Rabu, 09 Februari 2011

Inilah Kronologis Pelecehan Islam oleh Pendeta Antonius & Kerusuhan Temanggung

TEMANGGUNG (voa-islam.com) – Ulah Pendeta Antonius Rechmon Bawengan ini sungguh keterlaluan dan biadab. Secara terang-terangan, pendeta berdarah Manado ini menyebarkan buku dan selebaran hujatan terhadap Islam.

Di kampung orang, pendeta kelahiran 58 tahun silam ini menyebarkan dua buku berjudul “Ya Tuhanku Tertipu Aku” dan buku “Saudara Perlukan Sponsor (3 Sponsor, 3 Agenda dan 3 Hasil)” yang penuh dengan pelecehan Islam, antara lain: menghina Allah dan Nabi Muhammad sebagai Pembohong; ibadah haji adalah simbol kemesuman Islam; Hajar Aswad adalah simbol dari –maaf– vagina; tugu Jamarat di Mina adalah simbol dari –maaf– kemaluan laki-laki; umat Islam yang shalat Jum’at di masjid sama dengan menyembah dewa Bulan karena di atas kubah masjid terdapat lambang bulan-bintang; Islam agama bengis dan kejam; dan masih banyak lagi hujatan lainnya. Yang lebih menyesatkan lagi, Pendeta Antonius menukil ayat-ayat Al-Qur’an dalam hujatan-hujatan tersebut.

Inilah kronologis kasus penodaan agama ini:

SABTU, 23 OKTOBER 2010

Pendeta Antonius menginap di rumah saudaranya di Dusun Kenalan, Desa/Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung. Ia hanya semalam menginap di tempat itu untuk melanjutkan perjalanan ke Magelang. Namun waktu sehari tersebut digunakan untuk membagikan buku dan selebaran berisi tulisan yang menghina umat Islam.

Pagi hari pukul 08.00, Antonius menyebarkan dua buku berjudul “Ya Tuhanku Tertipu Aku” dan buku “Saudara Perlukan Sponsor (3 Sponsor, 3 Agenda dan 3 Hasil).” Modusnya, dua judul buku tersebut diletakkan begitu saja di halaman rumah warga setempat, termasuk di halaman rumah Bambang Suryoko.

Karena isi buku-buku itu meresahkan masyarakat, maka Bambang Suryoko didukung warga lain dan sejumlah organisasi kemasyarakatan melaporkan Pendeta Antonius ke polisi, yang ditindaklanjuti dengan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan.

….Di kampung orang, pendeta berdarah Manado ini menyebarkan buku Kristen yang menghina Allah dan Nabi Muhammad sebagai Pembohong; ibadah haji adalah simbol kemesuman Islam; umat Islam yang shalat menyembah dewa Bulan, dll….

SELASA, 26 OKTOBER 2010

Buntut dari tulisan yang memancing emosi umat Islam ini, Antonius ditahan di Polres Temanggung sejak 26 Oktober 2010. Pria yang KTP-nya tercatat sebagai warga Kelurahan Pondok Kopi, Duren Sawit Jaktim ini didakwa melakukan tindakan penistaan agama. Ia dijerat dengan ketentuan pasal 156 huruf a KUHP (primer), dan pasal 156 KUHP (subsider), dengan ancaman hukuman penjara selama 5 tahun.

KAMIS, 20 JANUARI 2011

Sidang di Pengadilan Negeri (PN) Temanggaung, Kamis (20/1/2011) berlangsung nyaris ricuh. Agenda dalam sidang yang dipimpin Dwi Dayanto SH itu mendengar keterangan tiga saksi, yaitu Fahrurazi, Ketua RT Dusun Kenalan Kecamatan Kranggan, dan dua warganya yakni Bambang Suryoko dan Agus Adi Cahyono.

Ribuan umat Islam Temanggung mendatangi pengadilan untuk menghadiri sidang kasus penistaan agama atas terdakwa Pendeta Antonius dengan agenda pemeriksaan saksi.

Pengunjung sidang menudingkan jari telunjuk ke arah terdakwa dan terus meneriakkan kalimat kecaman yang menyebut terdakwa merupakan teroris yang sebenarnya, sehingga harus dibunuh atau dihukum mati. Majelis hakim berulang kali mengetukkan palu meminta pengunjung sidang diam untuk mendengarkan keterangan para saksi.

Namun massa yang marah tidak menghiraukannya. Mereka terus saja mencaci dan meneriaki terdakwa. Bahkan saat polisi yang berjaga di ruangan sidang mencoba menenangkan kemarahan pengunjung, massa tetap tidak mengindahkannya dan terus berteriak.

Seusai persidangan, massa langsung berhamburan berusaha menyerang terdakwa. Saat terdakwa keluar ruang sidang, Antonius langsung disasar sejumlah massa. Antonius pun dipukuli sehingga wajah dan bahunya mengalami memar-memar. Namun polisi segera mengamankannya meninggalkan ruang sidang.

….Dalam buku Kristen yang disebarkan Pendeta Antonius, Hajar Aswad dilecehkan sebagai simbol vagina; tugu Jamarat di Mina dihina sebagai simbol dari kemaluan laki-laki….

Aksi kejar dan baku pukul berlanjut kala terdakwa dimasukkan ke mobil tahanan. Kalah jumlah personel, polisi berkali-kali mengeluarkan tembakan peringatan ke udara. Polisi berusaha membubarkan massa.

KAMIS, 27 JANUARI 2011

Pekan berikutnya, Kamis (27/1/2011) sidang lanjutan kembali digelar dengan agenda mendengarkan keterangan para saksi, termasuk saksi ahli dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Untuk mengamankan jalannya sidang, kepolisian menerjunkan 1 SSK lengkap dengan 2 mobil Barracuda, water canon dan pasukan anti huru-hara (PHH).

Prosesi persidangan berlangsung lancar dan tanpa ada kericuhan apapun. Berkali-kali pekikan takbir bergema di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Kabupaten Temanggung. Ketertiban para pengunjung sidang yang terdiri dari berbagai elemen kaum muslimin masih terkendali.

Namun di saat sidang dinyatakan selesai dan akan dilanjutkan pekan depan, sontak massa berlarian menghampiri tersangka Pendeta Antonius yang secepat kilat dilindungi oleh aparat kepolisian. Massa menjadi beringas saat menyaksikan petugas menyelamatkan tersangka ke dalam mobil Barracuda. Mereka berlarian mengejar dan mengepung sekitar gedung pengadilan, namun petugas berhasil melarikan si penghujat itu.

Puluhan massa yang tidak sabar dan geram mendengar ulah pendeta penghujat itupun melampiaskan kemarahan mereka dengan melakukan sweeping di seluruh ruangan gedung pengadilan negeri Temanggung. Tak berhasil menemukan si penghujat, massa pun berbondong-bondong menuju ke Lembaga Pemasyarakatan Temanggung untuk mencari tersangka. Namun hasilnya nihil dan mereka pun melampiaskan kemarahan mereka dengan merusak deretan sepeda motor di depan LP Temanggung.

….Islam dituding sebagai agama bengis dan kejam. Yang lebih menyesatkan lagi, Pendeta Antonius menukil ayat-ayat Al-Qur’an dalam hujatan-hujatan tersebut….

SENIN, 8 FEBRUARI 2011

Sidang keempat digelar dengan agenda pembacaan tuntutan. Dalam tuntutan yang dibacakan Jaksa Siti Mahanim, terdakwa Antonius dituntut 5 tahun penjara dipotong masa tahanan. Jaksa berdalih, hukuman maksimal tersebut sesuai ancaman yang tertuang dalam Pasal 156 KUHP tentang penistaan agama.

Massa dari sejumlah ormas Islam merasa tuntutan tersebut sangat mengecewakan. Tuntutan jaksa itu dinilai tidak setimpal dengan penghujatan pendeta terhadap Allah, Nabi Muhammad dan syariat Islam. Maka lahirlah kerusuhan yang meluas hingga ke luar pengadilan. Akibat kerusuhan ini, dua orang aktivis Muslim terkapar akibat tembakan peluru karet polisi, beberapa unit sepeda motor dan satu unit mobil Dalmas milik Polres Temanggung dibakar massa. Selain itu beberapa fasilitas gereja di sekitar PN Temanggung jadi sasaran amuk massa.

Penghujatan agama yang dilakukan pendeta harus dibayar mahal dengan rusaknya fasilitas umum dan terkoyaknya hubungan antarumat beragama. Biang kerok kerusuhan antarumat beragama adalah Pendeta perovokator Antonius Richmon Bawengan. [taz/dbs]

PM: Umat Muslim Telah Banyak Lakukan Hal Baik Bagi Harmoni Singapura

SINGAPURA (voa-islam.com) - Komunitas masyarakat Muslim di Singapura telah melakukan upaya besar untuk berintegrasi dengan masyarakat lain, dan membantu menjadikan Singapura sebagai salah satu dari masyarakat multi-agama yang paling harmonis dan sukses di dunia, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan pada hari Ahad (30/01/2011).

'Muslim adalah komunitas yang dihargai dan dihormati, yang telah melakukan banyak hal baik untuk memperkuat harmoni dan perpaduan sosial kita, "katanya.

Dia juga mendorong para pemimpin masyarakat untuk terus memperluas ruang umum saat menegakkan keyakinan agama masing-masing.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong berbicara kepada wartawan di sela-sela acara komunitas di konstituensi Yio Chu Kang, yang berbatasan dengan Ang Mo Kio GRC di mana ia adalah seorang anggota parlemen.

..Muslim adalah komunitas yang dihargai dan dihormati, yang telah melakukan banyak hal baik untuk memperkuat harmoni dan perpaduan sosial kita..

Para wartawan meminta tanggapannya untuk komentar tentang umat Muslim dan Islam oleh ayahnya, Menteri Mentor Lee Kuan Yew, yang dibuat dalam buku barunya, Lee Kuan Yew: Hard Truths To Keep Singapore Going.

PM Lee menyatakan bahwa perspektifnya mengenai hal itu "tidak persis sama sebagaimana pendapat ayahnya yang juga menjabat sebagai Menteri Mentor, Lee Kuan Yew.

Sebelumnya dalam peluncuran bukunya yang berjudul Lee Kuan Yew: Truths to Keep Singapore Going, Bapak pendiri Singapura Modern itu mendesak warga Muslim singapura untuk menjadi orang Islam yang moderat demi membantu proses integrasi dan pembangunan bangsa di kota-negara itu.

Lee mengatakan orang Muslim secara sosial tidak menyebabkan masalah apapun, tetapi mereka berbeda dan terpisah karena mengamalkan Islam secara ketat, seperti penolakan dalam hal kawin campur (antar agama) dan hal lainya. (st)

Ada 200 Ribu Muallaf Tiap Tahun di Amerika

Koran New York Times dalam sebuah laporannya, menyoroti perkembangan dan peningkatan pengaruh agama Islam di tengah berbagai lapisan masyarakat Amerika Serikat. Ditambahkannya, setiap tahun lebih dari 200 ribu orang di AS memeluk agama Islam.

Sebagaimana dilaporkan situs INN, Selasa (11/1), New York Times menulis, agama Islam terutama di kalangan para imigran dari Republik Dominican, Meksiko, Kuba dan Spanyol, mengalami perkembangan signifikan dan mayoritas orang-orang di AS yang memeluk Islam berasal dari Spanyol (Hispanik).

Seraya menjelaskan bahwa menurut sejumlah penelitian, lebih 200 ribu orang di AS memilih menjadi Muslim setiap tahunnya, New York Times menambahkan, salah seorang yang memutuskan memeluk Islam adalah Musa Franco, warga Kolumbia yang memilih agama Islam sejak usia 13 tahun.

Berdasarkan laporan ini, Miriam Celeste Colon, salah seorang perempuan Amerika yang memeluk Islam pada tahun 2002, mengatakan,"Saya telah mulai mendesain pakaian dengan metode Islami."

Rodriguez, yang memutuskan masuk Islam pada tahun 2009, telah memulai memakai pakaian Muslimah dan aktif menghadiri acara-acara keagamaan.

Kagum pada Ajaran Islam Soal Moral, Profesor Yahudi Bersyahadat

Sebut saja namanya Khadija, nama yang digunakannya setelah masuk Islam. Ia seorang profesor keturunan Yahudi yang menemukan cahaya Islam setelah menyaksikan kematian seorang sutradara bernama Tony Richardson akibat penyakit AIDS. Khadija mengagumi Richardson sebagai sutradara panggung drama yang profesional, brilian dan diakui kalangan seniman internasional.

Kehidupan Richardson sebagai homoseks menularkannya penyakit AIDS yang mematikan. Dari situlah Khadija mulai memikirkan gaya hidup masyarakat Barat dan masyarakat Amerika terutama dalam masalah moralitas. Khadija pun mulai melirik ajaran Islam.

Khadija memulainya dengan mempelajari sejarah Islam. Sebagai seorang Yahudi, ia masih mengingat sejarah nenek moyangnya, Yahudi Spanyol yang hidup di tengah masyarakat Muslim dan terusir pada masa inkuisisi pada tahun 1942. Khadija mempelajari bagaimana kekhalifahan Turki Ustmani memperlakukan para pengungsi Yahudi dengan cara yang manusiawi pada masa pengusiran orang-orang Yahudi dari daratan Eropa.

"Allah membimbing saya dalam belajar dan saya belajar Islam dari banyak tokoh seperti Imam Siddiqi dari South Bay Islamic Association, Hussein Rahima dan kakak angkat saya, Maria Abidin, seorang muslim orang Amerika asli dan bekerja sebagai penulis di majalah SBIA, IQRA," kisah Khadija mengawali ceritanya sebelum menjadi seorang muslim.

Saat melakukan riset tentang Islam, Khadija mewawancarai seorang pemilik toko daging halal di sebuah distrik di San Francisco. Di toko itu ia bertemu dengan seorang pembeli, perempuan berjilbab yang kemudian sangat mempengaruhinya dalam memahami ajaran Islam. Khadija terkesan dengan perilaku perempuan itu yang lembut dan ramah, apalagi perempuan berjilbab itu ternyata menguasai empat bahasa asing.

"Kecerdasannya, membuat saya merasa terbebas dari sikap arogan dan memberikan kesan mendalam di masa-masa awal saya mempelajari bagaimana Islam bisa mempengaruhi perilaku manusia," ujar Khadija.

"Riset yang saya lakukan membuat saya tahu lebih banyak tentang Islam dari sekedar sekumpulan fakta, bahwa Islam adalah agama yang hidup. Saya belajar bagaimana kaum Muslimin memperlakukan diri mereka sendiri dengan penuh martabat dan kebaikan sehingga bisa mengangkat mereka dari kekerasan dan perbudakan di Amerika ..."

"Saya belajar bahwa lelaki dan perempuan Muslim bisa saling mendukung keberadaan masing-masing, tanpa harus merusak keduanya secara verbal maupun fisik. Saya juga belajar bahwa busana yang pantas menunjukkan semangat spiritualitas dan mengangkat derajat mereka sebagai manusia," papar Khadija.

Kondisi itu sangat berbeda dengan apa yang dialami Khadija selama ini, sebagai perempuan yang hidup di tengah budaya masyarakat Amerika. Seperti perempuan Amerika pada umumnya, ia ibarat hidup di tengah perbudakan seksual. Sejak usia dini, Khadija belajar bahwa masyarakat AS pada umumnya menilai manusia semata-mata dari penampilan luarnya saja sehingga banyak remaja, baik perempuan maupun laki-laki yang putus asa karena merasa tidak diterima oleh teman sebayanya.

Setelah mengetahui lebih banyak tentang Islam dan bergaul dengan beberapa muslim Amerika, Khadija makin mencintai dan menghormati Islam. "Saya mendukung dan mengagumi Islam karena Islam memberikan hak yang sama dalam masalah pendidikan untuk laki-laki dan perempuan, menghormati hak laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan ajaran tentang cara berbusana yang pantas serta aturan Islam tentang perkawinan," tukas Khadija.

"Islam mengajarkan untuk menghargadi diri kita sendiri sebagai makhluk ciptaanNya yang dianugerahi kemampuan untuk bertanggung jawab dalam hubungan kita dengan orang lain. Lewat salat dan zakat, serta komitmen keimanan dan pendidikan, jika kita mengikuti jalan Islam, kita memiliki kesempatan untuk mendidik anak-anak yang akan terbebas dari ancaman kekerasan dan eksploitasi," sambungnya.

Dalam perjalanannya memeluk Islam, Khadija aktif di organisasi AMILA (American Muslims Intent on Learning and Activism) dan ikut mengelola situs organisasi itu. Khadija dengan jujur mengakui bahwa komunitas Muslim adalah komunitas yang mengagumkan. "Islam memberi petunjuk pada kita agar terhindar dari api neraka," kata Khadija.

Khadija pun bertekad bulat untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim. "Sang Pencipta dikenal dengan banyak nama. Rahmat-Nya kita rasakan dan kehadiran-Nya dimanifestasikan dengan cinta, toleransi dan kasih sayang yang hadir di tengah kehidupan masyarakat," tandas Khadija. (ln/oi)

Muslim Jerman Berpuasa 18 Jam Sehari

BERLIN (Arrahmah.com) - Puasa selama 18 jam sehari? Tentu sangat mengagetkan buat muslim Indonesia yang umumnya menjalani puasa di bulan Ramadhan selama 13 jam. Kekagetan itu dirasakan warga Indonesia, Erwida Maulia yang satu bulan ini mendapatkan kesempatan kursus dari pemerintah Jerman.

''Awalnya, pertama tahu bahwa kami harus puasa selama 18 jam (sepanjang musim semi), kami agak shock. Tapi, saya dan teman Indonesia yang satu itu bertekad akan mencoba dulu untuk betul-betul menjalaninya sesuai dengan waktu sini,'' tuturnya dari Berlin, Jerman, Kamis (19/08) dini hari waktu setempat.

Soal puasa di Jerman, tadinya Wida dan teman-teman satu kursus yang beragama Islam dari Indonesia dan Afrika ingin mencoba berkomunikasi dengan komunitas muslim di Jerman. Hanya, mereka pun tak sempat berkenalan dengan komunitas itu. Akhirnya, mereka pun mencari tahu dimulainya bulan Ramadhan dari situs internet www.islamicfinder.org. Situs internet itu ternyata sangat berguna untuk mengetahui waktu shalat di berbagai kota di dunia, termasuk arah kiblat.

''Sepertinya, mereka mengambil patokan mulainya puasa di Makkah. Jadi kami mulai puasa hari Rabu minggu lalu (11/08/2010),'' sambungnya.

Meski pun kaget dengan lamanya puasa di Jerman, dia dan teman se-Indonesianya bertekad terus menjalaninya. Sampai hari ini, mereka pun berhasil menjalaninya. ''Delapan hari Ramadhan sudah berlalu, dan ternyata alhamdulillaah kami kuat; bisa puasa dari sekitar pukul 03.00 sampai hampir pukul 21.00, hingga hari ini.''

Kenapa bisa kuat? Dia mengatakan, semua itu didasari dari niat. Selain itu, ada faktor lain yang ikut mendorongnya, yaitu cuaca. Sebetulnya, karena cuaca di sini cukup mendukung. Biarpun musim panas, di Hamburg (di mana dia tinggal sampai Jum'at, pekan lalu) dan di Berlin (tempatnya saat ini) udaranya sangat sejuk.

''Jadi, cuacanya enggak bikin kita cepat haus. Kalau mesti puasa 18 jam di tempat kayak Jakarta, yang udaranya amat panas, mataharinya menyengat, kayaknya sih enggak bakal sanggup,'' katanya sambil tertawa.

Ada lagi yang masih jadi tantangan buat Wida adalah justru waktu shalat. Karena, dia terlalu terbiasa dengan waktu shalat yang sangat teratur di Indonesia, akibatnya dia mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan waktu shalat di Jerman.

''Bayangkan waktu subuh sekitar pukul 03.00 dan berakhir sekitar 05.30. Lalu Zuhur pukul 13.00, Ashar pukul 17.30, Maghrib hampir pukul 21.00, dan Isya hampir pukul 24.00,'' rincinya.

Waktu yang dirasakannya sulit adalah shalat Isya. Kalau mereka sholat Isya dan tarawih dulu baru tidur, kemungkinan besar sahurnya kesiangan, karena hanya tidur sekitar dua jam. ''Kalau tidur dulu, lalu baru bangun sahur, shalat isya dan tarawih, khawatir kebablasan dan waktunya terlalu mepet. Jadi, yah agak-agak 'trial and error' di sini.''

Wida mengaku tak pernah shalat di mesjid di Berlin. Soalnya, lokasi mesjidnya jauh dari lokasinya menginap dan juga jadwal pelatihan yang padat.

Tantangan yang lain adalah karena dia dan teman-temannya harus beraktivitas di sekitar orang-orang yang tidak tahu tentang puasa Ramadhan. Mereka sepertinya sangat kaget bahwa muslim harus puasa, tak makan dan minum selama 18 jam.

Kadang-kadang, tambah Wida, mereka menganjurkannya dan teman-teman kursus yang muslim untuk menunda puasanya di tanah air saja. Bahkan, kadang-kadang kalau ada di antara peserta Muslim yang mengantuk selama pelatihan, puasanya yang disalahkan, walau tak disampaikan secara langsung. ''Meskipun, sebagian besar sebetulnya ngantuk karena alasan yang lain, seperti memang suka bawaan ngantuk kalau pagi-pagi, atau karena malamnya habis main internet-an sampai hampir begadang, atau sebab-sebab yang lain.''

Tentu saja kalau puasa begini, Wida jadi kangen masakan ibunya di rumah. ''Kangen gorengan, teh manis hangat, dan es campur yang hampir selalu jadi menu berbuka di rumah. Aku juga kangen makan bakso habis shalat tarawih di Tangerang,'' tawanya sambil berharap, di akhir-akhir puasa, dia masih sempat mencicipi makanan kesukaannya itu.

Soal makanan halal di sana, dia tak menemukan banyak kendala. Umumnya, jurnalis salah satu media nasional di Jakarta ini umum memilih menu seafood supaya aman dan kadang-kadang disediakan makanan vegetarian. ''Waktu di Hamburg panitianya kadang nyediain ayam atau daging halal, jadi lumayan juga. Tapi di Berlin sini, cari makan sendiri. Jadi, kalo lagi kangen ayam atau daging, aku cari kedai kebab Turki yang biasanya pasang logo halal.''

Selama di Berlin, dia sangat berharap bisa mengunjungi pameran tentang Ramadhan di kota itu. Di Berlin ada pameran besar dalam rangka Ramadhan. Judulnya 'Nights of Ramadhan', yang berlokasi di Museum Island, Berlin. ''Berencana berkunjung ke sana, tapi belum sempat, nih.''

Dia pun sempat bertemu adiknya yang tinggal di Zwolle, Belanda di Hamburg. Adiknya itu juga agak kaget dengan lamanya puasa kali ini. Dia sudah tiga tahun di Belanda yang puasanya bahkan lebih pendek waktunya dari Indonesia. ''Dia sempat mengeluh pusing di hari pertama Ramadhan, tapi setelah diinterogasi ternyata itu karena dia enggak sahur. Jadi, aku bilangin dia supaya sahur yang benar, dan sekarang sepertinya dia lebih segar menjalani puasa.''

Dari semua yang dialaminya dalam berpuasa, Wida merasa belum bisa ibadah maksimal di sana. Dikiranya, ini karena masalah kebiasaaan saja, terlebih lagi, dengan perbedaan waktu Indonesia dan di Jerman. ''Aku enggak biasa sama pukul 19.00-20.00 yang masih terang benderang. Sering banget jadi lupa kalau itu sebetulnya sudah malam dan kami di sini masih aja beraktivitas seakan-akan masih siang.'' (rep/arrahmah.com)

Seorang Perdana Menteri yang Berbuka Puasa Bersama Rakyatnya

Pemimpin atau pejabat negara pada umumnya mengundang banyak orang untuk datang ke rumah mereka untuk menggelar acara buka puasa bersama. Jarang sekali ada pemimpin umat atau pejabat negara yang mau mendatangi rakyatnya yang miskin dan ikut berbuka puasa bersama mereka.

Apa yang dilakukan perdana menteri Palestina dari Hamas, Ismail Haniyah ini selayaknya dicontoh oleh para pemimpin dan pejabat negara sebagai bentuk perhatian dan kepedulian mereka pada rakyat, apalagi jika rakyat sedang dililit berbagai kesulitan hidup.

Jumat (20/8), Haniyah bertandang ke rumah sebuah keluarga di Gaza untuk berbuka puasa bersama. Rumah keluarga itu sangat amat sederhana, hanya berupa satu ruangan berukuran kurang dari 20 meter persegi, tanpa jendela dan tanpa lubang ventilasi. Rumah "mungil" itu dihuni delapan anggota keluarga, ayah-ibu dan enam orang anak mereka. Bayangkan ... betapa sesak dan pengapnya rumah itu.

Melihat kondisi yang memprihatinkan itu, Haniyah memerintahkan para ajudannya untuk memberikan bantuan makanan untuk keluarga itu dan memberikan sebuah kipas angin agar rumah yang mereka tempati bisa agak "nyaman".

Rasanya, sulit mencari sosok pemimpin seperti Haniyah di zaman sekarang ini. Pemimpin yang bukan cuma menebar pesona dan menebarkan janji-janji manis pada rakyat saat kampanye, tapi tidak pernah berada di tengah masyarakat untuk sekedar merasakan penderitaan mereka.

Sekira 1,5 juta warga Gaza hingga kini masih hidup dalam kondisi yang memprihatinkan akibat blokade rezim Zionis Israel yang sudah berlangsung hampir tiga tahun. Mereka sepenuhnya mengandalkan hidup mereka dari bantuan kemanusiaan dari dunia internasional, termasuk kebutuhan makanan dan sumber air bersih. (ln/Ma'anNews)

Sara Phang dan Balqis Elaine: Demi Islam Rela Terusir dari Rumah

KUALA LUMPUR (voa-islam.com) – Ketika hidayah datang, tak satupun orang yang sanggup merintanginya. Godaan duniawi tak bisa mengeluarkan iman para muallaf yang sudah tertancap iman dan Islam di dadanya. Setelah menemukan hidayah Ilahi, dua gadis Malaysia, Siti Sara Phang Abdullah dan Nur Balqis Elaine teguh dalam Islam. Imannya tak goyah, meski dengan tantangan yang berat hingga terusir dari rumah Di bulan Ramadan ini, kedua muallaf belia ini sangat bersemangat menjalani puasa.

Berpakaian sederhana, kedua gadis belia ini membaur di tengah khalayak di Perkim dalam acara buka puasa untuk para muallaf. Acara itu diselenggarakan oleh sebuah organisasi kesejahteraan Islam yang didirikan untuk membantu para muallaf supaya bisa beradaptasi dengan kehidupan baru mereka sebagai Muslim.

Dibesarkan dalam keluarga Kristen Protestan, awalnya Sara Phang terpesona oleh budaya Islam. Gadis berusia 19 tahun ini terpikat dengan busana muslimah seperti jilbab. Sara juga mengagumi aktivitas teman-temannya yang Muslimah yang sangat relijius, di mana mereka senantiasa melantunkan doa dalam setiap aktivitas, seperti berdoa sebelum dan sesudah makan, berdoa sebelum masuk ke kamar mandi, dll.

Sara mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat pada bulan Mei, tapi baru punya keberanian untuk memberitahukan keislamannya kepada keluarganya sebulan kemudian.

…Bukan teman-temanku yang mengajak aku masuk Islam. Aku jatuh cinta dengan keindahan Islam sendiri, tuturnya…

Meski akrab dengan teman-teman Muslimah, Sara mengaku tertarik Islam bukan karena ajakan teman-temannya, tapi karena dorongan hatinya.

”Bukan teman-temanku yang mengajak aku masuk Islam. Aku memang punya banyak teman Muslimah, tapi mereka tidak pernah berbicara tentang Islam kepadaku. Aku jatuh cinta dengan keindahan Islam sendiri,” tuturnya.

Meski baru masuk Islam, pada bulan suci Ramadhan tahun ini, Elaine memulai menjalankan kewajiban puasa yang dirasakan cukup berat menahan haus di siang hari.

”Ketika saya bangun pada waktu sahur, saya sangat senang bisa berpuasa,” kata Sara. “Kalau tahan, aku teruskan puasanya sampai maghrib. Tetapi kalau aku merasakan sakit di lambung maka saya akan berbuka,” tambahnya.

Sementara Elaine, dibesarkan dalam keluarga Nasrani fanatik. Ibunya adalah seorang penganut Katolik Roma. Ia mulai mengenal Islam selama di sekolah menengah Malaysia.

”Saya punya banyak teman di sekolah Malaysia, dan hatiku telah tertarik kepada Islam. Itu adalah benar-benar perasaan yang baru dan agung, “katanya dalam bahasa Melayu.

Sambil tersenyum, gadis 20 tahun berdarah campuran Cina dan Kenyah dari Sarawak ini menyatakan bahwa dirinya merasa jauh lebih tenang setelah memeluk Islam. Puasa Ramadan tahun ini bukan hal yang asing baginya, karena semenjak masuk Islam, ia telah memulai “latihan puasa” di sebuah sekolah agama di Kedah. Di sekolah ini, Elaine berpuasa sunnah setiap hari Senin dan Kamis selama empat bulan.

”Perut saya yang kosong terasa agak sakit karena kembung,” kisahnya.

Meski demikian, Elaine bangga karena puasa membuatnya sangat bahagia, damai dan meningkatkan sikap kerendahan hati dan kesabaran.

Ujian Berat Setelah Menjadi Muallaf

Meskipun kisah rohani keislaman mereka banyak sukacita, tapi perjalanan hidup mereka tidak berjalan mulus, tapi penuh ujian berat. Sehingga Sara dan Elaine terpaksa harus mengungsi ke rumah penampungan wanita di Perkim, setelah keluarga mereka menolak keislaman mereka.

…Perjalanan hidup Sara dan Elaine penuh dengan ujian berat. Sehingga mereka terpaksa harus mengungsi ke rumah penampungan…

Keluarga Sara tidak setuju dengan keislamannya dan menentang keputusannya yang mengagetkan. Sara yang tidak mau berpolemik dengan keluarganya, hanya menyatakan bahwa dia telah jatuh cinta kepada Islam.

“Tiba-tiba aku jatuh cinta dengan jalan Islam,” katanya singkat.

”Ayahku memperhatikan aku memiliki busana Muslimah yang longgar, buku-buku Islam dan hal-hal keagamaan lainnya, sehingga ia bertanya curiga,” jelas dia.

Saat ini, ibu dan saudara perempuannya telah menerima keputusannya masuk Islam, tetapi ayahnya justru memberikan ultimatum kepadanya untuk memilih antara tinggal di rumah sebagai Kristen atau meninggalkan rumah jika menjadi seorang Muslimah.

Rupanya Allah telah menancapkan iman yang kuat di dadanya. Sara tak gentar, memilih pilihan yang terakhir, sehingga harus terusir dari rumah. Kini ia tinggal di rumah penampungan bersama teman senasibnya, Elaine.

Berbeda dengan tantangan keluarga yang dialami Elaine. Meski ayahnya yang beragama Buddha telah merestui keislaman Elaine, tapi ibunya yang beragama Katolik Roma justru tidak bisa menerima kenyataan ini. Ibunya yang tinggal di Puchong tahu tentang keislamannya dari orang lain. Maka sejak Oktober tahun lalu, mereka tidak pernah melakukan kontak sama sekali.

”Karena sekarang saya adalah seorang muslim, maka gaya hidup saya berbeda dengan ibu saya. Jadi, lebih mudah untuk tinggal di luar saja,” tuturnya.

Elaine mengakui ada peristiwa aneh yang dialaminya ketika mulai tertarik Islam. “Setiap kali saya mendengar azan, hati saya tergetar,” katanya dengan mata berseri-seri.

…ayahnya memberikan ultimatum kepadanya untuk memilih antara tinggal di rumah sebagai Kristen atau meninggalkan rumah jika menjadi seorang Muslimah…

Menurutnya, Islam bukanlah agama asing bagi keluarganya. Adiknya telah masuk Islam melalui perkawinan, sehingga saudara laki-lakinya sudah menjadi Muslim, meski dengan pertimbangan yang berbeda.

“Islam lebih menenangkan. Aku lebih tenang sekarang,” kata Elaine.

Di rumah penampungan, Sara dan Elaine dibebaskan dari segala biaya, tapi hanya perlu membersihkan rumah setiap saat sesuai jadwal. Tempat penampungan ini sebenarnya sebuah rumah teras di Gombak dengan dua kamar, yang masing-masing kamar dihuni dua anak perempuan.

Salah satu teman Sara dan Elaine di rumah penampungan itu adalah mahasiswi pascasarjana di Universiti Sains Malaysia (USM) yang sedang melakukan praktik di Perkim. Dia juga bertanggung jawab terhadap gadis-gadis itu sedangkan teman serumah lainnya berasal dari Filipina dan bekerja di Perkim.

Gadis-gadis tersebut diizinkan untuk tinggal di rumah penampungan selama enam bulan, tetapi jika mereka tidak dapat menemukan tempat tinggal alternatif, mereka tidak akan dipaksa untuk pindah.

Peraturan di rumah penampungan ini cukup ketat. Ada juga peraturan jam malam pukul 11.00. Pukul sebelas malam mereka harus melapor kepada penanggungjawab panti mengenai keberadaan mereka.

Sara dan Elaine bertahan dengan uang saku sebesar RM50 setiap dua pekan. Mereka akan naik bus ke Perkim setiap hari dan perjalanan memakan waktu sekitar 20 menit.

Sampai saat ini Sara dan Elaine belum mendapat kartu identitas Islam dari Departemen Agama Islam (Jawi), sertifikat pensyahadatan, akte kelahiran dan KTP yang baru di Putrajaya. [AA/malaysian insider]

Luciana Siahaan: Takjub Suara Azan, Masuk Islam di Dalam Penjara

MEDAN (voa-islam.com) – Di balik musibah pasti ada hikmahnya. Setelah dijebloskan ke penjara dalam suatu kasus, Luciana Siahaan justru mendapat hidayah lalu masuk Islam. Kini ia bercita-cita ingin memperdalam Islam supaya bisa berdakwah.

Seorang narapidana wanita Luciana Siahaan (44) warga Jalan Budi Luhur Medan memutuskan masuk agama Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat setelah takjub mendengar keindahan suara azan.

“Hati saya merasa senang dan bila mendengar suara azan, sehingga saya tertarik masuk Islam,” ujarnya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Klas I Medan, Kamis malam (26/8/2010).

Luciana Siahaan yang masuk agama Islam itu setelah disyahadatkan oleh Ustadz Tamklid Harahap bertempat di Lapas Wanita Klas I Medan, Kamis malam sekitar pukul 19.00 WIB.

Dalam acara itu turut hadir Kepala Kantor Kementerian Hukum dan HAM Wilayah Sumut Mashudi dan Kepala Lapas Wanita Klas I Medan Yuhelly Yunus dan sejumlah saksi-saksi.

...Hati saya merasa senang dan bila mendengar suara azan, sehingga saya tertarik masuk Islam...

Setelah Luciana Siahaan hijrah masuk agama Islam, maka namanya juga berubah menjadi Siti Khadijah.

Usai acara tersebut, Siti Khadijah Siahaan menjelaskan kepada wartawan, ia tertarik masuk agama Islam sekitar enam bulan lalu, karena bermimpi didatangi lima malaikat dan disuruh menaiki tangga yang sangat tinggi.

Kepada malaikat, ia juga mengatakan tidak mampu menaiki tangga tersebut. Namun malaikat terus menyakinkan dirinya.

Setelah sampai di ujung tangga yang paling tinggi itu, ia mendengar suara azan. Dan mimpi yang dialaminya itu terjadi selama dua minggu berturut-turut.

…seminggu sebelum memeluk agama Islam ia sudah belajar membaca Al-Quran dan melaksanakan shalat Tarawih…

Selanjutnya ia mengatakan, seminggu sebelum memeluk agama Islam ia sudah belajar membaca Al-Quran dan melaksanakan shalat Tarawih di Lapas Wanita Medan.

“Saya yakin ada hikmahnya masuk Islam pada bulan Ramadhan ini, sekalian untuk memohon ampun dari Allah SWT,” katanya.

Ia juga menjelaskan, tekadnya untuk memeluk agama Islam, merupakan keputusan sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain.

Selain itu, setelah keluar dari masa pembinaan di Lapas Wanita ini, ia nantinya berkeinginan menjadi seorang ustadzah agar bisa berdakwah menyampaikan syiar agama Islam.

…ia berkeinginan menjadi seorang ustadzah agar bisa berdakwah menyampaikan syiar agama Islam…

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas I Medan, Yuhelly Yunus, BcIP SH mengatakan, sempat kaget mendengar keinginan Luciana untuk memeluk agama Islam.

Ia menjelaskan, sebelumnya sempat mempertanyakan keseriusan niat Luciana serta kesiapan menghadapi berbagai cobaan dan tantangan terkait keputusannya itu.

Luciana Siahaan merupakan narapidana kasus penipuan serta penggelapan bibit tanaman seperti rambutan, durian, duku serta langsat sebesar Rp 2 miliar dan divonis 2,5 tahun penjara di PN Medan tahun 2009. [taz/ant]

Charles Evers: Masuk Islam Setelah Jadi Korban Pelecehan Seks Pastur

DUBAI (voa-islam.com): Skandal pedofil atau pelecehan seksual anak di bawah umur dalam tubuh gereja Katolik merusak kepercayaan panganut agama Katolik.

Charles Evers, seorang korban pelecehan yang dilakukan oleh pater Katolik, telah menjadi penganut agama Islam dan mengganti namanya menjadi Yusuf. "Katolik adalah kepercayaan yang mengerikan" tuturnya. Laporan Tijn Sadée en Robert Chesal.

Ke Mook
Dengan kegetiran yang sama, Yusuf Charles Evers, 59 tahun, mengikuti berita tentang skandal pelecehan seksual dalam tubuh gereja Katolik. "Apa yang telah terjadi sungguh mengerikan. Tapi saya sudah lama menyimpulkan agama Katolik itu gak beres." tuturnya.

Saat dia berusia dua belas tahun, Evers dikirim orang tuanya ke Gabriël College di Mook, Limburg. Sekarang dia tinggal di Dubai dan punya perusahaan sendiri yang menjual pakaian tradisional Islam. Pada tahun 1992 dia beralih menjadi penganut Islam dan mengganti namanya menjadi Yusuf. Untuk pertama kalinya dia berbicara tentang masa mudanya di Mook.

Korban
"Pater yang mengajar bahasa Latin, satu hari bertanya apa saya bisa membantunya membawakan beberapa buku. Saya harus membawanya ke gudang. Saat saya masuk, pater itu menutup pintu. Aneh. Saya tidak tahu sama sekali mengenai seks. Lalu dia bilang:"Ayo, ayo" dan dia memegang tangan saya dan meletakkan tangan saya diatas alat kelaminnya. Saya merasa ada sesuatu yang basah kental di tangan saya dan saya merasa jijik. Saat saya keluar dari gudang, beberapa anak berdiri di luar dan menertawakan saya. Mereka berkata:"Sekarang kamu korbannya."

Kesaksian Yusuf Evers dipandang unik dalam debat mengenai pemimpin agama pedofil, yang hingga saat ini tidak dicampuri kelangan muslim.

Pertanyaan Rasa Bersalah
"Jangan menipu diri" kata profesor Sami Zemni, pakar politik Islam Universitas Gent. "Jika kelompok rohaniawan menyebabkan skandal, maka institut gereja akan jatuh, tapi kekristenan tetap aman. Sebaliknya: jika seorang muslim melakukan hal yang salah, dan para fobia islam berseru Islam itu salah secara keseluruhan dan Al-Quran harus dibakar."

Zemni tidak sependapat bahwa skandal pedofil akan mengubah gambaran bahwa agama islam itu kejam dan agama kristen itu beradab. "Saya pikir debat ini akan berakhir dengan pertanyaan rasa bersalah. Gereja akan menangani masalah dan menutupi tuduhan, seperti yang selama ini selalu dilakukan."

Setan
"Memang apa yang terjadi di gereja katolik sangat memprihatinkan, tapi kita tidak mau dikait-kaitkan" demikian argumen seorang imam terkenal asal Belgia yang menolak memberi pendapat untuk penulisan artikel ini. Juga beberapa pemuda pemudi pemeluk agama Islam, yang dulunya dididik sebagai Katolik tapi menjadi Islam, menolak memberi komentar.

Membakar Sekolah
Puluhan tahun setelah emigrasinya ke Dubai, Yusuf Evers mengunjungi keluarganya di Belanda, dan melewati gedung sekolah lamanya di Mook. "Saya sudah sering bermimpi membakar gedung ini. Tapi saat ini gedungnya sudah dirubuhkan. Hanya gedung depannya masih berdiri. Saya ingin sekali merusaknya dengan tangan saya sendiri."

Dia tidak pernah bercerita pada orang tuanya mengenai pelecehan seksual yang dia alami. "Mereka pasti juga tidak ingin mendengarnya."

Jadi dia sendirian menghadapi traumanya. "Saya masih dengan jelas bisa mengingat bahwa saya harus melaporkan kejadian itu pada pemimpin pater. Saya masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu dan terkejut dengan apa yang saya lihat: pemimpin pater itu sedang duduk di atas meja dengan kedua kaki terbuka lebar, dan seorang pater sedang memberikan oral seks kepadanya."

Pengalaman Yusuf membuat dia menjadi seorang mualaf. "Ya, tentu saja. Jika saya mengingat kembali Gabriël College seluruh tubuh saya merinding. Itu adalah sebuah kepercayaan yang mengerikan." (za/RNW)

Ipar Mantan PM Inggris Lauren Booth Masuk Islam, Kini Rajin Shalat & Baca Al-Quran

LONDON (voa-islam.com) – Setelah berikrar dua kalimat syahadat 6 pekan lalu, kehidupan Lauren Booth sangat religius. Adik ipar mantan Perdana Meteri Inggris Tony Blair ini telah mengenakan jilbab, rajin shalat 5 waktu dan baca Al-Qur'an setiap hari. Laurent juga meninggalkan alkohol dan daging babi kesukaannya.

Lauren Booth, memutuskan masuk Islam setelah mendapatkan ‘pengalaman suci’ di Iran. Penyiar dan jurnalis berusia 43 tahun itu menyatakan, sekarang dia mengenakan jilbab ketika keluar rumah, shalat 5 waktu sehari dan mengunjungi masjid bila ada kesempatan.

Dia memutuskan menjadi Muslimah 6 minggu lalu setelah mengunjungi Masjid Fatima Al-Masumeh di Kota Qom, Iran.

“Saat itu Selasa petang dan saya duduk dan merasakan suntikan semangat spiritual, hanya kebahagiaan mutlak dan sukacita,” katanya seperti dilansir media Inggris, The Mail, Minggu (24/10/2010). Setelah dia kembali ke Inggris, dia memutuskan pindah keyakinan.

….Sekarang saya tidak makan daging babi dan saya membaca Al-Qur’an setiap hari….

“Sekarang saya tidak makan daging babi dan saya membaca Al-Qur’an setiap hari. Sekarang saya sampai di halaman 60,” ujarnya.

“Saya juga belum minum minuman beralkohol selama 45 hari, periode terpanjang selama 25 tahun. Hal yang aneh adalah bahwa sejak saya memutuskan untuk pindah agama, saya tidak ingin menyentuh alkohol, padahal saya adalah seorang yang mendambakan segelas atau dua gelas anggur di akhir hari,” bebernya.

Apakah nantinya dia akan mengenakan burka? “Siapa yang tahu di mana perjalanan rohani saya akan membawa saya?” jawabnya.

….Sejak saya memutuskan untuk pindah agama, saya tidak ingin menyentuh alkohol, padahal saya adalah seorang yang mendambakan segelas atau dua gelas anggur di akhir hari….

Sebelum mendapat pencerahan di Iran, Lauren telah ‘bersimpati’ pada Islam dan menghabiskan banyak waktu untuk bekerja di Palestina. “Saya selalu terkesan dengan kekuatan dan kenyamanan yang diberikan, “ katanya soal agama Islam.

Lauren, yang bekerja untuk Press TV, televisi siaran Iran berbahasa Inggris, merupakan penentang vokal perang Irak. Pada Agustus 2008 dia pergi ke Gaza dengan kapal dari Siprus bersama 46 aktivis lainnya, untuk menyoroti blokade Israel atas Gaza. Dia kemudian ditolak masuk Israel dan Mesir.

Pada 2006, dia merupakan kontestan reality show ‘I am A Celebrity... Get Me Out Of Here!’ di ITV dan mendonasikan fee-nya ke lembaga amal Palestina.

….Lauren berharap, perpindahan imannya menjadi seorang Muslimah itu bisa membantu Tony Blair, agar mengubah praduganya tentang Islam….

Ingin Meluruskan Pandangan Tony Blair tentang Islam

Lauren berharap, perpindahan imannya menjadi seorang Muslimah itu bisa membantu Tony Blair, yang memperistri kakak tirinya, Cherrie, mengubah praduganya tentang Islam. Tony Blair adalah pendukung George Bush dalam perang Irak.

Sebenarnya, sudah berkali-kali upaya yang dilakukan Lauren Booth untuk memperbaiki cara pandang Blair, termasuk di antaranya berupaya mengubah cara pandangnya terhadap Palestina dan Irak.

Blair, Ubahlah Pandanganmu tentang Islam

Bulan lalu, selama mengunjungi Iran, Lauren Booth menulis surat terbuka untuk Blair. Dia meminta menandai hari Al-Quds sebagai bentuk protes atas pendudukan Israel di Palestina.

Surat tersebut dianggap sebagai salah satu pil pahit bagi Blair yang sekarang menjadi utusan di Timur Tengah untuk perdamaian di wilayah konflik tersebut.

“Para pria, wanita, dan anak-anak di sekitar saya, bertahan sehari tanpa air dan makanan,” tulisnya.

....Selama mengunjungi Iran, Lauren Booth menulis surat terbuka untuk Blair. Surat tersebut dianggap sebagai salah satu pil pahit bagi Blair....

Masih dalam surat itu, dia menulis bahwa orang-orang di sekitarnya bisa mengatasi rasa lapar dan haus di tengah panas yang mencapai 100 derajat, seperti tak terjadi apa-apa. Mereka bisa bertahan di tengah kekurangan. Seperti itulah dunia Muslim.

Di sini, di Iran, mereka merasa bangga untuk menderita, sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap orang-orang Palestina. Ini seperti Anda menyatakan solidaritas terhadap Amerika. Hanya, tanpa senjata kimia ilegal dan sejuta kematian warga sipil, katanya keras.

Dia, dalam surat itu, menuding pandangan Blair seperti orang yang mengidap penyakit menular, karena Blair menyebut bahwa Muslim adalah gila, buruk, dan berbahaya.

Dalam bagian terakhir (dari otobiografi Blair), Anda mengatakan kita perlu serangan balik agama menghadapi Islam. Dan dengan Islam, yang Anda maksud adalah perjuangan Al-Quds, Intifadhah Palestina (berdasarkan perjuangan anti-Apartheid Tony, bukan fanatisme agama), menghadapi setiap Arab yang gagal untuk mengangkat tangan ke udara karena rudal F-16 menghujani rumah mereka, kamp pengungsian, tambahnya. [taz/dtk, inl]

Muhammad Alexander Pertz: Kisah Bocah Amerika Menemukan Islam dalam Buku

ALEXANDER PERTZ dilahirkan dari kedua orang tua Kristen pada tahun 1990. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis, maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca buku-buku secara mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.

Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar azan.

Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslim pun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Muhammad Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah SAW yang dia cintai sejak masih kecil.

Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut balik bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran?”

Wartawan itu berkata: ”Tidak.” Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.

....Setelah membaca buku-buku secara mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun....

Bocah itu kembali berkata, ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian?” dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram? Apakah pakaian ihram tersebut mahal? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami?”

Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (serban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan azan sebelum dia shalat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian shalat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu shalat.”

Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja?” dia diam sesaat kemudian menjawab.

Bocah itu diam sesaat, kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentang Islam, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku pada Islam.”

....Segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentang Islam, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku pada Islam....

Wartawan bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan?”

Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.

”Apa cita-citamu?” tanya wartawan

Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku ingin haji ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.

”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut?” tanya wartawan lagi.

Ibu Muhammad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata: ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.

Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.

Kemudian Muhammad meneruskan, ”Aku sudah menabung dengan mengumpulkan sisa dari uang sakuku agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah. Aku mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”

....Aku sudah menabungkan sisa dari uang sakuku agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah. Perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar....

Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”

”Apakah cita-citamu yang lain?” tanya wartawan kepada sang bocah.

“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka,” jawab Muhammad.

Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka dia pun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.

Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”

....Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, menghafal Al-Quran, dan belajar di negeri Islam....

”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain?” tanya wartawan lagi.

Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al-Quran.”

“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam?” tanya wartawan

“Tentu!” tukasnya.

”Apakah engkau memiliki kesulitan dalam hal makanan? Bagaimana engkau menghindari daging babi?”

Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku bilang kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”

”Apakah engkau shalat di sekolah?”

”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan. Aku shalat di sana setiap hari,” jawab Muhammad.

Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan, “Apakah engkau mengizinkanku untuk mengumandangkan azan?”

Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan azan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan azan. Subhanallah!! [riafariana/voa-islam.com]