Senin, 13 Februari 2012

Da'i Ilallah Pemilik Perkataan Terbaik


dakwahDa’i atau orang yang berdakwah sungguh telah memegang amanat mulia. Bahkan seorang da’i yang berdakwah dengan ikhlas, sesuai jalan yang dituntunkan syari’at, bukan cari tenar, dialah yang memiliki ‘ahsanu qoulan’ sebagaimana yang akan kita bahas kali ini.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

Yang Memiliki Perkataan Terbaik, Siapa Mereka?

Ibnu Katsir berkata, “Orang yang paling baik perkataannya adalah yang mengajak hamba Allah ke jalan-Nya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12: 240)

Al Alusi berkata, “Yang dimaksud ayat tersebut adalah orang yang berdakwah untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya. Ayat ini mencakup setiap orang yang mengajak ke jalan Allah (termasuk da’i dan muadzin). Demikian pendapat Al Hasan Al Bashri, Maqotil dan mayoritas ulama.” (Ruhul Ma’ani, 18: 198 – Asy Syamilah)

Asy Syaukani menyebutkan, “Yang dimaksud dalam ayat di atas adalah orang yang berdakwah untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya. Kata Al Hasan Al Bashri, “Dia adalah mukmin yang Allah menerima seruannya dan ia pun menyeru yang lain untuk taat kepada Allah.” (Fathul Qodir, 6: 354 – Asy Syamilah)

Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa para ulama menafsirkan berbeda mengenai maksud orang yang memiliki perkataan yang baik tersebut. Ada yang mengatakan mereka adalah muadzin. Ada yang mengatakan mereka adalah para da’i yang mendakwahi syahadat ‘laa ilaha illallah’ (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah). Pendapat kedua ini menjadi pendapat Ibnu ‘Abbas, As Sudi, dan Ibnu Zaid. Sedangkan pendapat yang lain seperti dari Al Hasan Al Bashri, yang dimaksud adalah adalah mukmin yang Allah menerima dakwah-Nya karena ia telah menempuh jalan Allah, lalu ia pun mengajak yang lain pada jalan tersebut. (Lihat Zaadul Masiir, 7: 256-257)

Kesimpulannya, ayat tersebut mencakup umum, siapa saja yang menyeru ke jalan Allah, termasuk seorang da’i dan muadzin.

Dakwah yang Diseru

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan,

“Ayat ini bermakna: tidak ada yang memiliki ucapan dan jalan yang lebih baik daripada seorang yang berdakwah ilallah”.

Yang termasuk berdakwah ilallah selanjutnya disebutkan oleh beliau rahimahullah,

Yang dimaksud “مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ”, da’i di jalan Allah adalah da’i yang memberi pengajaran pada orang-orang bodoh, memberi peringatan pada orang yang lalai dan menentang, serta menyanggah ahlu batil. Da’i tersebut juga mengajak dan mendorong untuk beribadah kepada Allah dalam segala macam bentuk peribadahan, serta menyeru untuk memperbagus ibadah sesuai kemampuan. Da’i tersebut juga memperingatkan dengan keras larangan-larangan Allah, menjelaskan jeleknya larangan tersebut dan wajib untuk menjauhinya. Materi dakwah yang utama adalah memperbaiki ushulud diin (aqidah), menyanggah hal-hal yang bertentangan dengan ushulud diin tersebut dengan cara yang baik, melarang dari kekufuran dan kesyirikan. Para da’i tersebut gemar pula beramar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi munkar (melarang dari kemungkaran).

Yang termasuk berdakwah di jalan Allah adalah menjelaskan kecintaan Allah pada hamba-Nya dengan menyebut berbagai nikmat-Nya, luasnya karunia dan kesempurnaan rahmat-Nya, juga menjelaskan kesempurnaan sifat Allah dan kemuliaan-Nya.

Yang termasuk berdakwah di jalan Allah adalah menyemangati umat dengan membawakan berbagai kutipan ilmu dan petunjuk dari Al Qur’an dan hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa salam, hal ini dengan menempuh berbagai cara yang mengantarkan padanya. Termasuk dalam hal ini adalah menjelaskan akhlak yang mulia, berbuat ihsan kepada seluruh makhluk, membalas setiap kejelekan dengan kebaikan, memerintahkan untuk menyambung hubungan dengan kerabat dan berbakti pada orang tua.

Yang termasuk berdakwah di jalan Allah adalah menasehati manusia di moment-moment manusia banyak berkumpul (seperti saat musim haji, pen), ketika banyak yang tertimpa musibah dengan nasehat yang bersesuaian dengan moment tersebut. Yang didakwahi bukanlah hanyalah segelintir orang. Materi yang didakwahi adalah seluruh kebaikan, ditambah dengan memperingatkan dari segala macam kejelekan. (Lihat Taisir Al Karimir Rahman, 749)

Jadikan Tauhid Sebagai Prioritas Dakwah

Sebagaimana telah diisyaratkan oleh Syaikh As Sa’di di atas bahwa materi dakwah utama adalah mengenai ushulud diin, yaitu aqidah. Aqidah dan tauhid merupakan landasan utama. Jika pondasi ini rusak, tentulah bangunan amalan yang dibangun di atasnya akan turut rusak. Sehingga dari sini, dakwah inilah yang harus menjadi prioritas. Ini pula yang menjadi materi para Nabi ‘alaihimush sholaatu was salaam.

Lihatlah bagaimana dakwah Nabi Nuh ‘alaihis salaam,

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ

“Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al A’raaf: 59). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Nuh adalah dakwah tauhid.

Lihat pula bagaimana materi dakwah Nabi Hud ‘alaihis salaam,

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ

Dan kepada kaum ‘Aad, Kami utus saudara mereka yaitu Hud. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al A’raaf: 65). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Hud adalah dakwah tauhid.

Lihatlah dakwah Nabi Shalih ‘alaihis salaam,

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ

Dan kepada kaum Tsamud, Kami utus saudara mereka yaitu Shalih. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al A’raaf: 73). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Shalih adalah dakwah tauhid.

Lihat pula dakwah Nabi Syu’aib ‘alaihis salaam,

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ

Dan kepada kaum Madyan, Kami utus saudara mereka yaitu Syu’aib. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al A’raaf: 85). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Syu’aib adalah dakwah tauhid.

Demikian pula Nabi –kholilullah (kekasih Allah)-, Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam,

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Sungguh telah ada teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian dan telah nyata antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selamanya sampai kalian mau beriman kepada Allah saja.” (QS. Al Mumtahanah: 4). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Ibrahim adalah dakwah tauhid.

Bahkan demikianlah dakwah segenap Rasul untuk meluruskan aqidah dan mentauhidkan Allah,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An Nahl: 36). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah seluruh rasul adalah dakwah tauhid.

Berdakwah Sambil Mengamalkan Ilmu

Allah Ta’ala berfirman “وَعَمِلَ صَالِحًا”, yang artinya: “Dan yang beramal sholeh”. Yang dimaksud adalah ketika mereka berdakwah di jalan Allah, mereka juga bersegera beramal mulai dari diri sendiri dengan menjalankan perintah Allah dan beramal sholeh yang diridhoi oleh-Nya.

Yang dikatakan memiliki ‘ahsanu qoulan’ (perkataan yang baik) hanyalah bagi para shiddiqin (orang yang jujur lagi terpercaya), yaitu mereka yang berusaha memperbaiki diri sendiri dan memperbaiki atau menyempurnakan yang lain. Para da’i inilah yang mendapatkan warisan sempurna dari para rasul. Sedangkan yang mengajak kepada kesesatan dan jalan-jalan yang menyimpang, itulah orang disebut ‘asyarrun naas’, manusia yang jelek. (Lihat Taisir Al Karimir Rahman, 749)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa da’i ilallah di sini bukanlah orang yang hanya sekedar berdakwah atau mengajak orang lain untuk baik. Namun mereka yang mengajak juga termasuk orang yang mendapat petunjuk, lalu mengajak mengajak yang lain. Ia mengajak kepada kebaikan, namun ia pun mengamalkannya. Begitu pula ia melarang dari suatu kemungkaran, ia pun menjauhinya. Ayat ini adalah pujian bagi setiap orang yang mengajak yang lain pada kebaikan, dan ia sendiri adalah orang yang mendapat petunjuk. Dan tentu Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama masuk dalam golongan ini. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12: 240)

Innanii minal Muslimin, Aku termasuk Muslim

Akhir ayat tersebut,

وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri”. Yang dimaksud adalah mereka patuh pada perintah Allah dan menempuh jalan-Nya. (Lihat Taisir Al Karimir Rahman, 749)

Inilah tiga syarat yang disebutkan bagi orang yang dikatakan ‘ahsanu qoulan‘, memiliki perkataan yang baik. Dia berdakwah ilallah, beramal sholeh serta seorang muslim yang tunduk dan patuh. Yang termasuk dalam ayat ini: yang pertama adalah para rasul, kedua adalah para ulama, ketiga adalah para mujahid, keempat adalah para muadzin, kelima adalah setiap orang yang berdakwah dan memberi petunjuk pada kebaikan. (Lihat Aysarut Tafasir, 3: 480 – Asy Syamilah)

Semoga Allah menjadikan kita merupakan bagian dari orang yang memiliki ‘ahsanu qoulan’, orang yang dapat berdakwah dengan ikhlas dan bukan untuk mencari ketenaran bak ‘selebritis’. Itulah yang disayangkan untuk para da’i di TV saat ini. Sampai-sampai MUI memperingatkan para da’i tersebut karena mereka tidak jadi lagi menjadi panutan dan pembimbing agama. Mereka malah menjadi layaknya artis yang ingin tenar sehingga kadang pun mereka melampaui batas dan malah menjadi “pelawak” yang sering banyak guyon, bukan malah ingin memperbaiki hati dan aqidah audience-nya. Na’udzu billah tsumma na’udzu billah.

Semoga Allah memberi taufik dan petunjuk.

Rabu, 01 Februari 2012

Mujahaddah atas Agama

Bayan Syuro H. Cecep Firdaus
Syuro Indonesia
Bayan Musyawarah Indonesia

Assalamualaikum Wr. Wb.

Para Hadirin yang mulia, untuk dapat melihat sesuatu yang ada disekitar kita ini diperlukan dua sinar :

1. Sinar Luar Matahari, Bulan, Lampu.
2. Sinar dari Diri kita sendiri Mata yang terbuka dan sehat

Diperlukan 2 sinar ini untuk dapat melihat, jika salah satu rusak maka tidak bisa kita melihat. Contoh disiang hari ada matahari bersinar tapi jika mata kita buta atau ditutup, maka kita tidak akan bisa melihat. Walaupun sinar luar ada tapi mata kita buta atau mata kita ditutup, maka kita tidak akan bisa melihat. Begitu juga sebaliknya jika mata kita sehat tapi lampu di kamar tidak ada, matahari tidak ada, bulan tidak kelihatan, maka kita juga tidak akan mampu melihat. Jadi untuk dapat melihat diperlukan dua sinar ini.

Demikian pula untuk dapat memahami agama diperlukan 2 sinar :

1. Sinar luar Al Quran dan Hadits
2. Sinar dalam Mata Hati kita terbuka

Baru bisa paham agama jika ada 2 sinar ini. Kalau hanya diajarkan saja Quran dan Hadits tapi mata hati kita tertutup, tidak terbuka, maka kita tidak akan bisa paham agama. Saat ini banyak di dunia barat, di Eropa ataupun Amerika, di universitas2 mereka ada pelajaran Islamology diajarkan Al Quran dan Hadits. Namun yang belajar Quran dan Hadits ini tidak ada Iman dan tidak Islam sebab mata hatinya tertutup. Rasullullah SAW, untuk memberikan kepahaman agama pada waktu itu kepada sahabat, menempuh jalan kedua-duanya yaitu mengusahakan sinar luar dan sinar dalam. Sahabat RA diajarkan Quran dan Hadits oleh Nabi SAW, tapi juga diusahakan agar mata hati mereka terbuka sehingga nur daripada Quran dan Hadits ini dapat masuk ke hati mereka. Baru Sahabat RA bisa memahami agama.

Cara membuka mata hati ini adalah dengan bermujahaddah. Namun kalau Al Quran dan Hadits tidak diajarkan maka tetap dia akan tersesat. Di kalangan orang2 hindu dan budha banyak Mujahaddah dilakukan, ada yang bertapa di goa2, duduk diatas batu, ada yang berpuasa berbulan2, dan lain-lain, tapi tidak diajarkan Al Quran dan Hadits, maka dia akan tetap tersesat. Didalam islam yang diajarkan oleh Nabi SAW selain diajarkan Al Quran dan Hadits tapi diajarkan pula bagaimana mata hati dapat terbuka. Bukan dengan bertapa di dalam gua ataupun duduk diatas batu tapi dengan bersusah payah dalam mendakwahkan agama Allah Swt. Hati para sahabat terbuka ketika terjun dalam dakwah dengan bermujahaddah dalam memperjuangkan agama Allah. Usaha ini di dalam Al Quran disebut sebagai Tazkiyah, Pembersihan Jiwa. Kalau kita ingin memahamkan agama kepada umat hanya dengan mengajarkan Quran dan Hadits tanpa membuka mata hatinya tetap umat tidak akan paham agama.

Sekarang banyak umat islam tamatan perguruan tinggi, tamatan pesantren, tamatan madrasah, tapi masih berani meninggalkan sholat. Dia paham Quran dan hadits dan hafal, tapi matanya masih melihat yang diharamkan. Kalau diangkat sebagai pejabat masih berani Korupsi. Kenapa ? karena mata hati mereka tidak terbuka. Orang-orang terdahulu disamping mengajarkan Al Quran dan hadits, tetapi juga di ajak bermujahaddah dalam memahami agama. Orang-orang terdahulu bemujahaddah dalam agama, dari para sahabat ra, tabiin-tabiin, para wali-wali Allah, mereka semua bermujahaddah dalam agama, baru mereka bisa menangkap Nur daripada Al Quran dan hadits, baru mereka paham. Sehingga bisa membawa mereka kepada pengamalan.

Kelemahan kita di hari ini, kepada umat ini kita hanya penekanan pada Al Quran dan Hadits, sinar luar saja, tetapi tidak ada penekanan pada pembukaan mata hati. Sehingga orang ada belajar jadi alim, pandai ceramah, dan sebagainya, tetapi islam tidak ada pada dirinya, tidak bisa mengamalkan. Ini kelemahannya karena tidak ada Tazkiyah, tidak ada usaha pembersihan jiwa, tidak ada mujahaddah di jalan Allah Swt. Mari kita lihat faktor sejarah : Bagaimana Rasullullah Saw memahamkan agama kepada para sahabat RA, bagaimana sahabat RA memahamkan kepada para Tabi’in, bagaimana para Tabi’in memahamkan kepada tabi’in tabi’in, dan seterusnya. Ini asbab faktor mujahaddah di jalan Allah ini tidak ditinggalkan oleh mereka. Semenjak bermujahaddah ditinggalkan, akibatnya umat tidak faham agama. Akibatnya pemahaman umat berbeda-beda menurut pemikirannya masing-masing.

Sekarang dimana-mana ada keinginan umat islam untuk memiliki pemerintahan yang adil, yang menjalankan syariat islam, inilah cita-cita dari umat. Tapi masalahnya perjuangan kearah itu mereka tidak pahami, mereka menggunakan cara sendiri. Mereka memilih orang-orang dengan mendirikan partai, memilih di Pemilu, dsb. Mereka memilih orang2 yang menurut pendapat mereka dan menurut pemikiran mereka bisa adil dan bisa amanah. Ternyata dari pengalaman setelah terpilih orang yang mereka anggap baik, taunya sama saja. Ini karena adanya pemerintah yang adil bukan dengan cara seperti itu.

Menurut Al Quran dan Hadits, apabila umat ini taat kepada Allah Swt, menjalankan agama secara sempurna, maka Allah akan turunkan rahmat diantaranya Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi pemerintahan yang adil ini adalah karunia dari Allah Swt kepada masyarakat yang taat kepada Allah. Namun jika masyarakat ini mungkar, tidak taat kepada Allah Swt, maka Allah akan turunkan adzab, berdasarkan Al Quran dan Hadits, salah satu adzab itu adalah Allah akan angkat pemerintahan yang tidak adil, yang dzalim dan yang khianat. Kita ini mau berusaha mendirikan pemerintah yang adil ditengah-tengah masyarakat yang tidak taat pada Allah, yang mungkar, ini sama dengan melawan sunnatullah. Tidak mungkin terjadi dan tidak pernah terjadi. Ini sudah menjadi ketetapan Allah Swt kalau manusia tidak taat maka Allah akan hukum kita diantaranya dengan mengangkat pemerintahan yang dzolim. Namun jika masyarakatnya taat kepada Allah sebagai rahmat daripada Allah, maka Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi karena kita tidak paham kepada agama, perjuangan-perjuangan menuju arah situ, bukan pada arah yang benar, tetapi berada pada arah yang salah.

Hari ini ada juga yang ingin menegakkan yang Haq, dengan cara menghapuskan kebathilan yaitu dengan cara diperangi, dibunuhin, tempat-tempat mereka dihancurkan. Ini bukanlah yang dicontohkan oleh Nabi Saw dan para sahabat RA. Nabi SAW diutus bukan untuk membunuh orang2 penyembah berhala atau peminum arak. Pada waktu itu oang-orang arab adalah para penyembah berhala dan peminum arak, berbagai macam pelanggaran dan kemakiatan dilakukan mereka, tapi Nabi SAW tidak diperintahkan untuk membunuh mereka. Namun yang dilakukan Nabi SAW adalah bermujahaddah berdakwah mengajak mereka kepada Iman dan taat kepada Allah. Baru Allah berikan mereka Hidayah dan kepahaman agama. Sehingga yang tadinya penyembah berhala dan peminum arak menjadi orang-orang yang taat kepada Allah Swt. Demikianlah apabila mata hati kita tidak terbuka untuk memahami agama sering terjadi kesalah pahaman. Memang diantara perintah Allah dalam Al Quran salah satunya adalah berperang dengan orang kafir. Namun Timingnya harus diperhatikan, karena kata ulama :

“Al Qital qobla Dakwah as sholah Qobla Wudhu”

Artinya :
“Berperang membunuh orang kafir tanpa dakwah seperti sholat tanpa wudhu”

Kalau kita sholat tanpa wudhu tidak akan diterima. Walaupun tingginya nilai sholat tapi kalu tanpa wudhu maka tidak akan diterima. Katakanlah Jihad berperang itu tinggi nilainya disisi Allah tetapi kalau tidak ditegakkan dakwahnya, makanya tidak akan diterima oleh Allah Swt. Tidak ada Nabi yang diutus oleh Allah Swt untuk langsung membunuh orang kafir, membunuh para ahli maksiat, tetapi di dakwah dulu.

Sekarang ini ada keinginan mempelajari agama dengan tenang-tenang saja, dengan asyik- asyik, tidak mau bermujahaddah, sehingga timbullah ketidak pahaman atas agama. Apa yang terjadi di kita hari ini sebagai hukuman dari Allah kepada kita, untuk menghilangkannya, kita hari ini tidaklah menggunakan jalan yang benar. Kita gunakan jalan kejahilan dengan ketidak pahaman sehingga sering tidak berhasil. Sering kita dengar harga barang naik dimana-mana, apa yang dilakukan umat islam ? mereka berdemo tiap hari, supaya harga turun, sehingga timbulah keributan dan kekacauan-kekacauan. Namun harga tetap tidak turun-turun. Jika kita pandang semua ini dengan kacamata Iman, naiknya semua harga di dunia ini atau di suatu negeri bukan kerja pemerintah tapi kerja Allah Swt. Semuanya diatur oleh Allah Swt, dari harga yang penting-penting sampai yang kecil-kecil di pasar dari cabe, gula, garam, semuanya atas izin dan ketentuan Allah Swt. Tidak ada harga yang naik bukan dari ketentuan Allah Swt, hakekatnya semuanya atas ketentuan dari Allah Swt. Namun Allah Swt memberikan pelajaran melalui Al Quran dan Hadits asbab-asbabnya.

Dalam Suatu Hadist Mahfum :

Apabila ummat ini melakukan 3 dosa maka Allah akan datangkan 4 Adzab :

3 Dosa apa saja :
1. Membangun gedung tinggi-tinggi
2. Melaksanakan pesta pernikahan mewah-mewah
3. Membenci dan memusuhi ulama-ulama tidak mau mendengarkan fatwa dan nasehat mereka

Maka akan datang 4 Adzab :

1. Diangkatnya pemerintah yang dzalim
2. Diangkat pejabat-pejabat yang khianat
3. Dinaikkannya harga-harga barang
4. Dicabut keberkahan daripada ummat.

Jadi kita tidak sadar bahwa kondisi yang ada sekarang akibat dari dosa-dosa kita sendiri. Andaikata kita tobat dari dosa tersebut maka dengan sendirinya segala keburukan ini akan Allah perbaiki.

Banyak contoh-contoh bahwa kita ini dalam kekeliruan, tidak memahami. Ada orang berpikir, bahwa untuk menghidupkan islam maka kita harus paksakan syariat islam, dibentuk syariat islam. Supaya islam bisa berjalan harus dengan kekuasaan, dengan pemerintahan, buat undang-undang, jalankan syariat islam, seperti kalo berzina dirajam, yang mencuri dipotong tangan. Ini bukanlah cara yang dicontohkan Nabi SAW, karena harus ada kronologinya.

Ada suatu cerita seorang presiden di pakistan memanggil ulama-ulama. Presiden berkata kepada para ulama, ini kekuasaan ada ditangan saya, silahkan ulama-ulama jalankan syariat islam di pakistan. Kebanyakan Ulama di pakistan menyetujuinya dan segera akan menjalankannya. Namunada ulama dari ahlul dakwah ini berkata kita memperjuangkan agama ini harus ikut cara atau tertib Rasullullah Saw. Nabi Saw diutus bukan untuk menghukum orang bersalah, bukan untuk merajam orang berzina atau memotong tangan orang mencuri, tetapi membuat preventif agar mereka tidak mau berzina ataupun mencuri yaitu dengan ditanamkan Iman. Kalau kita meloncat tanpa membuat usaha preventif bagaimana umat ini jangan sampai berbuat salah, langsung menghukum orang bersalah, maka akan terjadi fitnah. Sebagian besar rakyat pakistan tangannya akan buntung semua, karena pencuri semua. Sebagian besar pejabat-pejabat pakistan ini adalah pejabat-pejabat yang korup. Apa kata dunia nanti sebagian besar rakyat pakistan setelah melaksanakan syariat islam, tangannya buntung semua.

Demikian bahwa usaha pertama dari para Nabi menuju kepada kesempurnaan islam ini adalah dengan dakwah. Mereka bermujahaddah dalam usaha dakwah. Nanti akan Allah berikan hidayah dan Allah akan bukakan mata hati kita, Allah pahamkan agama kepada kita, sehingga kita ada kekuatan untuk melaksanakan agama. Demikian juga para sahabat RA, diajak Nabi SAW untuk bermujahaddah dalam dakwah. Asbab dakwah ini, Allah Swt menurunkan syariat menurut kronologi tergantung kekuatan iman atau setelah terbukanya mata hati para Sahabat RA. Mereka diajak oleh Nabi SAW bermujahaddah secara terus menerus sampai keimanan terbentuk dalam diri sahabat RA, sehingga ada sahabat yang sudah sholat padahal perintah sholat belum turun. Ini karena hatinya sudah terbuka, menginginkan adanya perintah sholat. Sehingga waktu perintah sholat turun, 100% para sahabat melaksanakan perintah sholat. Ini karena hatinya sudah terbuka. Ada sahabat sebelum turun perintah meninggalkan minuman keras, mereka sudah meninggalkan minuman keras. Sehingga waktu turun ayat meninggalkan minuman keras, 100% sahabat segera tidak minum lagi, tanpa menghitung untung-ruginya. Ada yang sedang minum tiba-tiba mendengar pengumuman, saat itu langsung dibuang. Ada yang sudah masuk kemulutnya tapi mendengarkan pengumuman tentang haramnya khamar langsung dimuntahkan lagi. Ada yang sahabat RA bisnis minuman keras, baru belanja besar-besaran, tapi ketika mendengar pengumuman tentang haramnya minuman keras, langsung dihancurkan, tanpa berpikir kerugian yang dia tanggung. Ini karena sudah ada Nur Iman di hati mereka, sudah terbuka mata hati, sudah melihat yang Haq, bahwa perintah Allah ini nilainya lebih dari segala-galanya.

Sekarang dengan ketidak pahaman kita ini, bukannya kita menyelamatkan umat dengan agama, tetapi malah membawa kecelakaan pada umat. Seorang ulama berkata, kalau ada seorang perempuan membuka aurat padahal syariat islam hukumnya harus menutup aurat, maka si perempuan itu hukumnya si perempuan tadi fasik. Namun jika dipaksakan hukum islam dengan perundang-undangan, padahal mata hatinya belum terbuka, saat mereka berdemo menentang daripada perundang-undangan yang isinya adalah perintah Allah, maka dari fasik hukumnya meningkat menjadi Kafir. Ini karena menentang hukum Allah ini adalah membawa seseorang derajatnya menjadi kafir. Selama mereka tidak menjalankan hukum Allah karena lemah iman, tetapi tidak menentang, maka hukumnya hanya fasik. Kita ingin membawa umat kepada keselamatan, tetapi karena tertib yang tidak benar, karena kita tidak paham, kita telah membawa umat kepada kecelakaan.Jadi masalah Takziyah ini, bersusah payah dijalan Allah, adalah masalah penting bukan masalah kecil. Kita tidak akan paham agama tanpa bersusah payah dijalan Allah Swt.

Saya dengar dulu para ulama di pesantren, di pakistan, Bagaimana dulu mereka mengutamakan mata pelajaran tazkiyah bagi para santrinya. Ada seorang ulama mempunyai anak laki-laki, dia berkeinginan anaknya bisa lebih sholeh dan lebih alim dari dia. Walaupun ulama ini mempunyai pesantren, tetapi dia lebih memilih anaknya ini dikirim ke pesantren lain, karena dia berpikir kalau anaknya belajar di pesantrennya sendiri maka akan menjadi manja, tidak mau susah payah.Si ulama khawatir jika dikirim ke pesantrennya sendiri maka tidak akan ada mujahaddah. Maka si anak ini dikirim oleh ulama ini ke pesantren kawannya sesama ulama supaya ada pendidikan khusus agar bisa lebih alim dari beliau dan supaya lebih paham agama dari beliau. Ketika dia masuk ke pesantren, ayahnya si ulama, memberi nasehat bahwa apapun yang diperintahkan oleh gurunya nanti ikuti saja, jangan banyak bertanya dan jangan dibantah, walaupun kamu belum bisa mencernanya dengan pemikiran, jalankan saja.

Setelah masuk ke pesantren, si anak ini tidak langsung diajarkan ilmu agama, tetapi diperintahkan untuk berkhidmat di dapur pesantren. Di dapur si anak ini mencuci piring, memasak, memotong sayur, menyediakan masakan, tidak diajarkan kepada anak ini walaupun satu alif pun. Anak ini dengan tekun dengan ikhlas dia jalankan perintah gurunya berbulan-bulan, tidak ada mengeluh, di dapur untuk khidmat, tidak mempelajari Quran dan Hadits. Si anak ini taat dan selalu inget pesan ayahnya bahwa apapun yang diperintahkan laksanakan saja. Setelah melihat kepatuhan anak ini menjalankan perintahnya, tidak mengeluh dan ikhlas menerimanya, maka si ulama pemimpin pesantren memanggilnya. Si ulama pimpinan pesantren berkata, “Wahai anakku, Kamu sudah khidmat di dapur, bekerja dengan baik, sekarang kamu pindah dari dapur untuk berkhidmat pada WC umum.” Namun WC jaman dulu beda dengan WC jaman sekarang. Dulu WC pakai periuk untuk buang air kecil dan air besar. Jadi untuk membersihkannya dia bawa periuk kotoran itu di kepalanya ke suatu tempat untuk dibuang lalu dibersihkan. Setiap pagi inilah rutinitas yang dilakukan si anak ini dalam waktu yang sangat lama tanpa diajarkan satu alifpun.

Setelah sekian lama si anak berkhidmat seperti itu, akhirnya gurunya memanggil. Si guru berkata, “Anakku kamu sudah berkhidmat di dapur, lalu berkhidmat di wc, sekarang kamu akan ditugaskan sebagai istiqbal, menjaga didepan pintu pesantren, menerima tamu2 pesantren. Sekarang kamu harus berpakian yang bersih dan rapih tidak seperti pakian yang kamu pakai waktu di dapur ataupun ketika khidmat wc.” Maka mendengarkan perintah ini, sama si anak langsung dijalankan, berpakian rapi, menunggu di depan gerbang sebagai istiqbal. Ketika si anak ini sedang bertugas, si guru ini memanggil salah satu santri yang bekerja di khidmat WC. Si guru berkata kepada si santri yang berkhidmat di WC tersebut, “kamu tau anak itu.” Si santri bilang, “Tau stadz.” Si guru berkata, “Nanti ketika kamu bawa periuk kotoran untuk dibersihkan dari wc, kamu bawa periuk itu kedepan dia sehingga periuk itu melewati hidungnya dengan jarak yang dekat sekali. Nanti kamu laporkan kepada saya apa reaksinya.” Mendengar perintah ini si santri besoknya lansung dilaksanakan perintah Ustadznya. Dia bawa periuk wc itu tadi dan dilewatkan kedepan hidung si anak tersebut. Namun si anak tersebut tidak ada reaksi marah atau gaduh ketika periuk itu dilewatkan secara sengaja ke hidungnya. Si santri lapor ke stadnya bahwa tugas sudah dilaksanakan, tetapi si anak tidak memberikan reaksi apa-apa, biasa saja. Si Ustadz berkata, “Bagus, besok kamu lakukan lagi, tapi kali ini kamu pura-pura tersandung lalu percikkan sedikit saja kotoran itu tadi kebajunya. Nanti apa sikap dia kamu laporkan kepada saya.”

Besoknya si santri jalankan perintah si ustadz tadi. Si Santri jalan di depan si anak tadi lalu dia pura-pura tersandung lalu terperciklah sedikit kotoran ke baju anak itu. Namun si anak bukannya marah malah minta maaf, bahwa ini salah dia, tidak seharusnya dia menghalangi jalannya si santri yang bawa periuk kotoran tersebut. Maka dilaporkanlah kejadian tersebut kepada si ulama pimpinan pondok pesantren. Si Ulama bilang, “Bagus, besok kamu lewat lagi kedepan dia kali ini, pura-pura kesandung, lalu tumpahkan seluruh isi periuk kotoran wc tadi ke badan dia.” Besoknya dia jalankan perintah si pimpinan pondok pesantren tadi, dia jalan pura-pura kesandung lalu ditumpahkan periuk kotoran tadi seluruhnya kebadan si anak yang sedang istiqbal tersebut. Namun apa reaksi anak tersebut ? itu anak bukannya marah malah menangis, dia berkata, “Apa saya ini terus-terusan berbuat salah ? kemarin saya mengganggu jalan saudara, hari ini juga begitu, kenapa saya gak belajar-belajar.”

Maka dilaporkanlah kejadian ini pada si ulama tersebut. Kali ini si ulama memanggil si anak tersebut, “Wahai anakku, kamu sudah khidmat di dapur, sudah khidmat di wc, dan sudah khidmat di istiqbal, sekarang ada tugas masih khidmat juga, yaitu mencari daging.” Kalau dulu yang namanya mencari daging yaitu dengan berburu ke hutan. Jadi si anak ini berburu ke hutan dengan membawa anjing pemburu. Caranya dia disuruh memakai ikat pinggang yang kuat yang di ikatkan kepada 6 ekor anjing. Waktu pergi kehutan si anjing mencium bau daging binatang buruan maka si anjing berlari sehingga si anak yang kecil ini badannya terbanting-banting badannya. Si anak tersebut terseret kesana kemari karena kuatnya tarikan anjing-anjing pemburu, sehingga dia pulang ke pesanten dalam keadaan babak belur. Si Ulama pimpinan pondok pesantren bertanya, “Gimana berburunya di hutan ?” si anak menjawab, “Alhamdullilah baik, semuanya lancar tidak ada masalah.” Si anak tidak mengeluh apapun kepada gurunya, bahkan mengatakn semuanya baik-baik saja, padahal dia babak belur. Setelah kejadian ini si ulama pimpinan pondok memeluk anak itu, dan berkata, “Wahai anakku kamu sekarang sudah punya modal untuk belajar agama, kamu boleh pulang, mau belajar disini, atau ditempat lain, ataupun di pesantren ayahmu, silahkan saja, karena kamu sudah ada modal untuk belajar agama.” Maksudnya apa ? si anak ini sudah punya modal belajar agama yaitu kesabaran dan ketabahan.

Kalau kita mempunyai sifat seperti itu maka Nur Quran dan Hadits akan mudah masuk ke hati kita. Tapi kalau kita ingin asik-asik dan senang-senang inilah yang menyebabkan susahnya kita memahami daripada Al Quran dan Hadits, sehingga susah membawa kita kepada pengamalan, apalagi kepada penghayatan.Balik mengomentari cerita tadi kenapa terakhir ini anak disuruh berburu dengan membawa 6 ekor anjing yang banyak hingga dia babak belur terbawa kesana kemari. Ini karena si anak ini adalah calon ulama. Ulama itu akan mengayomi masyarakat, sedangkan keinginan masyarakat itu berbeda-beda, yang satu mau begini, yang satu mau begitu. Jadi ulama-ulama itu harus siap babak belur, supaya masyarakat bisa menerima mereka, tidak memihak kepada siapapun, karena ulama ini calon pimpinan. Demikian orang-orang terdahulu belajar agama tidak dengan senang-senang, tetapi dengan mujahaddah. Ketika kita membuka riwayat hidup imam-imam besar seperti Imam Bukhari, Imam Muslims, Imam Syafei, Imam Hanafi, Imam Hambali, dalam hidup mereka mempelajari agama penuh dengan mujahaddah, baru Allah Swt berikan kemuliaan pada mereka menjadi Imam, dan pemahaman atas agama.

Inilah kekurangan dan kelemahan kita di hari ini, masalah mujahaddah telah ditinggalkan. Arahan dari Nizammuddin, para masyeikh katakan, untuk agama ini bisa tumbuh di diri kita diperlukan 2 syarat :

1. Hidup Sederhana Zuhud terhadap dunia
2. Siap bermujahaddah Rabbah terhadap Akherat

Kalau ada di diri kita ini hidup sederhana dan siap bermujahaddah maka agama akan tumbuh subur di kehidupan kita. Mengapa agama diturunkan di jazirah Arab pada waktu itu ? ini karena sifat ini ada pada orang-orang Arab dibandingkan dengan kehidupan orang-orang persia dan romawi pada waktu itu. Orang-orang arab ketika itu hidupnya sangat sederhana dan mujahaddah, mereka hidup di padang pasir, berpanas-panasan, kurang air, sering lapar dan haus. Sehinggga Allah turunkan agama, karena mereka mempunyai sifat ini, sehingga agama tersebar kemana-mana asbab mereka.

Demikian juga Maulana Ilyas Rah.A, memulai usaha dakwah di mewat, India. Orang Mewat ketika itu mempunyai sifat yang sama, mereka hidup sederhana dan bermujahaddah. Dari korban orang-orang mewat usaha dakwah tersebar keseluruh dunia. Inilah yang menyuburkan agama pada umat ini jika ada hidup sederhana dan mujahaddah. Sedangkan yang meracuni agama dan menyebabkan agama jadi gersang ini juga ada 2 sebab :

1. Hidup Mewah dan Boros
2. Kenyamanan hidup & keinginan senang-senang

Inilah yang menyebabkan agama gersang. Kita harus memiliki Zuhud terhadap dunia dan Rabbah terhadap akherat, baru agama akan mudah diamalkan. Kalau kita Rabbahnya, semangatnya, hanya kepada dunian saja, dan semangat terhadap akherat kita lebih kecil dibanding keduniaan kita, maka Hidyah akan susah masuk. Jadi kita harus ada sifat zuhud pada dunia dan rabbah terhadap akherat, susah payah demi akherat. Diantara sifat-sifat para sahabat RA diceritakan bahwa sahabat ini kalau sholat ada dua tempat, satu tempat yang teduh dan satu lagi tempat yang panas. Para sahabat RA sengaja lebih memilih tempat yang panas agar bisa bermujahaddah. Ini yang dilupakan oleh kita hari ini, sehingga hari ini ada kita temukan pesantren-pesantren dan sekolah-sekolah ingin pelajarnya ini senang-senang. Sementara kalau kita lihat ulama-ulama yang besar itu dulu lahir dari pesantren-pesantren yang mujahaddah. Mereka memasak sendiri, mencuci sendiri, tempat juga sederhana, bersusah payah mempelajari agama. Sekarang hari ini ada keinginan dari orang-orang ingin memahamkan agama tapi dengan menghilangkan mujahaddah. Pelajarnya diberi kemewahan dan kenyamanan, maka tidak paham-paham agama.

Maksud daripada Usaha Dakwah ini adalah sedikit banyak kita belajar bermujahaddah di jalan Allah Swt, sehingga mata hati kita terbuka. Kalau mata hati kita terbuka, kita berjuang dan berkorban di jalan Allah Swt, ikhlas karena Allah Swt, maka Allah ajarkan agama pada diri kita diberi kepahaman tanpa guru di ajarkan oleh Allah Swt. Sering kita lihat orang yang bermujahaddah di jalan dakwah ini, banyak orang yang Allah bukakan hatinya, bisa paham agama walaupun dia jarang duduk di taklim. Inilah yang namanya ilmu laduni, ilmu tanpa guru.

Hadits Mahfum :

“Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya maka Allah akan ajarkan ilmu yang belum diketahuinya”

Walaupun tanpa guru. Andaikata kita mau berkorban di jalan Allah dengan harta dan diri, bermujaddah berjuang dijalan Allah, maka nanti Allah akan masukkan Nur kedalam hati kita untuk memahami Al Quran dan Hadits.

Ada seorang ahli dakwah datang ke Maulana Yusuf Rah.A. Dia mengatakan, “Wahai Maulana, saya sudah keluar 4 bulan, amal maqomi juga sudah saya jalankan, alhamdullillah tiap tahun saya keluar, tetapi kenapa perasaan saya ini keikhlasan belum masuk ke hati saya.” Ini kerisauan orang tersebut. Apa nasehat Maulana Yusuf Rah.A, “Engkau teruskan dakwah, terus dan terus, sampai kamu bertemu dengan si abdurrahman.” Si orang ini bingung siapa ini si abdurrahman. Akhirnya Maulana Yusuf ceritakan siapa si abdurrahman. Jadi si Abdurrahman ini adalah seorang pemuda kampung yang miskin, hidupnya sebagai kuli tani, bekerja di ladang orang untuk mendapatkan upah. Si Abdurrahman ini mempunyai cita-cita belajar agama di pesantren untuk paham agama. Suatu ketika dia mendengar ada pesantren yang terkenal di suatu kampung. Maka dia niat untuk masuk ke pesantren tersebut belajar dari ulama yang kononnya terkenal dengan kealimannya.

Mulailah si Abdurrahman menabung dari hasil upahnya untuk dapat masuk ke pesantren. Singkat cerita akhirnya uangnya terkumpul dari hasil jerih payahnya. Berangkatlah si abdurrahman ke pesantren tersebut untuk mencari ulama yang dia sering dengar untuk dapat belajar dari dia. Setelah sampai di kampung tempat pesantren tersebut, akhirnya dia baru tahu ternyata ulama yang dia cari ternyata udah meninggal. Mendengar hal tersebut sedihlah si abdurrahman, karena sudah sekian lama dia menabung untuk belajar dengan ulama tersebut ternyata setelah datang si kyai sudah meninggal. Si Abdurrahman akhirnya terpikir, biasanya satu pesantren ini kalau kyainya meninggal pasti ada anaknya atau anggota keluarga lainnya yang sama alimnya yang menggantikan posisi kyai tersebut dalam mengajar. Si Abdurrahman mulai bertanya ke penduduk apakah ada pengganti ulama tersebut. Penduduk kampung bilang yang melanjutkan memimpin pondok pesantren itu adalah anaknya si kyai tersebut. Singkat cerita pergila si abdurrahman ini kerumah anak si ulama tersebut.

Sampai di tempat anak si ulama tersebut, memang dasar si abdurrahman ini mempunya hati yang bersih maka dia selalu menjaga prasangka baik kepada si anak ulama tersebut karena kesungguhannya ingin belajar. Abdurrahman ini mempunyai keyakinan kalau bapaknya ini ulama sholeh pasti anaknya juga seorang alim yang sholeh juga. Padahal si anak ulama ini ternyata tidak seperti bapaknya yang alim dan sholeh. Si anak ulama ini ternyata seorang bergajulan, tidak sholat, pemabok, penjudi, dan kerjakan banyak maksiat. Namun si abdurrahman tidak tahu, dia hanya tau kalau si anak kyai ini pasti orang yang sholeh dan alim juga seperti bapaknya, dan dia datang ingin belajar kepada si anak kyai tersebut. Pada waktu datang ke rumah si anak kyai itu kebetulan si anak kyai ini mempunyai pembantu namanya juga si abdurrahman, yang saat itu sedang pergi beli sesuatu di luar.

Jadi waktu si abdurahman ini mengetuk pintu dan mengucapkan salam, si anak kyai ini rupanya sedang kesal rupanya. Baru masuk rumah si anak kyai ini langsung memarahi si abdurahman, disangkanya yang datang ini adalah pembantunya. Si anak kyai ini marah dan berkata, “Kemana saja kamu Abdurrahman, saya sudah menunggu dari tadi ?” mendengar hal ini si abdurahman terkejut, wah dia terpikir anak kyai ini sungguh kasyaf, saya belum datang dan belum mengutarakan maksud saja dia sudah menunggu saya. Makin yakin saja si abdurrahman untuk belajar kepada anak kyai ini. Waktu dia buka pintu dan menongolkan muka, baru nampaklah muka si abdurahman, maka terkejutlah anak si kyai ini ternyata bukan pembantunya. Maka ditanyalah nama, darimana, dan maksud kedatangan si abdurrahman ini oleh si anak kyai ini. Si Abdurrahman mengutarakan bahwa dia ingin belajar kepada si anak kyai tersebut. Mendengar hal ini si anak kyai bingung, dia bilang ke abdurrahman bahwa dirinya ini bukan kyai. Mendengar hal ini si abdurrahman merasa bahwa anak kyai ini Masya Allah sungguh tawadhu. Bagi si Abdurrahman anak kyai ini seorang kyai yang yang tawadhu tidak mau menunjukkan keulamaannya, maka semakin yakin dia mau belajar kepada si anak kyai ini. Si abdurrahman berkata, “Bagaimanapun juga saya mau nyantri di pesantren, belajar kepada kyai.” Si anak Kyai mengatakan bahwa dirinya tidak bisa ngajar. Masya Allah di hati si abdurrahman bahwa tawadhu sekali ini seorang ulama mengaku tidak mampu ngajar. Di satu sisi si abdurrahman memaksa untuk belajar, disatu sisi si anak kyai menolak karena dia tidak bisa ngajar.

Melihat keadaan ini si anak kyai ini yakin bahwa si abdurrahman ini seorang pemuda kampung yang bodoh, sehingga timbullah pikiran jahat untuk menjahili si abdurrahman. Si anak kyai ini bertanya kepada Abdurrahman, “Apa kerja kamu ?” abdurrahman menjelaskan bahwa dia bekerja sebagai kuli ladang di kampungnya. Si anak kyai itu berkata, “Bagus, saya punya ladang disana, kamu balik ke kampung kamu lalu kamu tanami ladang saya, kalau kamu mau belajar sama saya, kamu kerja disana nanti 10 tahun lagi kamu balik kemari untuk belajar agama.” Si Abdurrahman ini hatinya bersih dan karena dia sungguh-sungguh ingin belajar agama, dia setujui persyaratan anak kyai tadi. Pergilah si Abdurrahman ini balik ke kampungnya di gunung untuk menjadi kuli ladang kembali menggarap ladang si anak kyai tadi juga. Dia kembali bekerja dengan niat untuk belajar agama disanalah dia bermujahaddah. Dia terus bekerja disana tanpa mempelajari satu alifpun.

Allah Swt Maha Adil dan Maha mengetahui kesucian dan kebersihan niat si Abdurrahman ini. Persis 10 tahun dia bekerja ada seorang ulama besar meninggal dunia di masa itu. Allah Swt dengan QudratNya memindahkan ilmu agama dan pemahaman agama si Ulama tersebut kepada si Abdurrahman tanpa perantara guru. Asbab ini dengan serta merta jadi alim, si abdurrahman pikirannya terbuka dan pemahamannya bertambah. Bagaimana prasangka Abdurrahman saat ini mengalami kejadian yang demikian ? si Abdurrahman berpikir, “Masya Allah guru saya ini luar biasa, dia mengajarkan agama kepada saya dari jarak jauh.” Begitulah sikap abdurrahman memuji kepada gurunya karena sudah mengajarinya agama dari jarak jauh. Akhirnya si Abdurrahman turun dari gunung pergi mengunjungi si anak kyai untuk berterima kasih. Si anak kyai bertanya, “Bagaimana kabar kamu ?” si Abdurrahman menjawab, “Alhamdullillah berkat ajaran pak kyai dari jarak jauh, kini saya sudah jadi alim, paham mengenai banyak hal tentang agama.” Si anak kyai ini tidak percaya, masa hanya dengan bertani sesorang bisa berubah jadi alim. Melihat hal ini karena penasaran si abdurrahman diajak keliling oleh anak kyai ini untuk bertemu ulama-ulama agar bisa membuktikan perkataan abdurrahman ini. Terkejut si anak kyai ini ternyata setelah di test memang betul bahwa si abdurrahman ini alim.

Asbab si Abdurrahman, Allah berikan si anak kyai ini hidayah, bertaubat, lalu menyantri dengan si abdurrahman ini. Ini adalah kisah nyata yang diceritakan oleh masyeikh kita. Disini ada pelajaran yang bisa kita ambil :

1. Niat ikhlas
2. Mujahaddah
3. Sangka Baik
4. Asbab Hidayah

Begitu kita di dalam kerja dakwah ini, kita terus dakwah walaupun dengan segala kelemahan kita, sampai kita ketemu orang seperti si Abdurrahman ini. Berkah dari orang seperti ini akan kita dapatkan asbab kerja dakwah ini. Ini adalah contoh bagaimana Allah akan berikan kepahaman kepada kita kalau kita mau bersusah payah dalam memperjuangkan agama ini. Tidak ada sejarahnya orang dapat pemahaman agama hanya dengan santai-santai dan senang-senang. Kepahaman agama hanya Allah berikan kepada orang yang mau mujahaddah memperjuangkan agama. Sehingga tidak salah langkah dalam agama. Hari ini agama hanya ditafsirkan menurut akal pikiran dan nafsu kita masing-masing karena telah ditinggalkannya mujahaddah. Sehingga mengamalkan agama menurut hawa nafsu, menurut pikiran kita saja, bukannya mengikuti daripada yang di contohkan oleh Rasullullah SAW dan para sahabat RA.

Kita keluar di jalan Allah ini bukan hal yang baru, ini merupakan syarat untuk memahami agama, dengan cara bersusah payah dijalan Allah. Asbab kita tinggalkan mujahadah sehingga hari ini ummat mudah terbawa daripada keinginan-keinginan dari orang kafir agar hidup ini senang-senang dan mewah-mewah. Sementara untuk agama tumbuh subur kita harus bisa zuhud terhada dunia bukannya mewah-mewah. Oleh karena itu kita semua harus siap untuk bermujahaddah di jalan Allah agar Allah beri kepahaman agama kepada kita. Kita keluar dijalan Allah kita belajar zuhud terhadap dunia, bawa pakaian seadanya, masak sendiri nyuci sendiri, kadang-kadang kepanasan, kadang-kadang kedinginan, tidur dilantai, banyak nyamuk dan lain-lain. Ini adalah faktor-faktor yang membuat datangnya hidayah yaitu dengan mujahaddah. Sementara kalau kita dirumah kita dapat kenyamanan makanan disediakan, baju ada yang nyuci, tidur dikasur, sehingga agama susah masuk kalau kita dirumah saja. Asbab kenyamanan di rumah ini membuat kita tidak paham agama, karena mata hati kita tidak terbuka.

Untuk kepahaman atas Al Quran dan Hadits itu membutuhkan sifat Mujahaddah. Jangan pernah merasa cukup mempelajari Al Quran dan Hadits karena kedalamannya sangat luas,agama itu luas, dibutuhkan mujahaddah yang terus menerus untuk memahaminya. Walaupun kita sudah mengamalkan agama tetap akan masih kurang. Maka acuan kita bukanlah pada orang jaman sekarang dalam pengamalan dan pemahaman tetapi Rasullullah SAW dan para Sahabat RA. Dibanding rasullullah SAW dan para sahabat pengamalan kita dan pemahaman agama kita sangat jauh sekali dibanding mereka.

Inilah mengapa kita harus merintis pengorbanan kita agar seperti mereka. Bagaimana ketaatan kita seperti mereka. Untuk itulah kita lagi dan lagi bermujahaddah. Inilah yang perlu kita pahamkan kepada ummat bahwa didalam untuk memahami agama ini penting untuk bersusah payah dijalan Allah Swt. Hari ini ada pemikiran di masyarakat bahwa untuk apa susah-susah dakwah ke kampung-kampung, padahal hari ini ada TV, ada Internet, ada Handphone, ada Radio, lebih luas cakupannya dan lebih banyak penggunanya sehingga point-point dakwah bisa disebar melalui media itu. Padahal kalau kita perhatikan para sahabat dulu mujahaddah berdakwah ke yaman, lalu orang-orang berbondong-bondong masuk islam. Lalu para sahabat mujahaddah berdakwah ke maghribi, lalu ramai-ramai orang-orang berbondong bondong masuk islam. Masuk ke mesir, ramai-ramai orang-orang masuk islam. Masuk ke Aljazair, ramai-ramai orang masuk islam. Padahal dulu belum ada handphone, televisi, radio, ataupun internet, namun asbab ada mujahaddah para sahabat RA dalam berdakwah orang-orang berbondong-bondong masuk islam. Sekarang dengan alat-alat modern ini adakah kita dengar orang-orang suatu negeri berbondong-bondong masuk islam ? jawabnya tidak. Jadi terbukanya mata hati bukan lah karena hal-hal seperti itu. Kalaulah memang tv, radio, Handphone, dan radio memang bisa memajukan agama pastilah sudah diberikan kepada Rasullullah SAW oleh Allah Swt. Ini karena Allah Swt berfirman :

“Al yauma akmaltu lakum dinnakum…” Artinya : Hari ini telah sempurna Agama

Tidak memerlukan lagi cara yang seperti itu, cara yang dibawa oleh Nabi SAW adalah cara yang sudah sempurna, tinggal mengikuti saja, jangan pakai akal-akalan kita. Kita tidak menafikan kalau orang mau memakai itu silahkan saja tetapi cara Mujahaddah ini jangan ditinggalkan. Kita akan tambah jauh dari agama jika kita tinggalkan cara Nabi SAW. Sehingga sesam islam sekarang mudah di adu domba, dibenturkan, satu sama lain, sampai terjadi perang sesama islam. Ini karena mereka tidak paham sama agama. Andaikata kita paham dengan agama akan timbul kasih sayang, cintai mencintai, rukun, dan satu hati itu akan terjadi.

Kita belum paham agama karena kita kurang bermujahaddah. Dalam beramal ini, Allah akan bukakan mata hati sejauh mana kita bermujahaddah. Kata para ulama kalau kita beramal akan mendapatkan pahala, tetapi kalau dengan bermujahaddah maka akan mendapatkan hidayah. Contoh kalau kita berwudhu ini akan mendapatkan pahala, tetapi kalau kita berwudhu ditempat yang dingin, dalam keadaan ngantuk, dan lain-lain, selain dapat pahala kita akan dapat hidayah. Kita di Indonesia ini puasa tidak terlalu berat, apalagi di Eropa dimusim dingin, siangnya lebih pendek, lebih enak lagi puasanya. Berbeda kalau kita puasa di negeri arab panasnya luar biasa, siangnya lebih panjang, sedikit-sedikit haus. Kita ini kalau hanya di indonesia saja tidak akan mengalami mujahadahnya beramal di negeri orang. Jika kita mengalamin bermujahaddah di negeri mereka ketika musim panas dan musim dingin, maka hidayah akan datang kepada kita. Kita lihat saudara-saudara kita yang bermujahaddah, iman mereka kuat. Sehingga walaupun ditengah-tengah kemaksiatan, Allah berikan kekuatan untuk mengamalkan agama.

Saya lihat waktu kami ke spanyol, saya lihat orang-orang islam dari marokko, maghribi. Di Marokko Quran ini sudah membudaya. Ketika kami ke morokko kami lihat setiap bada maghrib dan bada subuh seluruh mesjid membaca al quran bersama secara berurutan. Setiap hari membaca 1 juz bersama-sama sehingga dalam 1 bulan mereka sudah biasa mengkhatamkan Al Quran. Ketika kami berjaulah baru kami baca ayat pendek mereka yang meneruskan bacaannya anak-anak muda sudah hafal Quran, banyak sekali kami temui di spanyol. Di bulan puasa biasa bagi mereka terawih baca 1 juz. Semangat Ibadah mereka sangat tinggi, ini di negeri kafir, bagaimana dengan kita disini yang kononnya muslim terbesar. Di negeri kafir penuh dengan kemaksiatan, mereka bisa sholat terawih bacaan Qurannya 1 juz. Ketika kami di Barcelona di markaz tabligh yang konon baru dibangun tahun 1987 agama berkembang pesat. Padahal dulunya kalau orang muslim mengucapkan salam saja bisa marah orang karena merasa panggilan kampungan begitu. Namun asbab ada kerja dakwah kini di Barcelona sholat dzuhur saja ramainya sama seperti sholat jumat. Sebelum tabligh datang, dulu orang-orang Maroko di Barcelona tidak sholat, namun asbab tabligh alhamdullillah, dikota maksiat orang-orang tetap menjaga sholat berjamaahnya. Walaupun kita sedang jaulah orang-orang di bar di tempat-tempat ngopi tapi ketika kita datangin waktu jaulah mereka mendengarkan dengan baik.

Kalau di Spanyol ini banyaknya orang Marokko, lain lagi di Portugal orang islam banyaknya orang Afrika dari Mozzambiek. Mereka membangun mesjid besar dan megah, setiap malam mereka menjamu orang buka dan makan malam sekitar 400 orang setiap harinya. Luar biasa semangat mereka dalam beribadah dan bersedekah. Bahkan kita kira pemerintah mereka yang kononnya tidak menyukai islam, pemerintahan kafir, ternyata mereka justru senang dengan orang islam, bahkan ikut nyumbang dalam membangun mesjid. Hubungan mereka orang islam dengan pemerintah ternyata baik ini karena akhlaqnya bagus, tidak membuat kekacauan sehingga pemerintah sana senang. Disana, Portugal, pemerintahnya memberikan banyak kemudahan-kemudahan dalam menjalankan usaha dakwah. Ini karena mereka melihat orang-orang yang ada salam usaha dakwah ini orangnya baik-baik tidak menganggu politik ataupun yang lainnya, umum jalankan usaha agama saja. Demikian asbab bermujahaddah dijalan Allah sehingga Allah bukakan kemudahan-kemudahan dalam usaha dakwah ini.

Lain lagi di perancis, Jaulah kedua lebih banyak dibanding dari jaulah pertama, beda dengan di Indonesia yang jaulah pertamanya lebih banyak dibanding jaulah keduanya. Ini karena banyak mesjid di Indonesia menjalankan mesjid di jaulah pertama tapi jaulah keduanya tidak. Kalau di perancis mereka menggunakan cara misalnya ada 8 orang di mesjid jaulah pertama, maka semuanya akan bergerak bersama-sama. Tetapi kalau jaulah kedua di perancis ini, yang 8 orang dibagi 4 rombongan dibagi per 2 orang untuk jaulah kedua. Di perancis karena jarang mesjid maka caranya mereka gelar tikar dibawah pohon, lalu waktu adzan mereka jaulah ke flat-flat. Alhamdullillah mereka yang ditaman dan dijalan-jalan, mereka berdatangan, mendengar bayan. Para taskilan, mereka dibawa kebawah pohon seperti piknik untuk di iqrom. Waktu sholat berjamaah mereka berbondong-bondong ikut sholat dibawah pohon. Mereka terus menerus sholat dibawah pohon akhirnya Allah ubah keadaan sehingga kini mesjid bertambah menjadi ribuan mesjid. Sekarang total kurang lebih mesjid di perancis ada 3500 mesjid.

Pernah dulu raja Arab Saudi, raja Faisal ketika itu mengajukan proposal kepada pemerintahan perancis untuk mendirikan mesjid karena susahnya dia nyari mesjid untuk sholat. Mendapat tawaran itu presiden perancis konsulasi dengan para pendeta gereja saat itu untuk menyikapi proposal raja Arab. Mereka membalas surat ke Raja Arab ketika itu yang isinya kalau mereka diperbolehkan mendirikan gereja di mekah, maka raja Faisal diperbolehkan membangun mesjid di Perancis. Mendapat jawaban seperti itu Raja Faisal membatalkan niatnya untuk membangun mesjid. Setelah dengan jalan kekuasaan pemerintah untuk menegakkan agama dengan membangun mesjid tidak mampu dilaksanakan. Namun, alhamdullillas asbab kerja dakwah yang dilakukan dengan cara diam-diam, kini mesjid ada dimana-mana di perancis. Di tahun 1960 an di perancis hanya ada 1 mesjid, kini tahun 2009 jumlah mesjid ada ± 3500 mesjid. Ini kelebihan pemerintahan perancis, hak azasi sangat dihargai bagi warga negara sana.

Suatu ketika di salah satu kota perancis ini ketika adzan dikumandangkan, warga non muslim protest, sehingga diangkatlah kasus ini ke pengadilan. Pengacara orang islam ini pintar, mereka berargument kalau memang mereka terganggu karena suara adzan seharusnya mereka lebih terganggu lagi sama suara bising pesawat di airport, karena lokasinya sangat dengat dengan airport. Jadi kalau memang mau ditetapkan seperti itu maka seharusnya airportpun juga di tiadakan. Akhirnya umat islam menang di pengadilan bisa diterima secara akal. Kalau misalnya mereka tidak suka bising bukannya airport yang digusur tapi merekalah yang harus pindah jauh dari Airport. Begitu juga dengan suara adzan kalau memang tidak suka dengan suara adzan yang tidak seberapa jangan di larang adzannya tapi merekalah yang harus pindah. Alhamdullilah akhirnya yang non muslim pada pindah, dan yang islam pindah kedaerah itu. Demikanlah dengan mujahaddah ini Allah berikan kemudahan-kemudahan.

Juga sudah banyak bukti banyak orang-orang masuk islam asbab Akhlaq. Banyak laki-laki di perancis ingin mencari wanita-wanita islam, karena wanita islam ini taat dan tidak khianat kepada suami. Jadi kalau kita terus bermujahaddah di jalan dakwah ini maka nanti akan datang orang-orang berbondong-bondong masuk islam. Seperti dijaman Sahabat RA, bahwa orang-orang akan berbondong-bondong masuk islam ketika umat islam sudah sempurna agamanya : Iman nya betul, Ibadahnya Betul, Muamalahnya Betul, Muasyarohnya betul, dan Akhlaqnya betul. Orang yang hidup di luar agama ini hidupnya tidak ada kebahagiaan hanya sangkaannya, kelihatannya bahagia, padahal rohaninya kosong. Memang betul secara dzohiriyah mereka maju dari makanannya, pakaiannya, transportasinya, rumahnya, namun secara rohaniat mereka kosong dan gersang hatinya. Padahal mereka cukup makan uang ada, dan pakaian banyak, tapi tiap hari mereka bengong saja, sehingga untuk menghilangkan kekosongan dan kesusahan dalam hatinya ini akhirnya mereka buat kebiasaan fly atau mabuk-mabukan agar bisa senang. Seharusnya keadaan mereka ini jangan kita benci tapi harus dikasihani, karena sesungguhnya dengan kehidupan seperti itu kehidupan mereka seperti tinggal menunggu adzab saja. Walaupun hidup mewah dan nyaman tapi jika mati tidak membawa iman maka mereka akan di azab selama-lamanya. Kita yang bertanggung jawab atas mereka ini. Dakwahkan agama, Kita bersusah payah datang kepada mereka. Asbab kerisauan kita ini kepada mereka maka Allah akan bukakan mata hati kita, nanti Allah beri kepahaman. Jika mata hati kita menyanyangi umat, maka Allah akan sayang kepada kita.

Mahfum Hadits :

“Irhamu ma fil ardhi yarhamu suma fissama” Artinya : “Kamu kasihani apa yang ada di muka bumi maka ahli langit akan kasih kepada kamu”

Bukannya kita gunjingi atau diperangi mereka, tetapi justru harusnya kita kasihani mereka, kita dakwahkan mereka menyampaikan Kalimat Tauhid. Mereka ini adalah tanggung jawab kita. Agama Islam ini bukan untuk orang islam saja tapi untuk semua manusia.

Allah berfirman :

Innadeena Indallahiil islam : Agama yang diterima oleh Allah hanya Islam

Selain islam tidak akan diterima, dan Allah ini bukannya tuhan untuk umat islam saja tapi Allah ini Rabbunnaas, Tuhan seluruh manusia, bahkan Rabbul Alamin, Tuhan seluruh alam. Dan Nabi Muhammad SAW bukan hanya nabi untuk umat islam saja tetapi untuk seluruh umat manusia.

Allah berfirman :

Wama arsalnaka illa kaffatan linnas : Kami tidak utus engkau Muhammad melainkan untuk seluruh manusia

Begitu juga Al Quran bukan kitab suci bagi umat islam saja, tapi Hudallinnaas, petunjuk bagi seluruh manusia, bukan huda lilmuslimin, petunjuk bagi muslim saja. Sekarang siapa yang mau bertanggung jawab atas umat pada hari ini, yang sebagian besar tidak kenal pada Allah, tidak kenal pada Nabi Saw, tidak kenal pad Al Quran, sedangkan Nabi sudah tidak akan datang lagi. Ini semua adalah tanggung jawab kita untuk menyampaikan ini kepada mereka. Manusia dalam kecelakaan besar, Kalau kita mati tidak ada harta, tidak ada pakaian, tidak ada rumah, ini tidak bahaya selama ada iman, namun jika mati dalam keadaan tidak beriman maka mereka akan disiksa selama-lamanya. Kita harus melanjutkan fikir Nabi Saw dan usaha Nabi Saw. Kita memang bukan Nabi atau Rasul namun Allah muliakan kita dengan mewariskan usaha kenabian kepada ummat ini untuk dilanjutkan.

Jangan kita kecil hati bahwa kita ini lemah banyak kekurangan sementara penduduk manusia miliaran bagaimana mungkin ? Kita harus ambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim AS. Ketika Nabi Ibrahim AS dibakar oleh Namrud Laknatullah Alaih, ada seekor burung kecil bawa air di paruhnya terbang tinggi diatas apinya membawa air bolak balik agar api padam. Malaikat bertanya, “Apa yang kamu kerjakan wahai burung ?” burung menjawab, “sedang berusaha memadamkan api yang membakar kekasih Allah, ibrahim AS.” Malaikat bilang apa manfaatnya membawa air sedikit itu untuk mematikan api yang demikian hebat, belum sampai ke api sudah menguap. Kata burung biar saja tidak apa-apa, yang penting kata burung nanti di akherat ketika Allah bertanya kepadanya, “Wahai Burung adakah kamu menyaksikan kekasihku dibakar, lalu apa yang kamu lakukan ?” Maka aku akan menjawab, “Ya Allah aku hanya bisa membawa sedikit air saja di paruh aku menurut kemampuanku saja, mudah-mudahan dengan amalku yang sedikit ini bisa diterima.” Jadi jangan lihat besar kecilnya dunia kita tapi lihatlah seberapa kemampuan kita. Allah tidak melihat hasil dalam usaha agama ini tapi yang dilihat oleh Allah Swt adalah usaha kita. Nabi Nuh AS 950 tahun dakwah siang malam tapi yang dapat hidayah cuman 80 orang saja, tapi Nabi Nuh AS tidak dianggap gagal oleh Allah SWT. Walaupun dilempari batu tapi usahanya tidak berhenti. Maka Insya Allah kita niatkan ambil bagian dalam Takaza Agama ini.

Iman dan Amal Sholeh

Dalil – Dalil didalam Alquran tentang Iman dan Amal Soleh (yang maknanya) :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguh-nya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: An-Nahl: 97)

CATATAN : APABILA INGIN MEMBACA SALAH SATU ARTIKEL DENGAN LENGKAP KLIK PADA JUDUL ARTIKEL

“Demi masa.

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr 1-3)

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(QS: Al-’Araaf: 96)

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS: Al-Baqarah: 62)

“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah “salaam”"(QS: Ibrahim: 23)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.”(QS: Yunus: 9)

“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.“(QS: Al-Ankabut: 7)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,(QS: Al-Anfal: 2)

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS: An-Nur: 55)

“Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),”(QS: Thaahaa: 75)

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS: Al-Hajj: 38)

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS: Al-Baqarah: 257)

“dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS: Al-Hajj: 54)

“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.(QS: An-Nisaa: 141)

“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS: Al-Hajj: 77-78)

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. “ (QS: Al-Baqarah: 62)

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perk.ataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orangorang yang akan mewarisi, (ya’ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya,” (QS. al-Mu’minun : 1-11)

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d: 28-29)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 256).

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat : 10).

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.” (Al-Hujurat : 14).

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. Katakanlah (kepada mereka): “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar”.Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hujurat : 15-18).

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. “(Al-Bayyinah : 7).

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. ” (QS Al-Bayyinah 8)

“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. “(QS An-Nisaa’ 69)

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS Muhammad : 15)

masih banyak lagi dalil-dalil didalam Alquran dan Hadist tentang Iman dan Amal Soleh dan yang lebih penting lagi adalah Usaha atas Iman…..

Iman dan Islam

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dengan sanadnya yang bersambung kepada Yahya bin Ya’mur –rahimahullah-, ia berkata: “Sesungguhnya orang pertama yang mengingkari taqdir adalah Ma’bad Al-Juhani di Bashrah. Karena itu ketika aku berangkat haji bersama Humaid ibnu Abdirrahman Al-Himyari dan sampai di Madinah, kami berkata: “Semoga saja kita bisa bertemu dengan beberapa Shahabat.” Dan kamipun bertemu dengan Abdullah bin ‘Umar –radhiyallahu ‘anhumaa- di Masjid, maka kami apit dia antara aku dan shahabatku.

Berkata Yahya bin Ya’mur: “Aku menduga bahwa shahabatku akan meminta aku untuk berbicara, maka aku berbicara: “Wahai Aba Abdirrahman, sesungguhnya di tempat kami ada beberapa orang yang membaca Al-Qur’an, namun mereka mengingkari adanya taqdir dan bahwasanya segala sesuatu terjadi begitu saja”. Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhumaa- berkata: “Jika engkau bertemu mereka khabarkanlah bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku. Demi Allah yang ibnu ‘Umar bersumpah dengan-Nya, kalau saja salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian di infakannya, niscaya Allah tidak akan menerimanya sampai dia beriman kepada taqdir baik dan buruknya.

Kemudian Ibnu ‘Umar berkata: “Telah menyampaikan kepadaku ‘Umar bin Khathab –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata: “Ketika kami sedang duduk di dekat Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian putih bersih, berambut hitam pekat, tidak Nampak sedikitpun padanya tanda-tanda dari perjalanan jauh dan tidak seorangpun di antara kami yang mengenalinya, sampai akhirnya ia duduk menghadap Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu ia menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi, seraya berkata: “Ya Muhammad terangkan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab: “Islam adalah engkau bersaksi tiada ilah yang berhaq disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan engkau berhaji ke Baitullah jika engkau mampu untuk menunaikannya.” Ia berkata: “Engkau benar!” Kami merasa heran kepadanya, ia yang bertanya dan ia juga yang membenarkannya.

Kemudian dia berkata lagi: “Khabarkan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab: “(Iman itu adalah) engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari akhir, serta engkau beriman kepada taqdir baik dan buruknya.” Ia berkata: “Engkau benar!”

Lalu ia berkata: “Selanjutnya terangkan kepadaku tentang Ihsan!” Rasulullah menjawab: “Yaitu hendaknya engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau merasa tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa dia selalu melihatmu”.

Orang itu kembali bertanya: “Beritahukan kepadaku kapan terjadinya hari kiamat?” Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab: “Tidaklah yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Orang tersebut kembali bertanya: “Kalau begitu beritahukan aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab: “Yaitu apabila budak perempuan melahirkan majikannya dan engkau melihat seseorang yang tidak beralas kaki, telanjang, papa dan penggembala saling berlomba-lomba dalam meninggikan bangunannya.”

Kemudian orang tersebut berlalu (pergi). Maka kami terdiam untuk beberapa saat. Lalu Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- berkata: “Dia adalah Jibril. Ia datang untuk mengajari kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim)

Di dalam hadits Jibril –‘alaihi salam- diatas kita melihat bahwa Islam dan Iman adalah dua perkara yang berbeda. Ketika ditanya tentang Islam, Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab dengan amalan-amalan dhahir (amalan lahiriah). Sedangkan ketika ditanya tentang Iman Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- menjawabnya dengan amalan-amalan bathin (amalan hati) yaitu tentang keyakinan dan kepercayaan.

Walaupun Islam dan Iman hampir tidak bisa dipisahkan, amalan hati dalam bentuk keyakinan pasti akan mempengaruhi amalan-amalan dhahir. Demikian pula sebaliknya, amalan dhahir tidak akan bermakna tanpa disertai dengan niat lurus yang berada dalam hati. Maka amalan-amalan dhahir seperti mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, zakat, belum tentu akan menjadi amalan yang berarti disisi Allah hingga diiringi keyakinan dan keikhlasan di dalam hati.

Allah –Subhanahu wa ta’ala- juga memerintahkan Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- untuk menegur orang-orang Arab Baduy; dan menyatakan bahwa mereka belum beriman, ketika mereka datang dalam keadaan mengira –dengan keislamannya- telah memberikan jasa dan keuntungan kepada Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam-. Allah –Ta’ala- berfirman:

“Orang-orang Arab Baduy itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: ‘Kalian telah menjadi muslim’, karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian….” (Al Hujuraat:14)

Maka ayat ini pun menunjukkan perbedaan Islam dengan Iman; bahwasanya amalan-amalan dhahir hanya menunjukkan keislaman seseorang, adapun iman akan tumbuh sesuai dengan keyakinan hatinya. Oleh karena itulah orang-orang Arab gunung tadi dinyatakan oleh Allah –Subhanahu wa Ta’ala- yang Maha Mengetahui bahwa keimanan belum masuk pada diri mereka.

Tentunya amalan hati tidak bisa dilihat oleh kita sebagai manusia biasa, namun bisa dilihat dari tanda-tandanya. Tentu akan berbeda seorang yang shalat hanya karena terpaksa dengan tanpa keikhlasan dalam hatinya, seperti shalatnya kaum munafiqin. Allah gambarkan mereka dalam ayat-Nya:

“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (An-Nisaa:142)

Demikian pula pada kisah A’rabi (orang-orang Arab gunung) diatas. Ada beberapa tanda bahwa keimanan belum masuk pada hati mereka; Pertama mereka memanggil Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- dari luar bilik dengan tidak sopan, maka Allah menghibur Nabi-Nya dengan menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang bodoh.

“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar bilik(mu) kebanyakan mereka adalah orang yang bodoh”. (Al-Hujuraat:4)

Kedua mereka mengira bahwa keislaman mereka menguntungkan dan memberikan jasa kepada Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam-. Padahal sebaliknya justru Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- memberikan jasa kepada mereka dan Allah –Ta’ala- yang memberikan hidayah kepada mereka. Allah –Ta’ala- berfirman:

“Mereka merasa telah member ni’mat kepadamu dengan keIslaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah member ni’mat kepadaku dengan keislaman, sebenarnya Allah yang melimpahkan ni’mat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan”. (Al-Hujuraat:17)