Sobirin” : Allah bersama orang-orang yang sabar.

Beres sudah seluruh masalah jika Allah bersama kita. Sabar yang tertinggi kata Maulana Saad adalah menutup mulut jangan ngomong kejelekan teman. Kelihatannya seperti Mudzakaroh ternyata menggunjing teman, astaghfirullah. Kalau orang maksiat ditempat maksiat ini sangat buruk, tapi kalau orang maksiat bukan ditempat maksiat ditempat ketaatan yaitu di mesjid, dalam forum dakwah, bahkan dilakukan setiap hari lagi, ini lebih buruk lagi, apa itu ? menggunjing orang di mesjid. Kata Imam Ghozali itu menggunjing orang caranya macam-macam, ada yang sudah berpengalaman menggunjing orang dengan cara yang halus sekali.

Contoh : “Bagaimana keadaan si fulan” jawabnya, “Doakan saja yah pak dia.”
Ini walaupun kata-katanya baik, tapi orang sudah paham kejelekan atau kekurangan orang yang dimaksud. Dia tidak menjelek-jelekkan tapi dengan kata-kata orang sudah paham. Kata Imam Ghazali gunjingan yang seperti ini lebih berbahaya. Ulama katakan orang yang suka menggunjing doa-doanya tidak makbul, karena mulutnya bau disisi allah asbab suka menggunjing. Jangan kita suka menggunjing orang, lihatlah kebaikan orang, karena kerja kita ini mengurus orang, sehingga setannya banyak yang mau menghancurkan amal kita. Setan usaha bagaimana amal-amal yang sudah kita kerjakan ini jadi hangus, tidak diterima oleh Allah asbab kita menggunjingkan kawan kita. Perasaan kita sudah keluar 4 bulan, satu tahun, tapi ini hanya data tim taskyl, ternyata disisi Allah sudah hangus semua. Kenapa ? karena suka menggunjing orang. Keluar sudah tahun tapi di buku malaikat yang tertulis hanya 3 hari, sisanya hangus, makin menggunjing lagi, dibuku malaikat berubah lagi statusnya menjadi belum keluar, degradasi lagi, karena apa menggunjing tadi. Seperti orang yang menyimpan uang tiap hari, setelah sekian lama, perasaannya sudah seperti orang kaya, tapi ternyata setelah tabungannya di buka, uangnya hilang semua sudah dimakan rayap, bagaimana perasaannya ? dia akan terkejuk. Nah bagaimana dengan kita yang sudah buat usaha agama sekian lama, pengorbanan sudah habis-habisan, tapi karena kita doyannya menggunjing orang, mengadu domba orang, begitu kita menghadap Allah ternyata amal-amal tersebut sudah hangus semua, karena kedzaliman kita sendiri.

Hadits Nabi SAW :
“Tidak akan masuk sorga orang mengadu domba”

Jadi satu perkataan yang dapat membuat orang bercerai berai atau berpecah belah dapat membuat seseorang tidak dapat masuk surga. Jadi yang harus kita lakukan itu sebaliknya, Nabi Saw katakan walaupun kamu bohong tapi untuk mendamaikan atau menyatukan orang ini tidak dosa. Jangan sampai kita melakukan perbuatan atau berkata-kata yang dapat mengadu domba orang atau memecah belah orang.
Ulama katakan :
  1. Orang yang memecah orang, dia sendiri akan pecah
  2. Orang yang merukunkan orang, dia sendiri akan rukun
  3. Orang yang menghormati orang, dia sendiri nanti Allah gerakkan orang menghormati dia
  4. Orang yang menghinakan orang dia sendiri nanti Allah gerakkan orang menghina dia
Dalam satu hadits yang diriwayat Hafidz bin yathi mahfum :
“Barangsiapa yang mendengar temannya dijelek-jelekkan lalu dia tidak membela, maka nanti Allah akan menggerakkan orang menjelek-jelekkan dia dan tidak akan ada yang membela. Lalu Barangsiapa yang mendengar temannya dijelek-jelekkan, sedangkan dia membela temannya, maka nanti Allah akan datangkan orang yang membela dia ketika dia di jelek-jelekkan.”

Nabi SAW mempunyai berjuta-juta kebaikan, ilmunya yang paling tinggi, wajahnya yang paling ganteng, suaranya yang paling merdu, phisiknya yang paling kuat, tetapi yang dipuji-puji oleh Allah 
Swt dalam Al Quran adalah Akhlaqnya Nabi Saw :

“Fainnaka ala kullu khuluqin adzim” : kamu punya budi pekerti yang agung

Seseorang yang mempunyai akhlaq yang baik ini kata Nabi SAW, doa-doanya akan makbul. Seorang sahabat dikasih tau oleh Nabi SAW, “Maukah kamu aku kasih tau amalan yang jika kamu kerjakan akan menyebabkan doa-doamu akan makbul.” Sahabat jawab, “Tentu ya Rasullullah”. Nabi Saw jawab, “Perbaikilah Akhlaqmu”. Saad bin abi waqash RA datang kepada Rasullullah untuk meminta di doakan oleh Nabi Saw agar doa-doanya diterima oleh Allah Swt. Nabi Saw katakan,”Wahai Saad makanlah yang baik (maksudnya yang betul-betul halal) maka doa kamu nanti akan diterima oleh Allah Swt.” Oleh sebab itu doanya Saad bin Abi Waqash RA ini sangat ijabah, langsung cash. Ada seorang buta datang kepada saat untuk minta di doakan, sekali tiup mata orang buat itu langsung sembuh dan bisa melihat, cash ijabah. Namun aneh Saad bin Abi Waqqash ini lama-lama juga buta. Sahabat datang wahai saad kamu ini nyembuhin orang-orang buat sehingga bisa melihat, sedangkan kamu sendiri jadi buta, kok tidak mau doa kepada Allah agar bisa melihat. Buta ini yang bikin Allah, apa yang Allah Swt bikin untuk saya, saya senang semua dan saya terima, maka saya tidak akan meminta kepada Allah untuk melihat. Beginilah cintanya sahabat kepada Allah Swt, apa yang allah sudah tetapkan diterima, ridho atas semua keputusn Allah bukan yang baik saja tapi yang buruk juga. Inilah sifat-sifat yang harus kita miliki dalam kerja dakwah ini. Nabi Saw diminta dakwah dalam suasana islah diri :

“Ya ayyuhal mudatsir kum fa andzir wa rabbaka fakabbir wasiya faka fathohir”
artinya : “Wahai orang yang berselimut, bangkitlah dan berikanlah peringatan, hanya tuhan engkau yang kamu besarkan,….”
Maksudnya apa ?
  1. Wahai orang berselimut, bangkitlah, beri peringatan. à ini tertib dakwah, bangkitlah untuk kerja dakwah dimulai dari diri sendiri, jangan menunggu orang.
  2. hanya tuhanmu lah yang kamu besarkan. à Apa yang kita dakwahkan yaitu keagungan Allah. Jadi kita bicarakan kebesaran Allah dan keagungan Allah. Cerita nusrohtullah , pertolongan Allah. Jangan cerita yang menyebabkan orang putus harap kepada Allah Swt.
Contoh : Bagaimana ya tempat kami ini karkunnya miskin-miskin, tidak ada tokoh-tokoh masyarakat. Bagaimana kita mau bentuk jemaah ? sudah loyo tambah loyo lagi. Ini harus kita targhib. Kita memang gak punya apa-apa, tidak punya uang, tidak punya mobil, tapi kita punya Allah Swt, kita punya Rasullullah Saw, kita punya sholat. Sehingga timbul harapan kepada Allah Swt
  1. Wasiya faka fathohir à menurut sebagian ulama ini maksudnya senantiasa memperbaiki diri. Jadi dakwah dalam suasana memperbaiki diri.
Fadhilah Amal ini dibuat oleh seorang ulama besar pada zamannya, seorang ahli hadits yaitu Maulana Zakaria Al Khandalawi. Namun hari ini lucu banyak sekali orang mengkritik beliau. Padahal beliau ini adalah ulama besar yang terlah membuat beratus-ratus kitab dari berbagai macam bidang ilmu pada zamannya dan tersebar ke seluruh dunia. Beliau menulis kitab nabanya Audhtul Masalik ini ada 20 jilid kitab hadist syarahnya muwattho imam malik. Jadi beliau ini seorang pakar hadits, ini ada anak TK mau mengkoreksi professor. Jadi pada zaman itu orang bangkitkan ulama-ulama khusus ahli hadits ini kebanyakan dari India seperti Maulana Jusuf Al Khandalawi Rah. A, Hadratji Innamul Hasan Rah.A. Jadi kitab Fadhilah Amal ini secara ilmiah sudah bisa dipertanggung jawabkan, inilah rangkuman kitab-kitab hadits para ulama.

Maulana Zuber bercerita dinasehati oleh Maulana Zakaria Rah.A :
“Wahai zuber syarat orang agar bisa berhasil dalam usaha dakwah ini adalah Tawadhu, merasa dirinya ini tidak punya apa-apa. Hanya karena pertolongan Allah saja semua ini bisa terjadi. Tetapi ini zuber tidak boleh hanya di mulut saja, saya ini lemah, saya ini fakir, tapi hatinya saya ini hebat, saya ini karkun kuat, ahli mujahaddah, jangan yang seperti itu, ini tidak akan diterima oleh Allah Swt. Tapi memang ditanamkan dalam hati kita memang kita tidak punya apa-apa, hanya Allahlah yang punya segalanya.”

Tawadhu sekaligus berharap kepada Allah Swt. Inilah doanya Nabi Yunus AS, Tawajjuh kepada Allah Swt, dan menyalahkan diri sendiri :

“La illaha illa anta subhanaka inni kuntum minal dzolimin”

Kalau seorang Nabi dan seorang Rasul mengatakan saya ini termasuk orang-orang dzolim, ini pengakuan doanya nabi yunus AS. Seorang Nabi saja bisa merasa termasuk orang-orang yang dzolim, apalagi kita. Kok bisa kita tidak bisa tidak merasa salah, “salah saya ini apa ?” begitu katanya. Ya salah kamu ini ya karena tidak merasa salah. Nabi saja yang tidak punya dosa aja merasa bersalah apalagi kita gudangnya dosa. Maka Nabi Yunus AS tawajjuh kepada Allah Swt dan menyalahkan diri sendiri, baru pertolongan Allah Swt turun. Semua masalah infirodhi Allah selesaikan yaitu keluar dari perut ikan, dan masalah ijtimainya juga Allah bantu, yaitu 100 ribu orang lebih masuk islam. Inilah berkat dai tawajjuh kepada Allah Swt dan menyalahkan diri sendiri, ini tanda-tanda pertolongan Allah sudah dekat, orang-orang akan berbinding-bondong masuk islam. Tawajjuh kepada Allah dan salahkan diri sendiri, jangan menyalahkan orang lain salahkan saja diri sendiri. Ini salah saya, ini yang bener.

Ketika jaman huru-hara di India banyak orang dibunuhin, syekh Inamul hasan bertanya tentang keadaan saat itu kepada Syekh Ahmad Lath. Mendengar cerita keadaan yang ada dari syekh ahmad lath, beliau, hadratji inamul hasan menangis mendengarnya. Apa yang terlontar dari mulut hadratji ketika itu, “ini semua salah saya sehingga keadaan menjadi seperti ini.” Inilah sikap seorang dai, kemerosotan ummat ini terjadi semua karena salah saya. Andaikata amalan rohaniat saya sudah benar, punya mujahadah yang benar, punya pengorbanan yang benar, punya akhlaq yang benar, semestinya kerja dakwah ini akan naik dan ummat tidak akan seperti sekarang. Inilah dai yang benar, kemerosotan yang terjadi ini adalah kesalahan saya.

Nabi Isa AS katakan :
“Selagi orang itu masih menyalahkan orang lain, dia tidak akan sampai kepada Allah Swt”

Maksudnya rohaniatnya tidak akan meningkat. Tapi kalau oang sudah  menyalahkan diri sendiri maka dengan sendirinya rohaniatnya akan terus meningkat.
Di akhir zaman ini Rahmat Allah makin banyak karena makin hari akhir jaman ini makin berat, tambah hari tambah berat. Namun nilai amal juga tambah tinggi, tambah berat, makin tambah tinggi nilai amalnya. Maka kerusakan-kerusakan di akhir jaman ini jangan sampai melemahkan kita, tapi justru kita gunakan kesempatan ini untuk meningkatkan mujahaddah kita dan pengorbanan kita. Insya Allah.

Sekarang Mari kita gunakan Taskil Cashnya Ahli Badr, walaupun hatinya berat tapi tetap berangkat, ada masalah doa, inilah sifatnya Ahli Badr. Sehingga pertolongan Allah bercurah-curah, Allah kirimkan malaikat untuk menjaga mereka dan memenangkan mereka. Insya Allah.
Syekh Inamul Hasan berkata :
“Orang bekerja dengan orang saja dapat gaji, masa kerja untuk Allah tidak”
Syekh Abdul Wahab katakan :
“Terus kerja agama dengan sungguh-sungguh maka nanti kamu akan alami pertama kali kelaparan, terus lagi kerja maka nanti Allah akan datangkan dunia untuk kamu.”
Allah katakan kepada Nabi SAW:
“Wawajada illam fa aghna” : “Kamu dahulu miskin, kemudian kami yang mengkayakan kamu” maksudnya jadi nabi dulu juga miskin tapi Allahlah yang memberi kekayaan.
Di dalam Al Quran itu ceritanya amal-amal itu mendatangkan rizki, bukan bikin melarat. “Yarzukhu min haisu layah tasib”, barangsiapa bertaqwa nanti Allah kasih rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Jadi kemiskinan di dalam dakwah ini hanya ujian saja bagi orang beriman, nanti kalo istiqomah Allah akan ubah hidupnya, allah akan beri kekayaan kepadanya. Namun ulama katakan ini ada 2 tafsirnya :
  1. Kaya Hati
  2. Kaya Dzohir
Seorang sahabat masih kecil datang kepada Nabi dari yaman untuk minta di doakan. Temen-temennya semua minta di doakan keduniaan, tapi sahabat ini minta di doakan kaya hati oleh Nabi SAW. Setelah di doakan rombongan ini balik pulang ke yaman. Lalu suatu ketika satu tahun kemudian, rombongan dakwah pulang dari yaman ditanya sama Nabi SAW, “Itu anak yang dulu datang kemari dari yaman gimana kabarnya.” Sahabat berkata, “Masya Allah ya Rasullullah, umpama dunia ini dibagi-bagi gratis maka tidak akan di lirik oleh anak itu.” Inilah kaya hatinya sahabat RA. Orang itu kalo sudah kaya hati, ya sudah merasa cukup atas segalanya, gak susah hatinya. Begitulah keadaan kita kalo amal agama : kadang-kadang di kasih kay hati, kadang-kadang dikasih kaya dzohir, kadang-kadang dikasih keduanya. Namun kalau kita amal agama maka nanti yang allah kasih miskin hati, bisa juga dikasih miskin dzohir, bisa juga dikasih miskin dzohir dan miskin hati.
Ringkasnya semua masalah dunia ini akan Allah selesaikan kalau kita senantiasa berada dalam usaha agama. Taskil Cash ada di Badar sedangkan Taskil Niat ada di Tabuk. Semua kita niat insya Allah ambil bagian dalam perjuangan agama Allah. ***

Rabu, 09 Juli 2014

Malam Lailatul Qadhar Menurut Imam Ghazali

Pada dasarnya Rasulullah Muhammad SAW banyak beribadah Qiyamu Ramadhan dan menganjurkan mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan yang pada sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh tengahnya adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka. Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti bila terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah SWT.

Hanya saja, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:

تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان

"Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. " (Muttafaqun 'alaihi dari Aisyah radhiyallahu 'anha)

Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata:

 كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ)) هذا لفظ البخاري.

"Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya." Demikian menurut lafadz Al-Bukhari.

Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ )) رواه مسلم.

"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya."

Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu Anha:

( أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ الله ))

"Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau."

Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ

"Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)". (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu 'anha)

Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari terakhir dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa Lailatul Qadar tiba di tujuh hari terakhir. Maka

Rasulullah bersabda:

أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

"Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. " (Muttafaqun 'alaihi dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma)

Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي

"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan. " (HR. Muslim dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma)

Yang lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar:

لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ

"(Dia adalah) malam ke-27. " (HR. Abu Dawud, dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhuma, dalam Shahih Sunan Abi Dawud. Sahabat Ubay bin Ka'b radhiyallahu 'anhu menegaskan:

والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين

Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)

Dengan demikian dapat diberi kesimpulan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh akhir Ramadan, terutama pada malam tanggal ganjil.

Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:

(( أَنَّهُ r قَامَ بِهِمْ لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ، وَخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ، وَسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ، وَذَكَرَ أَنَّهُ دَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ خَاصَّةً ))

"Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak shalat keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27)."

Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan lailatul qadar, dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan as Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.

Menurut Imam Al Ghazali Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadan :

1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 29 Ramadan

2. Jika malam pertama jatuh pada Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadan

3.Jika malam pertama jatuh pada Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadan

4.Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan

5.Jika malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.

Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqh Syafi'iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama' yang telah menemui Lailatul Qadar. Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin; juga terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; Tafsir Shawi; kitab I'anah at-Thalibin II/257; Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya Hasyiah 'Ala Ibn Qasim Al Ghazi juz I halaman 304; as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya I'anatuth Thalibin Juz II halaman 257-258; juga kitab Mathla`ul Badrain karangan Syaikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathoni.

Ibn Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan, "Ikhtilafuhum rohmah", prbedaan ulama (dalam masalah fiqih) adalah rahmat. Beliau mngatakan hal ini dlm kitab beliau Lum'atul I'tiqod. Bahkan ada yg ktakan ada hadits "ikhtilafu ummaty rohmah", Nampaknya benar2 berlaku di Indonesia pada Ramadhan kali ini.sabda Rasululloh saw: "Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW brsabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam2 ganjil di 10 hari trakhir Ramadhan" (HR. Bukhari. Mengapa brlaku dan trjadi? hadist Rasululloh di atas dikatakan bhwa laillatul qodar itu pd malam2 ganjil, dan di indonesia pada Ramadhan kali ini malam2 ganjil terjadi di setiap malam. Mengapa demikian? Puasa Ramadhan kali ini Pemerintah & mayoritas Ormas Islam trmasuk NU puasa hari Sabtu, sdangkan saudara kita Muhammadiyah dan FPI Puasa Ramadhan lbih awal di hari Jum'at, jd pd malam ini Muhammadiyah malam ke 25 dan Nu srt mlm 26, maka akan ada dua malam lailatul qodar di Indonesia, bukankah ini suatu berkah dan rahmat bagi negeri ini..

Setiap muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih mudah mendapatkan kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya rutin dibanding dengan orang yang beribadah jarang-jarang.

 keistimewaan Lailatul Qadar yang begitu utama dari malam lainnya.

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur'an

Ibnu 'Abbas dan selainnya mengatakan, "Allah menurunkan Al Qur'an secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul 'Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Qur'an kepada Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun." (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14: 403). Ini sudah menunjukkan keistimewaan Lailatul Qadar.

2. Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan

Allah Ta'ala berfirman,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al Qadar: 3).

An Nakha'i mengatakan, "Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan." (Latha-if Al Ma'arif, hal. 341). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini sungguh keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa.

3. Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan

Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." (QS. Ad Dukhon: 3).

Malam penuh berkah ini adalah malam 'lailatul qadar' dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut, apalagi dirinci dengan point-point selanjutnya.

4. Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar

Keistimewaan Lailatul Qadar ditandai pula dengan turunnya malaikat. Allah Ta'ala berfirman,

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا

"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril" (QS. Al Qadar: 4)

Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al Qur'an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14: 407)
Malaikat Jibril disebut "Ar Ruuh" dan dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.

5. Lailatul Qadar disifati dengan 'salaam'

Yang dimaksud 'salaam' dalam ayat,

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر

"Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar" (QS. Al Qadr: 5)
yaitu malam tersebut penuh keselamatan di mana setan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut baik berbuat jelek atau mengganggu yang lain. Demikianlah kata Mujahid (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14: 407). Juga dapat berarti bahwa malam tersebut, banyak yang selamat dari hukuman dan siksa karena mereka melakukan ketaatan pada Allah (pada malam tersebut). Sungguh hal ini menunjukkan keutamaan luar biasa dari Lailatul Qadar.
6. Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan

Allah Ta'ala berfirman,

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah" (QS. Ad Dukhan: 4).
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335) menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari Ibnu 'Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhahhak dan ulama salaf lainnya.
Namun perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah­ dalam Syarh Muslim (8: 57)- bahwa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja didahului oleh ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan ditampakkan pada malikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan tugas yang diperintahkan untuknya.

7. Dosa setiap orang yang menghidupkan malam 'Lailatul Qadar' akan diampuni oleh Allah

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari no. 1901)

Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan bahwa yang dimaksud 'iimaanan' (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan 'ihtisaaban' bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya'

 TANDA TANDA DATANGNYA MALAM LAILATUL QADAR

Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly dan Syaikh Ali Bin Hasan Bin Ali Bin Abdul Hamid dalam laman Suara Al Qur'an menyebutkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meriwayatkan bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam antara tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. Pendapat-pendapat yang ada berbeda-beda. Imam Al Iraqi dalam risalahnya 'Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar', membawakan perkatan para ulama;

Imam Syafi'i berkata, "Menurut pemahamanku, wallahu a'lam, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, "Apakah kami mencarinya di malam hari?", beliau menjawab, "Carilah di malam tersebut.". (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/388).

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits 'Aisyah radiyallahu 'anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) "Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan."

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai luput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  juga menggambarkan tanda-tanda datangnya malam mulia ini sebagai berikut:

1. Udara dan suasana pagi yang tenang. Ibnu Abbas radliyallahu'anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah."

2. Esok harinya cahaya matahari agak meredup, bersinar cerah tapi tidak kuat. Ubay bin Ka'ab radliyallahu'anhu berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar seperti dulang."

3. Bulan nampak separuh bulatan. Abu Hurairoh ra pernah berkata bahwa mereka pernah berdiskusi tentang lailatul qadar disamping Rasulullah SAW lalu beliau bersabda; "Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh dulang."

4. Sewaktu malam tampak terang, tidak dingin, tidak berawan, tidak hujan, tidak panas, tidak ada angin kencang, dan tidak ada aktivitas meteor yang jatuh digalaksi. Rasulullah SAW bersabda: "Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)" (HR. at-Thobroni dalam al-Mu'jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan), sebagaimana hadits dari Watsilah bin al-Asqo'.

5. Terbawa kedalam mimpi. Beberapa sahabat Rasulullah SAW mengalami mimpi berjumpa dengan malam lailatul qadar.

6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Allah, tidak seperti malam-malam lainnya.

WALLAHU A'LAM