Senin, 30 November 2009

Khuruj Fi Sabilillah Untuk Terapi Berbagai Penyakit

Islam Therapy adalah program komprehensif internasional untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS, dan gangguan jiwa berbasis ajaran Islam. Program Islam Therapy disusun dari seluruh program Islami di seluruh dunia dengan mengingat bahwa Islam adalah agama universal. Antar program disusun agar saling terkait dan saling menguatkan. Islam Therapy menjadikan planet bumi sebagai Islam Therapy One Stop Centre, yaitu Pusat Terapi terbesar, dengan metode-metode terapi terlengkap, dan program yang komprehensif untuk para korban penyalahgunaan narkoba, ODHA, dan para pengidap gangguan jiwa di seluruh dunia.

Salah satu program dari Program Islam Therapy adalah khuruj Fi Sabilillah. Khuruj Fi Sabilillah artinya keluar di jalan Allah. Penggagas program ini adalah Syeikh maulana Ilyas al-Khandalawi, seorang ulama dari India. Syeikh Abul Hasan Ali An-Nadwi berkata, ”Sampai wafatnya, maulana Muhammad Ilyas rah.a pada zamannya merupakan seorang ulama terkenal yang telah menunaikan tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan usaha dakwah agama kepada manusia. Karena usaha beliau, beribu-ribu orang berbondong-bondong terjun dalam usaha ini. tiada satu lapisan masyakat pun tertinggal dalam mengikutinya. Orang kaya, orang miskin, intelek, masyarakat awam, seluruhnya telah ikut dalam usaha ini karena kekuatan pikir dan nur keimanan beliau”

Syeikh maulana Ilyas pernah berkata, ”Kami menginginkan dengan sebab usaha ini, dapat menyatukan antara ulama, ahli agama, dan ahli dunia agar terjalin kasih sayang dan kerjasama di setiap tempat, sehingga terwujud jalinan kasih sayang, saling membantu diantara ulama, ahli agama di majlis-majlis yang berbeda. Inilah kehendak kita, bahkan salah satu tujuan terpenting dari usaha ini, insya Allah hal tersebut dapat tercapai dengan sebab usaha ini. Pertentangan antara individu atau kelompok disebabkan perbedaan tujuan pribadi. Kita ingin agar setiapmuslim, siap berusaha demi agama dan menjadikan usaha dan khidmat agama menjadi maksud yang paling tinggi. Inilah yang harus diupayakan sekuat mungkin, sehingga terwujud perpaduan antara semangat dan cara mereka beramal. Dan hanya dengan cara inilah kebencian akan berganti dengan kecintaan. Cobalah renungkan betapa besar pahala mendamaikan antara dua orang yang berselisih. Maka betapa besar lagi pahala, usaha mendamaikan dan meyatukan berbagai kumpulan di kalangan umat Islam. Kita tidak dapat membayangkannya ”.

Saya pilih Khuruj Fi Sabilillah untuk dijadikan bagian dari Islam Therapy karena sesuai dengan Visi dan Misi Islam Therapy. Khuruj Fi Sabilillah merupakan Program Community Base Unit (CBU) yang ditawarkan oleh Islam Therapy. Khuruj Fi Sabilillah diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari ulama, undergrounders, pengusaha, sampai preman. Diikuti pula oleh umat Islam dari berbagai jemaah Islamiyah.

Di sini tidak boleh membicarakan aib, baik aib diri sendiri, orang lain maupun aib masyarakat. Tidak boleh membicarakan khilafiyah dalam masalah fiqh (perbedaan paham), tidak boleh membicarakan politik, pangkat, jabatan dan meminta sumbangan. Yang dibicarakan di sini hanya kebesaran Allah (Iman) dan amal shalih.

Bukan hanya teori agama, tapi juga langsung praktek bersama orang-orang yang sama-sama sedang belajar memperbaiki diri (Self Help Group). Mengajak kepada Allah bukan pada aliran atau golongan tertentu. Khuruj Fi Sabilillah– sebetulnya tidak memiliki nama dan bergerak secara Underground – bukan Organisasi tapi terorganisir sangat rapi karena selalu bermusyawarah terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan apapun.

Khuruj Fi Sabililllah (Islam Therapy menyebutnya I’tikaf) hanya mengajak kepada kebaikan bukan mencegah kemungkaran. Diikuti oleh umat Islam dari berbagai bangsa seperti Arab, Amerika, Perancis, Pakistan, Thailand, Jepang, China, Afrika, dan lain-lain. Jemaah dikirim mulai dari kota ke kota, dari propinsi ke propinsi, sampai dari Negara ke Negara; bahkan pulau terpencil sekali pun selama di sana ada manusia maka jemaah dikirim ke sana untuk menyampaikan agama.

Dalam kegiatannya, masing-masing peserta membiayai perjalanannya sendiri seperti untuk biaya makan dan transportasi dengan cara patungan. Orang-orang yang bergerak di MLM (Multi Level Marketing) akan lebih mengerti system yang ada di Khuruj Fi Sabilillah. Dalam sebulan orang-orang MLM bisa beraktivitas 27 hari dalam bisnis MLM Dunia dan 3 hari menjalankan super Mega bisnis – MLM Akhirat. hanya Perusahaan MLM Akhirat yang berani memberikan bonus triliunan kali lipat dari bonus terbesar yang diberikan oleh seluruh perusahaan MLM. Tidak akan mengalami kebangkrutan, Systemnya mudah dilaksanakan dan Big Boss-nya Maha Kaya.

Jika orang-orang MLM dan seluruh Pekerja Agama bergabung dan bekerjasama, Dahsyat sekali, Insya Allah, Agama akan bangkit kembali dalam waktu yang singkat dengan sangat mudah. Seluruh masjid akan seperti masjid Nabawy; selalu ada kegiatan keagamaan selama 24 jam. Dunia akan kembali damai dan pemerintah tidak perlu bingung memikirkan solusi dan mengeluarkan biaya besar untuk memperbaiki kekacauan di negerinya masing-masing.

Selain itu, strategi penjangkauan (outreach) yang dilakukan oleh jemaah khuruj, sangat bagus untuk dijadikan strategi penjangkauan oleh para petugas outreach.

Bagi yang tidak sedang dalam ketergantungan Narkoba, bisa langsung mencoba ikut khuruj fi sabilillah sedangkan bagi yang masih ketergantungan, harus ikut program pemulihan terlebih dahulu.

Pusatnya di Indonesia adalah di Masjid Kebon Jeruk Jakarta. Jemaah yang datang dari berbagai Negara terlebih dahulu ‘ditampung’ disini yang selanjutnya dikirim ke berbagai daerah di Indonesia. Sesama umat Islam dengan berbagai perbedaan seperti warna kulit, bahasa, budaya, kebangsaan, dan lain sebagainya bertemu, saling mengenal dan bergabung untuk mengagungkan Allah, memperbaiki diri dan beribadah.

Pengajian rutin di kebun jeruk adalah setiap kamis malam jum’at mulai Pukul 17 : 00 WIB – Selesai. Biasanya yang ceramah adalah ulama dari jemaah luar Negeri sehingga ceramahnya berbeda-beda bahasa dengan diterjemahkan oleh penerjemah. Di setiap daerah ada Masjid pusat Khuruj fi Sabilillah. Indahnya Islam akan kita temukan di sini sehingga begitu banyak non-Muslim yang akhirnya menjadi Muslim.

Disini muallaf bukan hanya cukup membaca dua kalimah syahadat namun juga terbina untuk menjadikan keunggulan Islam sebagai gaya hidup yang tidak akan pernah bisa didapatkan dari Agama sebelumnya.

Di sini memurnikan keimanan kepada Allah secara bertahap-tahap melalui pengorbanan diri, harta, dan waktu untuk agama sambil terus meningkatkan latihan. Saya menduga bahwa inilah yang di maksud Jamaah muslimin dalam hadist dari Hudzaifah dan seperti yang diterangkan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali, ”Ketahuilah wahai kaum muslimin, bahwa yang disebut Jama’ah Muslimin adalah yang tergabung di dalamnya seluruh kaum muslimin yang mempunyai imam yang melaksanakan hukum-hukum Allah. Adapun jama’ah yang bekerja untuk mengembalikan daulah khilafah, mereka adalah jama’ah minal muslimin yang wajib saling tolong menolong dalam urusannya dan menghilangkan perselisihan yang ada diantara individu supaya ada kesepakatan di bawah kalimat yang lurus dalam naungan kalimat tauhid”.

Saya mengusulkan kepada semua jemaah Islamiyah untuk menghapus nama jamaahnya masing-masing dan bergabung untuk mewujudkan kehidupan seperti jaman Rasululloh. Para sahabat pun sering berbeda paham dan mengamalkan agama sesuai dengan pemahaman masing-masing asalkan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Saya secara pribadi tidak hanya menggunakan kitab Fadha’il Amal untuk ta’lim wa ta’lum. saya juga menggunakan kitab Muntakhab Ahadist. Saya tidak taklid dan terus mencari celah agar khuruj fi sabilillah bisa dilaksanakan oleh kalangan yang lebih luas. Dan berhubung saya menyadari bahwa saya bukan ahli ilmu agama, saya tidak akan malu belajar bayan (ceramah) sambil membaca (buku, artikel, dan lain sebagainya terutama yang dapat meningkatkan iman saya).

Berikut ini sebagian manfaat yang bisa kita dapatkan dari khuruj Fi sabilillah dan telah meliputi program-program penanganan korban penyalahgunaan narkoba apabila kita betul-betul dalam melaksanakannya :

  • Mengetahui pentingnya agama Islam untuk menyelesaikan segala masalah.
  • Keimanan bertambah, ada kekuatan mengamalkan agama, agama dipraktekkan bukan hanya sekedar teori. Ajaran agama sejak bangun tidur sampai tidur kembali diamalkan.
  • Sifat lembut hati dan siap bekerjasama untuk kebaikan dengan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Dalam satu jemaah, apabila kita ikut jemaah antar provinsi, biasanya berbeda-beda suku dan sebelumnya tidak saling mengenal namun memiliki satu tujuan, yaitu memperbaiki keimanan dan memperbaiki diri (self help group). Sesama jemaah saling melayani untuk mendapatkan sifat rendah hati namun tidak rendah diri. Masing-masing melupakan status dan jabatan, semuanya sama dalam pandangan Allah.
  • Memiliki keberanian untuk bicara di depan orang banyak (public speaking), saling berbagi ilmu, saling menjaga.
  • Tidak boleh membicarakan aib, baik aib diri sendiri, aib orang lain, aib masyarakat, apalagi aib sesama jemaah. Tidak boleh membicarakan politik dan tidak boleh meminta sumbangan. Berusaha tidak memakai barang orang lain sekalipun sendal sesama jemaah.
  • Setiap pagi ada musyawarah pagi (morning meeting). Segala sesuatu harus berdasarkan musyawarah. Baik dalam memilih pemimpin atau siapa yang bertugas. Masing-masing mendapatkan tugas secara bergiliran dan bergantian. Ada tugas masak, tugas ceramah, tugas silaturahmi kepada para ulama, pemerintah, dan tokoh masyarakat setempat. Ini akan membentuk kebiasaan bermusyawarah terutama dengan anak istri di rumah.
  • Memiliki jiwa internasional. Bertemu sesama muslim dari seluruh dunia. Berpikiran global. Hilang keangkuhan memiliki ilmu atau harta yang banyak. Hilang rasa ingin disebut ulama dan dihormati.
  • Ada amalan intiqali (amalan ketika khuruj bersama jemaah/Terapeutik Community), ada amalan maqami (amalan ketika di daerah sendiri bersama warga sekitar dan keluarga/Family Therapy and Couple Support)
  • Harm Reduction (pengurangan dampak buruk) dan Demand Reduction (pengurangan permintaan narkoba) serta 12 Steps Islami. Selain belajar memperbaiki diri juga belajar mengajak orang lain memperbaiki diri dengan cara yang lembut dan bertahap.
  • Dan banyak lagi manfaat bagi kesehatan fisik, mental dan lingkungan hidup kita apabila kita melaksanakan program ini dengan benar sesuai arahan.

Langkah awal bagi Anda yang ingin memahami Program Islam Therapy adalah bergabung dengan jemaah khuruj yang datang ke masjid Anda. Libatkan diri Anda dalam program-program mereka. Daftarkan nama Anda untuk ikut khuruj 3 (tiga) hari. Laksanakan semua tertib dalam program khuruj fi sabilillah dengan baik.

Khuruj fi sabilillah saya ibaratkan muara tempat berkumpul air-jernih, keruh, kotor, dari gunung, dari kota, dari pedesaan, dsb- dari berbagai sungai sebelum memasuki lautan. Semua program-program Islami dan jemaah-jemaah Islamiyah serta kaum muslimin dan muslimat dari berbagai latar belakang, status, dan profesi di seluruh dunia seperti ESQ, La Tahzan, Quantum Ikhlas, MQ, Syalafi, Sufi, ulama, pengusaha, militer, drug users, ODHA, dan lain-lain berkumpul dalam Khuruj fi Sabilillah sebelum kita memasuki universalisme Islam dan persatuan kaum muslimin dan muslimat seluruh dunia.

Dengan demikian, saya berharap dalam program Khuruj Fi sabilillah ada seluruh program Islami dan jemaah Islamiyah di seluruh dunia. Misalnya ketika bayan (ceramah), kita juga menjelaskan agama kepada masyarakat dengan iptek, ilmu kesehatan, entepreneurship, konsep ESQ, La Tahzan, Quantum ikhlas, dan lain-lain sehingga penyampaian agama menjadi luar biasa dan sangat menarik hati semua kalangan masyarakat.

Ada pun orang-orang lama dalam program khuruj fi sabilillah, mulailah adakan peningkatan amal dan ilmu agama. Misalnya, betul-betul melaksanakan program-program Khuruj seperti amalan infiradhi, maqomi, dan intiqhali, serta berusaha lebih keras untuk memiliki 6 sifat sahabat. Kemudian bekerjasamalah dan saling berbagi ilmulah dengan jemaah Salafy. Setelah program-program Islami dan jemaah-jemaah Islamiyah berkumpul dan bersatu, baru kita hadapkan semuanya kepada al-Qur’an dan al-Hadist. Segala bid’ah kita tinggalkan dan kita melanjutkan hidup sesuai yang dikehendaki oleh Allah SWT. Wallahu a’lam. (Muhammad Yusuf)

Sekelumit Sentuhan Jamaah Tabligh di Amerika Serikat

Cerita ini mirip ketika di Belanda dulu saya berjumpa dengan jamaah Pakistan campuran Maroko yang sedang khuruj di kota Groningen.

Di sela-sela kuliah, biasanya saya menyempatkan diri untuk sholat jamaah di masjid dekat kampus. Setahu saya ada beberapa masjid di Kota Groningen dan 3 diantaranya sempat saya kunjungi. Satu masjid dekat kampus saya, kami menyebutnya masjid Maroko karena menurut teman saya masjid itu dulunya perpustakaan yang dibeli oleh orang-orang Maroko kemudian disulap menjadi masjid. Ukurannya tidak terlalu besar kira-kira kapasitas 200-an orang. Di Belanda ada peraturan, suatu bangunan sekalipun boleh difungsikan sebagai masjid, namun bentuk dan arsitektur bangunan tidak boleh diubah, hanya interior dalamnya yang boleh disesuaikan dengan kebutuhan. Alhasil, masjid itu lebih mirip rumah Belanda kuno dan tidak ada tanda-tanda masjid pada umumnya seperti kubah, menara ataupun ruang imam yang biasanya menonjol keluar.

Bagi saya dan pada umumnya mahasiswa muslim yang kuliah di Groningen University maupun Hanzehogeschool, masjid Maroko ini merupakan tempat sholat yang paling dekat dengan kampus maupun dengan flat tempat tinggal mahasiswa. Disamping itu, jalan menuju ke kampus melewati masjid tersebut sehingga memudahkan aksesnya.

Satu lagi keuntungan masjid tersebut bagi saya adalah toko makanan halal yang ada didalamnya. Sekalipun ukuran tokonya hanya sekitar 3×4 m2 namun isinya cukup lengkap untuk kebutuhan sehari-hari. Ragu2 rasanya kalau harus beli daging potong maupun ayam potong di toko maupun pasar umum, sehingga toko di masjid tersebut menjadi langganan saya untuk santapan sehari-hari.

Masjid kedua di kota Groningen yang pernah saya kunjungi adalah Masjid Turki. Kami menyebutnya begitu karena masjid ini dibeli oleh orang-orang Turki dan mereka pula yang sehari-hari mengurusnya. Letaknya kira-kira 2 km dari masjid Maroko. Agak jauh dari areal kampus maupun flat mahasiswa.

Masjid Turki ini cukup besar, ukurannya kira-kira 4 kali masjid Maroko, dengan kapasitas sekitar 800-1000 orang. Uniknya, masjid Turki ini awalnya adalah Gereja Tua yang sudah tidak dipakai dan dibeli oleh orang Turki kemudian diubah menjadi masjid. Di Belanda memang ada aturan, bangunan tempat ibadah boleh dijual tapi tidak boleh berubah fungsi menjadi rumah ataupun pertokoan maupun kantor. Fungsinya harus tetap sebagai tempat ibadah atau tempat sosial. Maka banyak gereja-gereja di Belanda yang dibeli oleh masyarakat muslim kemudian disulap menjadi masjid.

Hanya saja, seperti Masjid Maroko di atas, bentuk luar masjid ini pun masih bentuk luar gereja. Benar-benar eksterior gereja. Yang berubah adalah lambang salib yang ditiadakan dan diganti bulan sabit. Sedangkan menara dan jam penanda waktu yang menjadi ciri khas gereja-gereja eropa masih tetap seperti sediakala.

Ada yang khas pada masjid Turki ini. Di dalam masjid ada meja biliard, juga disiapkan papan-papan catur dan rak-rak koran. Orang-orang turki yang akan sholat, terutama sholat isya atau maghrib, sambil menunggu waktu sholat tiba, mereka kadang2 main billiard atau catur. Ah… memang masih terbawa nuasa sekulerisasi di negeri mereka. Namun itu lebih baik daripada mereka tidak sholat… iya kan.

Di masjid Turki saya belum pernah melihat aktivitas jamaah tabligh. Tapi di masjid Maroka saya pernah melihat jamaah Malaysia sedang khuruj dan i’tikaf di situ, tapi waktu itu aku pas lagi sangat sibuk dg tugas-tugas kuliah sehingga tdk terlalu perhatian. Sekalipun waktu di Jakarta saya pernah aktif khuruj dari tahun 1994 – 2000, namun ketika kuliah di Belanda tahun 2002-2003 tsb saya sudah cukup lama meninggalkan aktivitas khuruj shg hati saya belum tersentuh untuk bergerak lagi. Yang pasti, Alloh masih belum membuka hidayah untuk saya kala itu.

Saya sungguh mengerti, perasaan seperti ini mungkin juga dirasakan oleh saudara-saudara muslim yang lain ketika datang rombongan tabligh yang umumnya berjumlah 7-10 orang ke masjidnya. Pertama yang dirasakan masyarakat adalah perasaan aneh. Aneh saja, ada orang mau jauh-jauh datang ke tempat kita hanya untuk tidur di masjid, kadang masak-masak di masjid dan kelililng ke rumah-rumah warga untuk ngajak orang ke masjid. Padahal kadang-kadang yang diajak ke masjid itu adalah orang yang setiap hari sudah ke masjid, atau sudah jadi pengurus DKM. Bahkan mungkin penyumbang terbesar di masjid itu. Aneh juga orang-orang ini berceramah atau baca buku fadhilah amal setiap selesai sholat.

Perasaan kedua, adalah rasa risih, kok ada orang-orang asing, dengan pakaian-pakaian asing dan penampilan berjenggot seperti pakaiannya Diponegoro atau imam Bonjol. Pakaian Jadul bener… Sebagian ada yang berpenampilan rapi tapi kebanyakan penampilan ala kadarnya, mungkin bajunya sudah lama tidak diseterika. Tapi rata-rata mereka memakai minyak wangi, bersiwak dan kadang-kadang pakai celak mata. Apa mereka teroris ya, apa ngak ya… Kalo teroris kok nekat banget tidur di masjid dan pake pakaian yang jadul gitu… apa ngak cepet diendus aparat atau intel.

Perasaan ketiga, cuek…, biarin saja asalkan mereka tidak menganggu masyarakat. Itung-itung bisa mendengarkan ceramah gratis, daripada ngundang ustadz dari jauh kan harus bayar. Orang-orang ini datang kan ngak dibayar dan masak sendiri. Ya… udah biarin aja, siapa tahu dia bisa mengajak orang-orang di jalan-jalan yang ngak pernah ke masjid itu biar pada ke masjid.Tapi kalo ngajak saya yah entar dulu… paling saya bilang IngsyaAlloh… Apalagi ngajak-ngajak keluar 3 hari bagaimana ngatur waktunya kegiatanku kan bejubel… hiii…hiii aneh-aneh aja nich orang.

Perasaan keempat, unik…, ini unik dan menarik juga… mungkin enak juga kali ya, tidur di masjid… bareng orang-orang ini, kayaknya mereka orang baik-baik kok. Mereka ramah-ramah dan ngak menutup diri. Kalau ditanya satu pertanyaan saja mereka langsung menyambut antusias. Sungguh orang-orang ini sangat bersahabat. Mereka nampaknya bukan orang jahat. Hanya saja ini orang asing… jangan-jangan nanti ada maksud apa… apa. Bagaimana ya… Udahlah ngapain ngambil resiko terjadi apa… apa, lagian orang di kampung ku juga ngak ada yang ngikut gitu2.

Selama di Belanda saya tidak terpikir untuk khuruj bersama rombongan jamaah tabligh. Disamping saya tidak yakin ada aktivitas khuruj di negeri eropa, saya juga ingin lebih konsentrasi menyelesaikan kuliah secepatnya. Maklum, waktu itu aku meninggalkan istri yang masih hamil anak pertama kami. Ah berat amat rasanya, baru menikah 2 bulan sudah harus berpisah gara-gara ngambil program master. Tapi mertua saya waktu itu sangat mendukung saya, juga istri saya dan semua keluarga besar juga mendukung, sehingga kelahiran ank pertama juga saya tidak menungguinya. Ah… untuk dapat dunia, pengorbanannya demikian besar.

Kadang2 saya berpikir, kalau misalnya saya tinggalkan istri “hamil anak pertama” itu untuk khuruj/dakwah, dan bukan untuk kuliah S2, boleh ngak mertua saya ya… mau ngak ya istri saya he… he… Lucu juga ya… kalo untuk urusan dunia pasti boleh tapi untuk urusan dakwah dan agama “beraaaaaat banget”. Memang setannya banyak… dan setan juga punya banyak dalil he…he…

Namun saya tidak mengerti, ketika suatu hari salah seorang jamaah Pakistan mendekati saya dan mengajak saya keluar 3 hari, saya menyetujuinya. Jadilah, saya ikut keluar (khuruj) beberapa hari bersama mereka, kami mengunjungi rumah-rumah orang muslim satu per satu. Jamaah tersebut sudah memegang alamat nama-nama muslim di kota tsb shg ketika tidak berjumpa di rumah satu maka akan bergerak ke rumah lainnya.Demikian seterusnya sampai hari itu habis.

Kadang kami ketemu dengan tuan rumah, maka kami berbincang-bincang dengannya tentang sholatnya bagaimana, kerjanya bagaimana, suasana agama di kantor bagaimana dll. Seringkali ngak ketemu dan kami balik lagi di lain hari.

Indah sekali…. yang lebih berkesan bagi saya, ketika kami mengunjungi assylum seeker, tempat “penahanan” sementara imigran gelap yg umumnya dari afrika. Kami berbincang-bincang dengan mereka ttg latar belakang kehidupan mereka di sana, tentang keluarganya…. dan terutama amalan-amalan ibadahnya seperti sholat… dll.

Bagi yang belum memahaminya, maka usaha dakwah ini sepertinya buang-buang waktu. Namun bagi yang telah ikut 3 hari misalnya, maka usaha agama ini adalah tujuan dari diturunkannya para nabi dan rosul, juga tujuan dari kehidupan kita. Hakekatnya usaha dakwah ini adalah untuk memeperbaiki diri sendiri dengan cara mengajak orang lain membicarakan iman dan amal sholeh.

Wassalam,
Abu Izza Adduri


Pengalaman Seorang Mahasiswa di Amerika Serikat

Maha besar Allah yang telah menciptakan manusia berbangsa bangsa, bersuku suku, dan bermacam macam bahasa dan agama atau keyakinan kepada Tuhan.
Setiap benda yang diciptakan oleh Allah dan kita lihat adalah cantik dan indah, lihatlah bermacam warna warni bunga2, lihatlah pula bermacam warna dan warni ikan di laut, lihat pula lah bermacam wajah dan warna kulit manusia, dan terakhir kita lihat pula bermacam macam keyakinan dan bermacam cara pengabdian kepada Tuhan. Subhanallah, Maha suci Allah yang menciptakannya.

Lain lubuk lain ikannya, lain kepala lain pendapatnya. Jemaah Tablig adalah sebuah jemaah Islam yang berpusat atau lahir di India yang mayoribeg penduduknya adalah beragama Hindu. Pemimpin Rohani jemaah Tabligh adalah Maulana Muhammad Ilyas lahir tahun 1885 dan meninggal tahun 1944 di kota Khanda, India .

Waktu saya tinggal di USA, salah seorang jemaah Tabligh mendekati saya, seorang pemuda yang fasih berbahasa English, dengan ramah tamah, senyumnya yang menawan, ia ingin berkenalan dengan saya dan saya diundang kerumahnya.
Ia menerangkan tentang pentingnya umat islam melakukan dakwah secara sungguh sungguh dan terpadu. Sebab kalau tidak demikian katanya, umat islam makin hari makin lemah keimanannya, karena mereka sibuk dengan segala aktivibeg sehari hari, baik sibuk bekerja, sibuk belajar, mereka lupa akan Tuhan, lupa bershalat berjemaah di Mesjid dll.

Dan bahkan mereka bisa lupa bershalat sebagai tiang agama dan akhlaq Islam. Inilah kami dari Jemaah yang sangat concern sekali terhadap pentingnya berdakwah mengajak teman2 kita untuk kembali kejalan yang di ridhoi Allah swt.

Sedangkan Rasulullah dan sahabat2 beliau mati matian, dan bahkan Nabi sendiri tidak jarang dilempari oleh batu2 sampai tubuh Nabi berlimang darah karena luka2. Tapi beliau tidak menyerah, beliau tidak marah dan membalas, beliau tetap tegar menyampaikan wahyu wahyu Allah dengan sopan santun, lemah lembut dan berkelanjutan.

Dan sampai sekarang berkat perjuang karena Allah semata mata, umat Islam sudah mendunia dengan jumlah umatnya lebih dari satu milyar orang. Kita bisa hidup beriman dan beragama Islam berkat perjuangan beliau yang mati matian.

Kemudian ia meneruskan penjelasannya tentang dakwah Tabligh yang dilakukannya. Mengikuti jejak Rasulullah dan para sahabat berdakwah maka jemaah Tabligh 3 hari dalam sebulan, mulai hari Jumat sore sampai hari minggu berikutnya, menyediakan waktu, berkorban tenaga, meninggalkan keluarga pergi berdakwah ke kota kota lainnya. Ia dan kawan kawan pergi mengunjungi kota kota lain dan tinggal disana, apakah di mesdjid atau di sebuah rumah jemaah. Ia mengajak saya untuk ikut untuk bertabligh.

Alhamdulillah, pada suatu hari, saya mengikutinya pergi ke sebuah kota Tulsa , berjarak 3 jam naik mobil. Kami (4 orang jema?ah)tinggal disebuah rumah jemaah Pakistan yang sudah lama tinggal di Amerika.
Selama tiga hari kami pergi mengunjungi teman teman seiman, orang orang Islam yang tinggal disekitar kota Tulsa . Kami di guide oleh seorang Jemaah yang tinggal di Tulsa . Kami bersama sama mengunjungi rumah rumah atau apartemen2 atau sekolah sekolah dimana orang orang islam kemungkinan bisa bertemu, tanpa memberitahu lebih dahulu.

Seperti seorang salesman menjualkan dagangannya dari pintu ke pintu rumah,door to door marketing?
Suatu trategi yang baik dan sukses, walaupun berat melakukannya bagi orang yang kurang kuat kecintaannya kepada Rasulullah saw, tapi bagi mereka-mereka yang sudah biasa dan karena kecintaan kepada Tuhan dan agama Islam, bagi mereka saya lihat adalah suatu yang lezat, suatu perjuangan, kalau ada orang yang dapat ikut, itulah suatu kebahagian yang besar.

Tapi kalau tidak berhasil pada hari itu, juga suatu hal biasa dan diterima dengan hati yang besar pula , mungkin pada suatu hari ada orang yang terbuka hatinya untuk ikut bersama. Sesuatu yang dikerjakan dengan kasih sayang dan cinta, semua akan indah dan ringan melakukannya.

Kadang kadang kami bisa berberjumpa dengan penghuni rumah dan berbicara tentang kebesaran agama islam serta mengajak mereka untuk shalat berjemaah di mesjid, dan terkadang pula kami tidak bisa diterima, karena penghuni rumah ada kesibukan yang lain atau ada tamu dan sebagainya.

Tapi bagi kami semua tidak menjadi masalah, lain kali kami datang lagi. Semua sudah ditentukan oleh Allah swt.
Alhamdulillah, kesan kesan saya selama mengikuti bertabligh dengan jemaah Tabligh ini sangat menarik hati saya.

Semua kami mengerjakan tabligh ini hanya karena Allah semata mata, valonteer, suka rela untuk bekerja mengajak teman2 untuk bersama sama berjemaah di mesdjid, tanpa ada maksud tertentu, tanpa ada orang yang membiayai perjalanan dll, hanya untuk kebaikan saja, agar teman teman yang se islam, seiman jangan lupa akan Allah, jangan lupa shalatnya, jangan hilang keimanannya sewaktu tingal di negeri non muslim.
Subhanallah, bukan main cantik dan indahnya mereka- mereka ini berdakwah untuk kepentingan orang lain agar orang jangan berdosa, agar orang lain jangan mendapat azab di akhirat nanti, subhanallah. Suci dan indah sekali niatnya.

Kesan- kesan yang menarik dan indah saya alami sendiri adalah hidup sederhana, tinggal di mesjid atau di rumah jemaah, tidur dilantai, terkadang kita memasak sendiri. Kalau makan bersama sama dari piring yang besar, terasa akrab.
Dalam makan bersama ini yang menarik perhatian saya adalah betapa bersihnya piring tempat kita makan, karena tidak satu biji nasipun yang tertinggal, begitu pula kuah2nya habis dimakan dengan nimatnya. Maha Suci Allah dengan nikmat dan karunianya yang banyak.
Kemudian shalat bersama sama dan membaca Hadits.
Kita dapat merasakan betapa beratnya mengajak orang kepada kebaikan secara lahiriah karena meningalkan keluarga, makan sederhana mungkin. Tapi ada sesuatu hadiah yang diberikan oleh Allah dalam menjalan tabligh seperti ini antara lain; dapat bersilahturahmi dengan kawan2 seiman dan bertambahnya teman2 baru.
Kedua pikiran menjadi fresh dari pekerjaan rutin yang biasa dikerjakan dirumah. Dapat merasakan betapa beratnya Rasulullah saw bedakwah karena Allah semata mata untuk mengajak manusia ke jalan Allah.
Terakhir menambah keimanan kita, kesayangan kita kepada Rasulullah saw dan para sahabat2nya.

Maha Suci Allah, hebatnya, cantik dan indahnya perjuangan teman-teman dari jemaah tabligh semoga Allah menambahkan rahmat dan karunianya kepada mereka dalam mengembangkan, menjaga, dan mejayakan umat Islam di tengah masarakat dunia yang terbuka.
Demikianlah, kesan kesan indah kami, semoga ada manfaatnya, sekiranya ada kesalahan2 kami mohon dimaafkan karena kelemahan kami dalam memahami sesuatu, yang benar adalah milik Allah semata. Terimakasih.
Wasalamu?alaikum wr wb
Abdul Latif

http://www.mail-archive.com/hidayahnet@yahoogroups.com/msg01724.html

Setelah Mempelajari Serius Orang Malaysia Ini Kemudian Memandang Positif JT

Abdul Qahhar Wrote:

Salam ukhwah, saya agak terlewat membaca blog ini mungkin. tapi, saya sudah pun membaca sebahagian besar artikel dalam blog ini.

dah sekian lama saya mencari jawapan kepada persoalan dan tomahan kepada usaha tabligh ini sebenarnya. sebab adalah tak adil jika tidak mendapatkan keterangan dari pengiat tabligh sendiri berkenaan tomahan tersebut.

rata-rata, sikap ahli tabligh yg tidak mahu membicarakan perihal isu dan tomahan ttg tabligh menjadikan org luar susah untuk menerima gerak kerja Tabligh ini.

setelah membaca blog ini, kebanyakkanya persoalan dalam diri saya telah terjawab berkenaan dengan perihal tabligh dari hukum syarak dan menjwab fatwa2 yang terlibat.

kami berharap pihak tuan dapat kembali aktif dlm blog ini untuk terus menerus memberikan kefahaman ttg JT ini sendiri.

harapan dari semua pihak agar semua jemaah dapat bersatu di atas nama Islam, dan berharap agar pimpinan tabligh turut mengesa ahli untuk belajar menerima bezanya jemaah Islam lain pula…

Maradhatillah

Sdr. Abdul Qadhar Yang dimuliakan Allah swt,

1. Para Ulama yang awal-awal terjun dalam usaha da’wah ini merupakan orang-orang yang hafidz dan juga alim dalam urusan ilmu hadits serta bidang ilmu Al-Islam lainnya. Maulana Ilyas Rah mengetahui juga perihal adanya pandangan kritis terhadap usaha da’wah ini, tetapi beliau tidak memberikan pandangan berimbang terhadap pandangan tersebut. Tentunya bagi beliau, apalagi yang mengangkat kembali usaha da’wah ini wujud, mempunyai pertimbangan-pertimbangannya.

Maulana Yusuf Rah juga mengetahui hal ini, beliau adalah seorang ahli hadist dan kita bisa mendapatkan karya beliau yang berkaitan dengan syarh hadist beliau yang dalam terhadap kitab hadits yang disusun Imam Thahawi Rah. Beliau sebagai orang alim, hafidz, dan juga penanggung jawab, serta juga penulis kitab, tentunya beliau perlu memberikan jawaban terhadap pandangan kritis, maka beliau menulis buku “Hayatush Shahabat”.

Kitab ini merupakan pensarian, terhadap topik-topik yang banyak diperbincangkan kaum muslimin terhadap usaha da’wah, sehinga beliau menjelaskan bahwa jika berkeinginan memahami usaha da’wah ini dengan baik maka hendaknya selalu berhubungan dengan sirah Nabi Muhammad SAW dan para Shahabat RA. Sirah-sirah ini tersebar dalam berbagai kitab, tidak hanya dalam kitab sirah itu sendiri. Bahkan dalam kitab hadist dan tafsir saja terdapat sirah.

Maulana Yusuf Rah mempersilahkan kepada siapapun, termasuk kepada kaum muslimin yang terlibat dalam usaha da’wah dan tabligh sendiri, untuk menggali secara ILMIYYAH yang berkaitan dengan usaha da’wah. Dan kami sangat setuju dan senang, karena itu memberikan kelonggaran berpikir dan tidak menjadikan kaum muslimin yang terlibat sendiri menjadi katak dalam tempurung. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mendalami.

Artinya bagi kita sendiri, termasuk kami, perlu banyak memperlajari sirah Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, dan para Shahabat RA. Allah swt dengan tegas dan jelas menjelaskan perihal ini, hanya saja kita kaum muslimin kurang memperhatikan dengan baik.

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf (2): 111)

Al-quran banyak sekali bercerita sirah, bahkan termasuk dialog yang penting antara Allah swt dengan para malaikat sendiri tercatat dengan baik, termasuk pembangkangan Iblish La’natullah.

2. Sekarang ini sebenarnya telah banyak Ulama yang memberikan pandangan tertulis secara baik terhadap pandangan-pandangan yang tidak tepat, dan terdapat juga Ulama ini dari kalangan Ulama Arab sendiri. Bahkan kami telah mendapatkan beberapa tafsir ayat dari yang disampaikan dengan baik oleh seorang Dr. ahli tafsir, yang berkaitan dengan usaha da’wah ini. Penjelasan seperti ini disertai dengan perjalanan para Shahabat RA sendiri, sehingga beliau tetap mengikuti pola tafsir yang telah banyak ditulis para Ulama sebelumnya.

Tulisan-tulisan ini masih di kalangan masyarakat berbahasa Arab. Sehingga tentunya pertumbuhan ILMIYYAH ini akan terus tumbuh dengan sendiri. Karena sebenarnya sumber-sumber Al-Islam sudah begitu luas dan banyak yang ditulis para Ulama sebelumnya, seperti para Imam Mhadzab, para Imam Hadits, dsb.

Kami sering dinasehati sebelum mengenal usaha da’wah ini untuk selalu belajar Al-Islam. Itulah mungkin yang kami tidak pernah berhenti mencari dan mengkaji, apalagi para Ulama da’wah sering menekankan untuk meningkatkan ‘Jiwa Thalab’. Memang kami sendiri tidak mudah untuk mencari dalil dari sumber-sumber para Ulama yang berkaitan dengan usaha da’wah. Para Ulama da’wah tidak mau memberikan beban atau kesulitan terhadap kaum muslimin, sehingga dibuatlah pola yang sederhana dan setiap lapisan kaum muslimin dapat terlibat dengan baik.

3. Kami bisa bayangkan bagaimana akan sulitnya kaum muslimin, jika para Ulama da’wah ini memberikan dalil-dalil secara detail. Jangan-jangan akan menyulitkan, dan akhirnya tidak produktif bagi kaum muslimin. Dan tentunya orang bijak akan melakukan yang bijak pula. Itulah yang kami senangi dan kagum. Dan kami temukan hal ini dari diri Rasulullah SAW dan para Shahabat RA.

Dan bahkan kami temukan dari kitab-kitab para Ulama dulu, hanya saja kita kurang memperhatikannya. Sebagai contoh saja, Imam Nawawi Rah beliau ini banyak menulis kitab dengan baik. Kitab-kitab itu memperlihatkan tingkatan bagi kaum muslimin sendiri. Apakah semua orang dapat membaca syarh Imam Muslim dan juga Majmu fatwanya? Tetapi beliau menulisan Riyadhush Sholihin, semua orang akan mudah membacanya.

Bagi siapapun, termasuk ahli da’wah, yang mau mendalami dalil-dalilnya yang berkaitan usaha da’wah dan tabligh, maka perlu meniru dengan baik bagaimana para Shahabat RA ataupun para Imam dalam mencari Ilmu. Jangan hanya mau disuapi saja, tetapi carilah ilmu itu. Kita harus meniru seperti Ibnu Abbas Ra ketika mau mendapatkan satu hadist, sampai beliau harus menunggu berjam-jam di rumah shahabat dikarenakan seorang shahabat ini sedang tidur. Atau seperti Imam Muslim, bagaimana beliau mencari ilmu dari berbagai kalangan dan sumber tentunya.

Sehingga kami mengikuti pesan guru-guru kami untuk terus belajar, dan juga para ulama da’wah yaitu untuk meningkatkan ‘Jiwa Thalab’. Dengan begitu kami akan lebih leluasa, karena tentunya para Ulama da’wah, seperti Maulana Ilyas, Maulana Yusuf, dsb, bukanlah ulama yang hanya asal-asalan dalam menetapkan kaidah-pola, tanpa melihat dan mempelajari dari sumber-sumber Ulama sebelumnya. Apalagi keduanya terlahir dari keluarga yang 800 tahun tidak terputus keulamaan di keluarganya. Dan hal ini sangat luar biasa.

4. Kalangan kaum muslimin, apakah itu Ulama, ustadz, ataupun penuntut ilmu, yang banyak memberikan pandangan kritis, bagi kami hal itu merupakan anugrah yang tidak terduga. Di sinilah kami banyak bersyukur. Kenapa? Kalangan kaum muslimin banyak mempelajari, menulis dan mensarikan kitab-kitab secara aktif, tentunya tidak akan lepas dari sumber-sumber para Ulama sebelumnya.

Sudah dijelaskan bahwa para Ulama da’wahpun tidak lepas sumber-sumber Ulama sebelumnya, dan mungkin saja mendapatkan sumber yang sama dan tentunya pasti. Misalkan para Ulama tidak mungkin melepaskan diri dari sumber seperti kitab Imam Bukhari, ataupun Imam Muslim, atau Imam Abu Daud. Sehingga secara automatis akan terangkat berbagai sumber dengan baik.

Mungkin sdr. akan mencari dalil perihal sholat Isyraq (yang biasa dilakukan sekitar jam 6-an), mecari dalil ini tidak mudah. Meskipun Maulana Dzakariya Rah menuliskan dalam kitab fadhilah amal, tetapi beliau hanya mensarikannya. Bisa sdr. bayangkan bagaimana kita mencarinya? Karena kalangan kaum muslimin ini aktif menulis, membaca dan mensarikan kitab para Ulama, maka dengan sendiri akan terbentuk dalam bentuk topik-topik dan index. Sehingga akan lebih mudah. Dan kami temukan penjelasannya dengan baik dari kalangan kaum muslimin yang mungkin masih tidak sreg dengan usaha da’wah.

Atau jika sdr. membaca kitab shohih pilihan yang disusun Syeikh Al-Banni Rah, di bagian pertama hadist di bawah nomor 5. Di bagian itu terdapat keterangan perihal tegaknya Al-islam. Dan wujudnya itu akan masuk ke setiap rumah dan lorong. Kira-kira bagaimana mewujudkannya kalau begitu?

5. Dalam menghadapi perbedaan dengan kaum muslimin lainnya kita perlu saling menghormati, tidak perlu meremehkan, tidak perlu menghina, dan tidak perlu mencibirkannya. Itulah Ikramul Muslimin yang sering disampaikan. Tetapi kita harus mempunyai keteguhan dengan keputusan kita sendiri, bahkan kita perlu dapat menjelaskannya secara ILMIYYAH dan HIKMAH. Sehingga tentunya kaum muslimin yang mempunyai pandangan berbeda pandangan itu akan mendapatkan PANDANGAN BERIMBANG secara ilmiyyah dan hikmah.

Apa yang dipesan salah seorang guru kami (sebelum kami mengikuti usaha da’wah) bahwa banyak sekali perbedaan di kalangan kaum muslimin yang memungkinkan menuju pada perpecahan di kalangan ummat, maka kami dianjurkan mendalami kitabnya perbedaan madzhab yang ditulis Ulama dulu. Dari sisi kami melihat hal itu untuk berpikiran yang luas dan ilmiyyah, dan Maulana Dzakaria Rah menulis hanya dalam satu perkara yaitu wudhu saja sudah perbedaan sampai 60. Kenapa dalam ahli da’wah ditekankan untuk tidak membahas Khilafiyyah, karena tidak mudah untuk membahas itu dan tidak banyak orang yang mampu membahas itu. Kalau salah akan mengakibatkan pertentangan tajam di kalangan kaum muslimin.

6. Kami sama seperti sdr. banyak bertanya terhadap usaha da’wah ini. Tetapi kita harus mempunyai ‘Jiwa Thalab’ untuk mencari, membaca, mensarikan dari sumber-sumber Al-Islam yang telah ditulis para Ulama sebelumnya, dan tentunya kita juga perlu banyak bertemu dengan para Ulama sendiri. Tujuan kita bukan untuk mengajak dalam usaha da’wah dan tabligh, TETAPI untuk mencari ilmu al-Islam yang dapat mengarahkan kehidupan kita mengikuti perintah Allah swt dan Rasulullah SAW.

Tidak ada kesuksesan kecuali mengikuti perintah Allah swt dan Rasulullah SAW. Dan itulah para Shahabat RA telah membuktikannya. Maka Maulana Yusuf Rah menjelaskan untuk memahami usaha da’wah ini untuk mempelajari sirah Nabi Muhammad SAW dan para Shahabat RA, karena beliau-beliau ini yang sudah sukses dan dijamin kesuksesannya. Orang bijak dan berpikiran jauh tentunya akan memilih jalur dari orang-orang yang sukses sebelumnya.

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS Ali-Imran (3):31-32)

7. Insya Allah, kami akan berbagi sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Jika ada yang keliru, maka tegurlah kami. Jika ada yang baik, ambilah dan pelajari kembali. Yang benar itu dari Allah swt, dan yang keliru itu dari kelemahan dan kekurangan kami. Kami tidak mempunyai kemampuan memberikan kepahaman, hanya Allah swt yang memberikan kepahaman terhadap usaha da’wah ini. Dan kami masih jauh dan masih banyak belajar dengan usaha da’wah ini. Terimakasih.

Sumber: http://usahadawah.com/

Bayan Nizamuddin: Salah Niat Jika Dakwah Untuk Mengislah Orang Lain

Allah terima suatu amalan jika hatinya ikut sehingga Allah akan memberinya taufiq. Kerja dakwah ini adalah usaha untuk menjadi orang kecil (‘abdi) bukan untuk menjadi orang besar. Orang yang buat kerja dakwah dengan niat untuk mengishlahkan diri sendiri maka ia akan menjadi shaleh dan orang yang shaleh akan menjadi asbab untuk orang lain menjadi shaleh juga.

Dakwah adalah fardhu ‘ain. Manfaat kerja dakwah yang pertama adalah untuk diri sendiri, maka Allah akan melindunginya dari kesesatan.

Maulana Ilyas pernah berkata, ada 2 (dua) orang yang terkebelakang dari usaha ini :

  1. Niat untuk mengishlah orang lain
  2. Mau mengishlah kerja ini

Tarbiyah dan mujahadah dalam kerja ini akan mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Kerja ini akan menghasilkan hidayah untuk dua bagian :

  1. Untuk diri sendiri
  2. Untuk menjadi asbab hidayah bagi orang lain

Tufail telah datang ke Mekkah dengan menutupi kupingnya sehingga apa yang dikatakan Nabi ia tidak mendengarkannya. Ketika dia dekat dengan Nabi maka kemudian Allah ingin memberikan hidayah dengan membuat Tufail ingin membuka tutup kupingnya. Lalu dia dapat mendengar akan bacaan shalat Nabi sehingga ia masuk Islam. Tufail melakukan dakwah dalam satu tahun hasilnya 80 keluarga masuk Islam.

Firman Allah dalam AlQuran : “Dan siapakah yang paling baik perkataannya daripada Orang yang mengajak (dakwah) kepada Allah dan Beramal Shalih dan berkata sesungguhnya saya bagian dari muslimin.”

Gabungan Dakwah dan Amal akan meningkatkan Ibadah. Jika ibadah baik maka kita akan menjadi shaleh. Pertama kali yang akan kita masukkan ke dalam diri kita adalah Iman.

Tanpa adanya Iman kesempurnaan amal tidak akan didapat.

Tanpa adanya Iman keterkabulan amal tidak akan didapat.

Nabi berkata kepada Hadi bin Hatim, : kamu terlambat masuk Islam karena kamu melihat keadaan orang Islam yang miskin, susah, dll sehingga kamu terhalang dari hidayah. Rasul katakan bahwa Islam akan mengalahkan Kisra dan Islam menjadi jaya dan akhirnya Hadi bin Hatim pun melihat kemenangan dan kejayaan Islam.

Penghubung antara orang Islam dan Allah adalah amal.

Di dalam majlis iman ada perkara yang ghaib. Di dalam iman ada qudrat. Qudrat tidak ada di alam semesta namun qudrat ada di dalam zat AllahSWT.

Dengan kerja dakwah ini kita betulkan Aqidah kita, bahwa perkara yang ghaib hanya Allah saja mempunyai bahkan Nabi-Nabi pun tidak. Jika seorang Nabi mengetahui hal-hal yang ghaib, maka Nabi Yusuf as tidak akan masuk ke dalam sumur dan dijual menjadi budak. Begitu pun ketika Rasul diundang ke suatu walimah dia disambut oleh anak perempuan kecil dan anak kecil itu berkata : “kita bersama Rasul yang mengetahui hal yang ghaib”, maka Rasul katakan kepada anak itu : “Jangan katakan seperti itu, karena hal yang ghaib hanyalah milik Allah”.

Nabi katakan : “Jika kamu membaca Al Quran dengan teliti. Allah akan member tahu apa yang akan terjadi sampai dengan hari kiamat.

Ada seorang shahabat di penjara dalam keadaan junub dan air yang ada hanya cukup buat minum. Maka ia berkata kepada penjaga penjara, “tolong berikan air yang buat jatah besok sekarang saja, karena untuk berhadast”. Namun penjaga tersebut tidak memberikan. Maka ia berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan, maka Allah SWT, maka Allah pun menurunkan di penjara. Begitulah yakinnya para shahabat kepada Allah SWT.

Banyak orang mengatakan, “Itukan shahabat, bukan kita”. Hari ini kita begini karena kita tidak yakin dan aqidah yang lemah. Apabila kita memiliki yakin yang benar kepada Allah maka tidak ada hijab antara Allah dengan hambanya.

Abdullah bin Mas’ud ra suatu ketika isterinya sakit mata, maka datanglah seorang yahudi dan diberikan benda yang diletakkan di lehernya, maka matanya pun sembuh. Ketika suaminya melihat itu maka ia bertanya kepada isterinya apa itu? Isterinya berkata benda ini dapat menyembuhkan. Maka suaminya menyuruh untuk membuang benda tersebut. Mari saya beritahu kepada kamu, mata kamu sakit karena syaithan menaruh jarinya pada kamu. Dan orang yahudi itu menyembuhkan karena ia menghalangi jari syaithan tersebut dan yahudi itu pun syaithan. Cukuplah kamu meminta kesembuhan kepada Allah.

Jika kita mendapatkan benda dan benda tersebut memberikan kita kejayaan maka itu berarti telah menjauhkan kita dari Allah SWT. Jika kita mendapatkan benda yang memberikan kejayaan langkah pertama lihat dulu apakah benda itu HALAL atau HARAM.

Maulana Yusuf Katakan: “Nafikan benda-benda, sehingga antara kamu dengan Allah tidak ada hijab. …. Dan seterusnya… bayan belum lagi usai.

Sumber: http://imanyakin.wordpress.com

Kapolres Kuningan Himbau Sholat Berjamaah dan Baca Asmaul Husna

Assalamualaikum Wr.Wb,

Beginilah Polisi apabila sudah mengenal kerja dakwah. Sebagaimana yang dikerjakan Kapolda Jatim Bapak Anton Bahrul Alam, maka Kapolres Kuningan AKBP Nurullah pun berdakwah saat menjabat. Orang-orang ini adalah pilihan Alloh SWT untuk menghidupkan suasana agama dan memperbaiki moralitas Polisi secara bertahap. Semoga amalan-amalan beliau ini mendapatkan ridho dari Alloh SWT.

Saya pernah keluar masturoh 3 hari di Markas Brimob Kelapa Dua Cimanggis. Subhanalloh, banyak anggota Brimob yang sangat aktif dakwah Jamaah tabligh dan mereka tidak sungkan memakai jubah di lingkungan kompleks Brimob yang mereka tinggali. Bahkan mereka tidak segan mendatangi atasan2 mereka untuk silaturahmi.

Selamat berjuang ustad AKBP Nurullah. Doakan kami2 juga bisa mencontoh Bapak-Bapak.

Wassalam,

Abu Izza Adduri

Radar Kuningan: Kesan gersang dan garang, sekarang tidak lagi terasa di Mapolres Kuningan. Iklim kerja di markas polisi itu pun kini berubah sejuk. Apa symbol perubahan tersebut? Jawabannya adalah kemauan untuk mengubah diri sendiri dan membaca asmaul husna.

Siapa tak tahu khasiat asmaul husna? Nama-nama Allah SWT yang terkandung dalam kitab suci al-qur’an ini telah membawa karomah besar bagi suasana kerja sebagian besar polisi dilingkup Mapolres hingga seluruh mapolseknya se Kabupaten Kuningan.

Pola sederhana itulah yang diterapkan Kapolres AKBP Nurullah sejak memulai tugasnya di Kabupaten Kuningan, beberapa bulan silam. Selain di internal, pria yang dikenal religius itu tampak sudah menunjukkan sikap ramah dan bersahabatnya dengan komponen masyarakat Kuningan, terutama para ulama dan kalangan pers. Keterbukaannya membuat pers dekat dengan pria kelahiran Gegesik, Kabupaten Cirebon tersebut.

Nurullah kemudian menyosialisasikan bacaan asmaul husna kepada seluruh anggotanya. Apel pagi menjadi momentum tepat untuk memulainya. Diawali bacaan istighfar secara bersama-sama, apel dimulai dengan penuh khidmat. Dengan berbekal buku saku kecil berisikan 99 nama Allah atau asmaul husna yang sudah dipersiapkan, seluruh perwira dan anggotanya dinstruksikan untuk membacanya dengan kompak untuk menutup upacara apel pagi.

Pemandangan langka pun terjadi. Mapolres Kuningan layaknya seperti pondok pesantren. Bacaan asmaul husna terus berkumandang hingga apel pagi berakhir. Memasuki dhuhur, seluruh aktivitas Polres dihentikan. Seluruh anggotanya yang berada di lingkungan Mapolres diwajibkan untuk salat berjamaah di Masjid Al-Aman Mapolres Kuningan.

Tak sebatas itu, masyarakat yang tengah berada di lokasi pelayanan atau sekedar nongkrong di lingkungan Mapolres, juga diimbau lewat pengeras suara agar mengikuti salat berjamaah. Mereka pun berduyun-duyun mengikuti imbauan tersebut. Lagi-lagi, kumandang asmaul husna kembali terdengar dengan kompaknya usai salat dhuhur. Berlanjut ke salat ashar dan maghrib berjamaah. Suasana itu terus terasa setiap hari di Mapolres Kuningan. Selain itu, Polres Kuningan juga tidak pernah melewati hari-hari besar Islam.

“Bacaan istighfar saat memulai pekerjaan untuk mengingatkan agar manusia jangan sombong. Lantas kenapa harus asmaul husna? Karena sebagai polisi, saya ingin lebih besar putihnya disbanding hitamnya. Makanya kita harus selalu ingat Allah. Janji Allah bagi Manusia yang selalu mengingat Nya tidak akan pernah meleset. Jika kita terus ingat kebesaran Allah, maka niscaya Allah akan selalu memperhatikan kita,” terang Nurullah kepada Radar di kantornya.

Kapolres menyadari, awalnya banyak anggotanya membaca asmaul husna asal-asalan. Tapi lama-kelamaan Allah pasti memberikan hidayah. Perubahan positif kini sudah terlihat. Anggotanya bukan sekedar membaca, tapi sudah banyak yang hapal asmaul husna. Ia berharap, amalan asmaul husna mampu merubah perilaku negative anggotanya menjadi positif.

“Saya minta maaf kepada masyarakat, jika masih ada anggota saya yang arogan. Saya akan terus menjadikan asmaul husna sebagai benteng dan pengingat agar polisi bisa betul-betul menjadi pengayom masyarakat. Membaca asmaul husna tidak mahal, tetapi sangat murah dan mudah. Kalau yang berat-berat, itu tugas Ulama,”pungkasnya sembari tersenyum.

(Sumber : Radar Kuningan, Rabu 25 Maret 2009)

Senin, 09 November 2009

Menjadi Umat Terbaik

Image

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I. |
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (TQS Ali Imran [3]: 110).

Umat Islam adalah umat terbaik. Predikat tersebut tidak begitu saja didapat. Ada sejumlah sifat yang harus mereka miliki untuk meraihnya. Apabila sifat-sifat itu ditinggalkan, predi-kat itu pun lepas dari mereka. Maka sudah sepatutnya, kaum Muslim memahami dan melak-sanakan sifat-sifat yang mengan-tarkan mereka menjadi khayru ummah itu.

Berkaitan dengan perso-alan tersebut, kita perlu mengkaji firman Allah SWT QS Ali Imran [3]: 110.


Sifat Umat Terbaik

Allah SWT berfirman: Kuntum khayra ummah ukhrijat li al-nâs (kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia). Menurut sebagian mufassir, orang yang dimaksud-kan ayat ini adalah para sahabat Nabi SAW. Bahwa mereka termasuk dalam cakupan ayat ini, memang tidak salah. Namun bukan berarti hanya dibatasi hanya untuk mereka. Sebaga-mana dijelaskan Ibnu Katsir, ayat bersifat umum untuk seluruh umat. Pendapat yang sama juga dikemukakan Fakhruddin al-Razi.

Kesimpulan tersebut lebih bisa diterima. Pasalnya, para sahabat Nabi SAW mendapat predikat sebagai khayra ummah (sebaik-baik umat) bukan tanpa sebab. Predikat itu dilekatkan kepada mereka lantaran memiliki sifat sebagaimana digambarkan dalam frasa sesudahnya. Jika demikian halnya, maka siapa pun dapat meraih predikat tersebut asalkan memiliki sifat yang sama.

Sifat itu disebutkan dalam frasa sesudahnya. Pertama: ta'murûna bi al-ma'rûf wa tan-hawna 'an al-munkar (menyuruh kepada yang makruf, dan men-cegah dari yang mungkar). Secara bahasa, kata ma'rûf berarti perkara yang diketahui kebaikannya. Sedangkan munkar adalah segala yang diingkari kebaikannya. Setelah Islam datang, standar baik dan buruk (al-khayr dan al-syarr) pun didasarkan kepada Islam. Sehingga al-ma'rûf adalah segala hal yang dinyata-kan baik dan terpuji oleh syara'. Sebaliknya, al-munkar adalah yang dikatagorikan oleh syara' sebagai perkara yang buruk dan tercela.

Jika ada orang yang me-ngerjakan shalat, zakat, puasa, dan perkara ma'ruf lainnya, bisa dikatakan sebagai orang yang baik. Demikian juga orang yang menjauhi zina, riba, judi, dan perkara mungkar lainnya. Akan lebih baik lagi jika dia juga mengajak orang lain melakukan hal yang sama. Saat itu dia bukan hanya menjadi orang baik, namun menjadi sebaik-baik orang (khayru al-nâs). Jika dilakukan oleh umat, maka umat itu pun berhak menyandang status khairu ummah.

Aktivitas amar ma'ruf nahi munkar ini tidak hanya berman-faat bagi umat tersebut, namun juga bagi seluruh manusia yang diajaknya. Itulah di antara rahasia disebutkannya: ukhrijat li al-nâs (yang dilahirkan untuk manusia). Artinya, umat terbaik itu dituju-kan buat seluruh manusia.

Kedua: wa tu'minûna bil-Lâh (dan beriman kepada Allah). Mereka juga meyakini aqidah Islam. Sebagaimana dipaparkan al-Alusi dan al-Baidhawi, maksud beriman kepada Allah adalah beriman kepada semua perkara yang diwajibkan untuk diimani. Apabila mereka mengimana semua perkara itu, maka keimanannya dapat dianggap. Sebaliknya, jika ada salah satu yang tidak diimani, maka tidak layak disebut telah beriman kepada Allah SWT.

Itulah dua sifat yang harus dimiliki umat ini untuk meraih predikat khayru ummah. Pertama, menerapkan syariah dan mendakwahkannya kepada selu-ruh manusia; dan kedua ber-aqidah Islam dengan keimanan yang benar dan total.


Posisi Ahli Kitab

Bahwa predikat khayru ummah itu berlaku umum, juga dikukuhkan dengan frasa selanjutnya: walaw âmana Ahl al-Kitâb lakâna khayr[an] lahum (sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka). Ahli Kitab adalah Yahudi dan Nasrani. Ditegaskan dalam frasa ini, apabila ahli kitab juga mau beriman, mereka pun akan mendapat kebaikan; di dunia maupun di akhirat. Beriman yang dimaksud tentulah mengimani semua perkara yang wajib diimani, sebagaimana yang diimani kaum Muslim. Allah SWT berfirman: Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk (TQS al-Baqarah [2]: 137).

Ketika mereka beriman kepada aqidah Islam, maka statusnya pun berubah menjadi Muslim. Jika mereka juga melakukan amar nahi munkar sebagaimana yang diperin-tahkan, mereka pun berhak menyandang predikat khayru ummah. Itulah janji Allah kepada setiap orang yang beriman dan tunduk kepada syariah-Nya.

Kendati demikian bagus janji Allah SWT itu, tidak semua mereka mau beriman. Bahkan mereka dikabarkan: minhum al-Mu'minûn wa aktsaruhum al-fâsiqûn (di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik). Kaum Ahli Kitab adalah yang paling mengetahui kebe-naran Islam. Sebab, dalam kitab-kitab mereka telah diberitakan tentang kedatangan nabi terakhir yang akan diutus Allah SWT. Mereka juga diberitahu mengenai ciri-ciri nabi yang akan diutus sehingga mereka menge-nal benar nabi tersebut. Allah SWT berfirman: Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui (TQS al-Baqarah [2]: 146).

Namun amat disayangkan, pengetahuan mereka terhadap Rasulullah SAW tidak membuat mereka beriman. Di antara mereka memang ada yang mau beriman sehingga menyandang status Mukmin. Seperti Abdullah bin Salam, Tsa'labah bin Syu'bah, dsb. Akan tetapi sebagian besar di antara mereka justru fasik. Sebagaimana dijelaskan al-Zamakhsyari dan al-Baidhawi, kata fasik dalam ayat ini bermakna membangkang dalam kekufuran. Lebih dari itu, mereka juga menyembunyikan kebenaran (QS al-Baqarah [2]: 146), menghalangi manusia dari jalan yang Islam (QS Ali Imran [3]: 99).


Sempurna dengan Daulah

Patut ditegaskan, aktivitas amar makruf nahi munkar itu bisa benar-benar sempurna apabila sudah ada daulah daulah. Ketika daulah belum tegak, aktivitas dakwah kepada syariah itu memang sudah bisa dilaksanakan. Akan tetapi, aktivitas itu hanya sebatas pada seruan. Tidak memiliki daya paksa kepada manusia agar mau melaksanakan yang makruf dan meninggalkan yang munkar.

Berbeda halnya jika sudah ada daulah. Memerintahkan manusia untuk mebayar zakat misalnya, tidak hanya menje-laskan kewajiban zakat dan besarnya dosa bagi orang yang meninggalkannya. Namun juga memaksa orang yang enggan membayar zakat seperti yang dilakukan Khalifah Abu Bakar ra. Ketika ada sekelompok orang membangkang membayar zakat, beliau segera mengerahkan pasukan untuk memeranginya. Pula terhadap pelaku kemung-karan. Daulah bisa menghukum pelakunya sebagaimana yang ditetapkan syara'.

Pendek kata, dengan otoritas yang dimiliki, daulah bisa memaksa semua warganya menjalankan yang makruf dan meninggalkan yang munkar. Melalui dakwah dan jihad yang dilakukan daulah, penyebaran Islam ke seluruh dunia juga bisa berlangsung dengan cepat. Hasilnya, kehidupan akan dipenuhi dengan perkara makruf dan bersih dari perkara munkar.

Demikianlah. Apabila umat Islam ingin meraih predikatnya sebagai khayru ummah, tidak ada pilihan lain kecuali harus berju-ang menegakkan daulah khilafah yang menerapkan syariah dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb.[]www.mediaumat.com

Umat Terbaik Yang Dibangkitkan Untuk Kebaikan Umat Manusia

Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Al-Faatihah, Hudhur aba. menilawatkan:

Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin naasi ta’muruuna bil ma’ruufi wa tanhauna ‘anil munkari wa tu’minuuna billaahi.
Surah Aali ‘Imraan (3) ayat 111 yang artinya:
Kamu adalah umat terbaik, dibangkitkan demi kebaikan umat manusia; kamu menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan, dan beriman kepada Allah…..

Dalam ayat yang baru saya baca tadi, Allah mengatakan bahwa engkau adalah orang yang terbaik yang telah diciptakan untuk kebaikan seluruh umat manusia. Engkau menyuruh untuk berbuat kebaikan dan melarang berbuat keburukan serta untuk beriman kepada Allah, yang berarti bahwa kami yang menamakan diri kami itu Muslim adalah yang terbaik dari antara umat manusia. Sekarang, sesuai dengan nubuatan dari Y.M. Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah saw. kami sudah beriman dan kepada Al-Masih zaman ini, yang sudah meng-implementasikan Rata Penuhsekali lagi ajaran-ajaran Islam yang sudah dilupakan. Jadi dengan beriman, percaya kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini, maka tentu saja kami menjadi umat yang terbaik, karena mulai dari Adam sampai pada Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. kami itu sudah mempercayai kepada semua nabi-nabi dan kami dapat menyatakan bahwa kami itu memiliki keimanan yang sempurna. Jadi setelah mengeluarkan pengumuman ini maka tanggung-jawab kami itu tidak selesai begitu saja, tetapi dengan pengumuman ini maka tanggung-jawab kami sebagai orang Ahmadi bertambah besar. Karena Allah mengatakan bahwa saudara-saudara itu dinamakan sebagai umat yang terbaik, maka dengan alasan itulah saudara-saudara harus menyampaikan kabar untuk keshalehan dan kebajikan serta melarang kekejian. Saudara-saudara itu harus selalu memiliki pikiran yang baik tentang orang-orang. Allah berfirman bahwa saudara-saudara itu adalah umat yang baik dan bagus, oleh karena itu saudara-saudara harus memiliki pikiran yang baik terhadap diri saudara-saudara sendiri, untuk istri saudara-saudara dan untuk anak-anak saudara-saudara. Di mana saudara-saudara itu harus memiliki pemikiran yang baik bagi negeri saudara-saudara, bagi bangsa saudara-saudara dan juga bagi bangsa-bangsa yang lainnya. Janganlah saudara-saudara mempunyai pikiran yang buruk tentang mereka ini dan saudara-saudara pun tahu bahwa siapa pun dia itu, berasal dari Negara mana pun dia, berasal dari suku bangsa apa dia itu, dan dari keluarga siapa ia, saudara-saudara itu harus berbuat baik kepada mereka, saudara-saudara harus dapat menarik hati mereka, harus dapat merebut hati dari setiap orang. Adalah kewajiban bagi saudara-saudara bahwa saudara-saudara itu harus dapat menarik hati orang-orang dan jangan sekali-kali berbuat yang tidak baik kepada siapa pun juga. Di mana setiap perbuatan saudara-saudara itu harus memperlihatkan kecintaan saudara-saudara dan saudara-saudara harus melaksanakan semua tugas pekerjaan ini karena ini adalah perintah dari Allah Taala. Jika saudara-saudara tidak mengerjakannya maka keimanan saudara-saudara kepada Allah itu tidak dapat dikatakan sempurna. Jadi, saudara-saudara dapat lihat bahwa Allah Taala itu tidak membangkitkan kami sebagai umat terbaik dengan hanya pernyataan di mulut kita saja bahwa kami adalah Muslim. Sebagaimana saudara-saudara melihat banyak orang Muslim, yang jika saudara-saudara bertanya kepada mereka: “Apakah Tuan seorang Muslim?” Mereka mengatakan “Alhamdulillah kami adalah Muslim”. Tetapi jika melihat pada peri-laku dan perbuatan mereka, saudara-saudara akan melihatnya bahwa bahkan Syaitan pun akan lari dari mereka itu. Jadi, untuk menjadi umat terbaik dari Y.M. Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah saw. maka saudara-saudara itu haruslah melakukan tindakan terbaik, meninggalkan segala keburukan, yang dengan jalan ini saudara-saudara dapat mengajak dan menyuruh berbuat kebaikan kepada orang-orang lainnya dan melarang mereka dari perbuatan yang buruk. Jika tidak demikian, bilamana saudara-saudara akan berusaha untuk memperbaiki, mereformasi kepada orang lainnya, maka saudara-saudara akan mendapatkan jawaban begini: “Perbaikilah dan koreksi diri Anda sendiri dahulu, bagusilah dan kerjakanlah reformasi pada diri Anda terlebih dahulu!”.

Saudara-saudara tidak akan dapat menjadi umat terbaik dengan menipu atau membodohi orang-orang atau menipu Tuhan. Oleh karena itu, untuk memperkuat diri Anda, untuk memperkuat Jama’at dan organisasi Anda, maka saudara-saudara itu harus mengambil dan menerapkan apa-apa yang baik, apa-apa yang bagus dan kemudian meng-komunikasikannya kepada orang-orang yang lainnya. Bilamana saudara-saudara sudah mengerjakan yang sedemikian, dengan jalan mengikuti kebajikan dan menghentikan diri dari keburukan dan kejahatan, maka pembinaan dan tabligh itu akan kemudian dapat berlanjut. Akan terjadi pembinaan dan pendidikan rohaniah yang bahkan di dalam anggota-anggota dari Jama’at, karena saudara-saudara akan menerapkan kebaikan dan kebajikan dan saudara-saudara akan menghentikan keburukan dan kekejian, yang tentang kebaikan-kebaikan ini sudah banyak kali disebutkan di dalam Kitab Suci Alqur-aan, sebagai contohnya untuk berbuat baik kepada keluarga dekat kalian yang adalah merupakan sebuah amanat, yakni memberikan pengorbanan demi untuk kebaikan orang lain; bersimpati kepada sesama manusia, di sana ada pelajaran untuk memiliki pikiran yang baik dan bagus tentang orang lain, untuk berbicara yang benar, untuk memberikan maaf kepada orang lain, untuk memperlihatkan kesabaran dan menahan diri, untuk memenuhi janji saudara dan untuk menghilangkan semua keburukan, apakah keburukan secara zahir ataupun keburukan mental atau rohaniah, di mana saudara-saudara itu harus membersihkan diri saudara dari hal-hal itu semuanya. Harus menghilangkan pikiran yang buruk seperti janganlah hendaknya mempunyai pikiran untuk merugikan dan mengganggu kepada orang-orang lainnya. Keburukan itu seperti memiliki pikiran yang buruk bagi orang yang lainnya, saudara-saudara haruslah membersihkan diri saudara dari hal yang buruk ini. Selanjutnya saudara-saudara harus menyebarkan rasa kecintaan dan kasih-sayang di dalam masyarakat. Saudara-saudara harus memperlakukan kerabat dekat saudara dengan baik. Saudara harus memperlakukan dengan baik para tetangga saudara dan teman sekerja saudara. Perlakuan yang baik itu termasuk bahwa orang-orang yang kaya itu harus membantu dan memelihara orang-orang yang miskin oleh mereka sendiri. Singkatnya saudara-saudara itu harus menyampaikan dan menyebarkan ajaran ini dengan cara yang sedemikian. Dengan cara itu pula, ada banyak keburukan-keburukan yang harus dihentikan dari diri kalian sendiri dari melakukan perbuatan tersebut dan juga kalian perlu untuk mengingatkan kepada orang lainnya untuk berhenti dari keburukan, karena untuk berbuat baik itu adalah sangat vital untuk pertama-tama menghilangkan keburukan yang ada dalam dirinya terlebih dahulu.

Marilah saya sampaikan beberapa kutipan di mana Allah berfirman bahwa keburukan-keburukan ini tidak boleh terdapat di dalam diri seorang mukmin; sebagai contohnya adalah suatu kekikiran bahwa walaupun sudah tahu ada orang yang memerlukan pertolongan tetapi tidak membantunya walaupun ada kemampuannya untuk itu, atau tidak membayar chandah iuran kepada Jama’at. Kemudian, memiliki rasa curiga, menyalahkan orang lain tanpa dasar, menganggap rendah kepada orang lain, memperlihatkan hasud rasa iri dengki kepada orang lain atau mengatakan hal yang sia-sia. Bukannya menolong diri kalian sendiri atau menolong kepada Jama’at, tetapi kalian menyakitinya dengan kata-kata yang sedemikian, dengan pembicaraan yang sedemikian, dengan memfitnah seseorang, dengan berkata dusta. Kebohongan dan kepalsuan adalah merupakan satu laknat yang dapat melibatkan seseorang dalam banyak keburukan-keburukan lainnya. Melanggar janji amanat, penghianatan seperti memandang kepada perempuan dengan niatan yang buruk, juga melanggar janji atau menyalahgunakan amanat yang diberikan oleh seseorang. Ada banyak keburukan yang termasuk di dalamnya, seperti tidak melaksakan tugas kalian dengan sepenuhnya.

Sebagaimana yang telah saya katakan, untuk menerapkan kebaikan itu maka kalian itu harus menghilangkan keburukan terlebih dahulu, karena kebaikan dan keburukan itu tidak dapat jalan bersama-sama. Oleh karena itu, kalian harus selalu berusaha bilamana kalian melakukan hal-hal kebaikan, melakukan sesuatu kebajikan, kalian pun harus menghilangkan beberapa keburukan bersama-sama dengan itu. Dengan cara ini, maka hati dari setiap orang Ahmadi itu akan dapat dibersihkan untuk bisa terbebas dari segala keburukan. Seorang Muslim Ahmadi telah diperintah untuk melakukan kebaikan di dalam dirinya sendiri, menghentikannya dari keburukan dan mencegah orang lainnya dari keburukan, maka ia itu haruslah pertama-tama mensucikan dirinya terlebih dahulu dan menghentikan dirinya dari keburukan yang ada di dalam dirinya sendiri. Ia sendiri harus menerapkan kebaikan, dan hanya setelah itu barulah ia dapat mengajak orang lain untuk melakukan perbuatan yang baik. Jika kita tidak bekerja seperti itu maka kami itu akan menjadi orang yang munafik dan memiliki dua muka. Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah saw. . telah memberi peringatan yang keras terhadap orang munafik seperti itu dan mengatakan bahwa orang-orang yang sedemikian itu merupakan bahan bakar Api Neraka, yang kata-katanya dan perbuatannya saling bertentangan.

Sebagai contohnya ada sebuah riwayat dari Hadhrat Abu Lail dan dari beberapa sahabat lainnya, yang merupakan ceritera yang panjang, juga melalui riwayat sahabat-sahabat lainnya. Ia mengatakan bahwa Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. mengatakan bahwa setiap orang itu akan diminta pertanggung-jawabannya pada Hari Pembalasan di mana ia itu akan dilemparkan ke dalam Api Neraka; isi perutnya akan keluar dari api dan akan dilingkarkan pada tubuhnya seperti seekor keledai yang diikat berjalan berkeliling sumur untuk menimba mengeluarkan air. Kemudian mereka itu akan dikumpulkan bersama-sama di dalam Neraka, mereka mengatakan apa yang terjadi dengan kalian itu? Bukankah engkau itu telah menyuruh kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kejahatan? Ia akan mengatakan, memang saya telah memerintahkan kalian untuk berbuat kebaikan, tetapi saya sendiri tidak mengerjakan perbuatan yang baik ini. Saya biasa melarang kalian agar menghentikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak meng-enakkan kepada orang lain, tetapi saya justru melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan dan melakukan perbuatan yang buruk. Jadi kalian lihat, betapa kerasnya kami itu sudah diperingatkan oleh Nabi saw., oleh karena itu setiap orang Ahmadi itu yang menyuruh kepada orang-orang lain untuk mengerjakan kebaikan, ia sendiri pun harus juga melakukan perbuatan yang baik. Khususnya kepada orang-orang yang duduk di dalam kepengurusan Jama’at mereka itu harus ekstra hati-hati di dalam bidang ini, yaitu dengan menaruh perhatian untuk mengadakan self reformasi, dengan bersujud di hadapan Tuhan, mereka harus mencari dan meminta keberkahan dari Allah Taala. Semoga Allah Taala memberi taufik dan kemampuan kepada kita semua untuk dapat mengamalkannya. Aamiin!!! Jika setelah mendengar peringatan ini orang menjadi takut sehingga kemudian ia akan mengatakan, kalau begitu saya akan diam saja, tidak akan menyuruh pada kebaikan dan tidak melarang berbuat kejahatan karena saya tidak merasa pantas untuk mengatakan itu; jika ada orang yang punya pikiran seperti itu maka ia akan dianggap lalai untuk mengadakan self reformasi.

Oleh karena adalah penting sekali untuk mengajarkannya kepada lain orang juga, karena ini adalah perintah dari Allah Taala, bahwa ia harus mengajarkan dan mengajak orang lain pada kebaikan dan pada waktu yang sama ia pun harus meng-analisa dirinya sendiri apakah ia sudah mengadakan reformasi atau belum, ini adalah perkara yang sangat vital.

Ada satu riwayat tentang hal ini bahwa Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah saw. bersabda, demi Tuhan Yang di Tangan-Nya memegang kehidupan-ku, engkau tentu saja mengajak dan menyuruh orang pada kebaikan dan menghentikan mereka dari perbuatan jahat. Kalau tidak demikian, maka bilamana Allah akan mengirimkan azab-Nya kepada mu, saat itu doa-doamu tidak akan dterima, Astaghfirullah. Jadi, dengan menyelamatkan dirimu dari segala kesulitan dan penderitaan di hari-hari mendatang itu, maka perlulah bagi saudara-saudara untuk melaksanakan tugas dan kewajiban saudara mengajak dan menyuruh orang lain dalam kebaikan dan menghentikan orang-orang lainnya dari perbuatan buruk. Sebagaimana dikatakan bahwa dengan tidak melaksanakan tugas-tugas ini maka kalian akan mendapatkan hukuman dan bahkan doa-doamu itupun tidak akan diterima. Ini juga berarti bahwa sebagai hasil dari perbuatan yang baik itu maka doa-doamu juga akan dikabulkan oleh-Nya dan rahmat keberkahan-keberkahan dari Allah Taala akan turun kepada saudara-saudara. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw.biasa banyak kali meminta kepada orang-orang beliau agar mengajak dan menyuruh pada kebaikan dan menghentikan dari perbuatan yang buruk dan beliau juga mengatakan bahwa beliau tidak punya hubungan dengan orang-orang yang tidak melaksanakan tanggung-jawabnya ini. Dalam setiap kesempatan yang sekecil apa pun beliau saw. biasa mengatakan lakukanlah pekerjaan baik dan hentikanlah keburukan.

Sebagai contohnya ada satu riwayat bahwa Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. bersabda bahwa seseorang itu bukanlah dari antara kami, orang yang tidak menarh kasih-sayang kepada anak-anaknya, orang yang tidak melakukan tugasnya untuk menaruh hormat kepada orang yang lebih tua dan yang tidak mengajak dan menyuruh orang lain untuk berbuat kebaikan dan tidak menghentikan orang-orang dari perbuatan yang tidak menyenangkan. Yang berarti bahwa mengajak pada kebaikan ini adalah sedemikian penting dan besarnya sehingga bahkan anak-anak pun dimasukkan di dalamnya. Demikian juga untuk menghormati orang-orang yang lebih tua, para orang tua dan orang-orang yang shaleh di antara kalian dan lain-lainnya juga yang seperti itu kami sudah diperintahkan untuk mengerjakannya. Keburukan, yang kami sudah diperintahkan untuk menghentikannya, kepada mereka pun perlu diminta untuk menghentikannya. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. bersabda, jika kalian tidak melaksanakan tanggung-jawab ini maka aku tidak memiliki hubungan dengan kalian. Dalam mengajak pada kebaikan dan melarang pada keburukan, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan adalah perlu untuk menghentikan lidahmu dari kata-kata yang menentang keinginan dari Allah Taala; demikian pula adalah perlu untuk mengucapakan kata-kata untuk menyebarkan kebenaran dan untuk berbicara yang benar.

wa ya‘muruuna bil ma’ruufi wa yanhauna ‘anil munkari (3:105) itulah yang selayaknya bagi orang-orang beriman, Amal bil ma’ruf dan nahi ‘anil munkar ketika mengatakan engkau menyuruh pada kebaikan dan melarang terhadap kejahatan, maka adalah perlu bahwa pertama-tama orang itu harus membuktikannya dari amalannya sehari-hari, bahwa dia itu memiliki kualitas yang sedemikian itu di dalam dirinya. Karena, sebelumnya orang itu akan dapat mempengaruhi orang-orang lainnya, maka adalah perlu baginya untuk pertama-tama mempengaruhi dirinya terlebih dahulu. Jadi, kalian haruslah ingat bahwa janganlah sampai kalian berhenti dari mengatakan kata-kata yang menyuruh pada kebaikan dan melarang keburukan. Tentu saja orang itu harus melihat pada situasinya dan contextnya serta cara saudara itu haruslah sangat baik dan manis budi, harus selalu ada rasa ketertarikan di dalamnya. Secara itu pula adalah satu dosa yang besar untuk berbicara yang bertentangan dengan taqwa yang adalah kebajikan, kebenaran dan keadilan. Saudara-saudara haruslah selalu ingat bahwa untuk berbicara benar itu janganlah pernah ragu-ragu, karena keberanian untuk menyuruh pada kebaikan dan melarang pada kejahatan, itulah apa yang dapat diperlihatkan betapa kalian itu melaksanakan perintah dari Allah ini dan seberapa besarnyakah keberanian yang kalian miliki. Tetapi amalan dari seorang mukmin itu haruslah sesuai dengan perintah ini. Bilamana kalian dapat memperlihatkan amalan saudara itu maka hal ini dapat memberikan pengaruh kepada yang lainnya. Bilamana saudara-saudara akan mempraktekkannya maka untuk mendukungnya itu tidaklah memerlukan kekerasan ataupun pemaksaan. Kata-kata yang baik dari orang semacam itu hanyalah akan memberikan dampak pengaruh jika apa yang dipraktekkannya itu bagus. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa jika di sana ada taqwa atau di sana ada keshalehan di dalam hati dari orang tersebut dan ada rasa takut kepada Tuhan di dalam hatinya, maka jika engkau itu berbicara secara bijaksana sesuai dengan situasi dan keadaannya maka kata-kata engkau yang bagus itu akan memberikan efek pengaruh kepada mereka. Tetapi adalah perlu untuk memberikan nasihat atau peringatan itu sesuai dengan situasinya dan dalam context-hubungan-nya. Jika kalian melihat sesuatu yang buruk pada seseorang dan berusaha untuk mengingatkannya di hadapan public maka orang itu tidak akan memperoleh pengaruh dari nasihat tersebut. Bahkan mungkin pula bahwa ia akan melakukan lebih besar lagi eksesnya dalam perilaku buruknya yang ia akan perlihatkan. Oleh karena itu untuk memberikan nasihat dan menjelaskannya adalah perlu bahwa saudara itu mengetahui keadaan situasinya, hubungan context-nya dan harus dengan perasaan ketakwaan, rasa takut kepada Tuhan. Jika kalian dapat berbuat seperti ini maka sesuai dengan janji dari Tuhan, saudara akan berhak untuk memperoleh Rahmat Belas-kasihan-Nya serta Keberkahan-Nya. Allah telah berfirman di suatu tempat lain bahwa Aku pasti akan memperlihatkan belas kasih-sayang-Ku kepada mereka yang beramal sesuai dengan perintah-Nya.

Semoga Allah Taala memberi taufik dan kemampuan kepada kita semua untuk dapat melaksanakan ini. Aamiin!!

Sebagaimana yang telah saya katakan bahwa Allah Taala telah memerintahkan kepada kita untuk menyuruh berbuat kebaikan dan melarang segala macam keburukan. Saya juga sudah memberikan kutipan contoh-contoh dari perbuatan yang baik dan yang buruk itu secara singkatnya, dan saya akan menyampaikan penjelasannya satu dua buah dari hal tersebut dengan lebih rinci lagi.

Sebagai contohnya tentang mengumpat atau mengata-ngatai orang, yaitu membicarakan hal yang buruk dari seseorang di belakang orang tersebut. Tidak jadi soal apakah keburukan itu ada pada dia atau tidak ada, jika engkau mengatakan yang buruk tentang dia yang orang tersebut sedang tidak ada bersama kita, itulah yang dinamakan mengumpat atau “backbiting”; tidak jadi soal bagaimana faktanya yang engkau katakan itu benar atau tidak benar. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. ketika beliau mengambil janji bai’at dari orang, beliau biasa meminta janji khusus dari orang tersebut bahwa saya tidak akan mengumpat. Jadi, betapa besar kepentingannya tentang mengumpat atau memfitnah ini karena keburukan ini dapat membuat kekacauan di dalam masyarakat. Hal ini dapat menciptakan perasaan saling membenci satu sama lain dan kadang-kadang dapat membuat perpecahan di dalam Jama’at. Itulah sebabnya mengapa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menaruh banyak penekanan dan telah memberikan banyak penjelasan dan pengertian kepada kita dalam perkara ini. Beliau mengatakan, di dalam Jama’at kita jika mereka ada melihat sesuatu yang kurang baik pada diri saudaranya maka ia wajib untuk mendoakannya. Jika bukannya mendoakan, tetapi jika mereka mulai membicarakannya dan menyebar-luaskannya, maka mereka itu sudah berbuat dosa, keburukan apa yang ada di sana, tidak akan dapat dihilangkan. Oleh karena itu, saudara-saudara haruslah selalu berusaha untuk menolong saudaranya atau harus menolong saudaranya dengan doa-doa. Beliau mengatakan, dengan mengutip sebuah ceritera tentang seorang Sufi yang mempunyai dua orang murid. Seorang muridnya mabuk dan terjatuh di jalan pada tempat yang kotor; murid yang lainnya mengadukannya kepada Sufi. Sang Sufi berkata, engkau itu tidak punya malu, kurang rasa malu, engkau mengadukan dia tetapi tidak membawa dia ke mari. Sufi tersebut dengan segera berangkat dan membawa muridnya itu kembali. Sang Sufi, seorang rohaniawan yang besar, orang yang suci itu mengatakan bahwa ada seseorang yang mabuk, orang-orang mengatakan ada seorang yang mabuk dan satu orang lainnya yang tidak terlalu berat mabuknya maka ia harus memikul dan membawa yang mabuk tersebut. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa maksud dari Sufi itu adalah untuk mengatakan kepada mereka mengapa engkau itu mengumpat, mengata-ngatai saudaramu sendiri.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah saw. telah ditanya tentang memfitnah ini. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. mengatakan bahwa apa yang benar-benar dtemukan pada seseorang dan membicarakannya ketika orang tersebut tidak ada, bahwa jika ia mendengarnya maka ia tidak akan menyukainya. Jika hal tersebut tidak ditemukan pada dia dan engkau masih juga membicarakan keburukan yang tidak ada padanya itu, maka yang demikian itu dikatakan sebagai sebuah tuduhan tanpa bukti atau “allegation”.. Allah Taala berfirman:

wa laa yaghtab ba’dhukum ba’dhan (49:12), dalam ayat ini dikatakan, apakah engkau suka memakan daging saudaranya yang mati. Jadi di sini mengumpat memfitnah mengata-ngatai orang di belakang adalah disamakan dengan memakan daging dari saudaranya yang mati. Ayat ini juga membuktikan bahwa sebuah Jama’at yang didirikan atas perintah dari Tuhan, di sana pun pasti ada orang-orang yang suka melakukan umpatan. Jika umpatan ini tidak ada di sana maka tidak ada artinya bahwa masalah ini ada disebutkan di dalam ayat ini. Jika seorang beriman itu adalah sedemikian sucinya sehingga mereka itu tidak akan melakukan keburukan yang seperti itu maka apalah gunanya adanya ayat tersebut? Dalam keadaan seperti itu, maka nasihat itu perlu diberikan kepadanya yang harus dilakukan secara pribadi. Jika orang itu tidak mau menerimanya maka yang menasihati itu harus mendoakan orang tersebut. Jika dengan kedua cara tersebut masih juga tidak memberikan manfaat maka ia harus berpikir bahwa hal tersebut adalah sudah menjadi takdir untuknya. Jika Allah dapat menerima kekurangan tersebut maka mengapakah saudara harus memperlihatkan keberangan atau kegemparan bilamana melihat ada sesuatu keburukan pada seseorang. Ada kemungkinan bahwa kebiasaannya yang buruk itu akan dapat diperbaiki nanti. Ada beberapa orang yang sudah mendapatkan kedudukan spiritual tinggi yang disebut qutubun abdal yang terdiri dari dua kata yang memperlihatkan kedudukan rohaniah yang berbeda, dalam kedudukan ini pun kadang-kadang orang itu dapat berbuat kesalahan. Dinyatakan bahwa walaupun seseorang itu sudah mendapatkan kedudukan spiritual qutub ia pun dapat juga melakukan perzinahan. Banyak pencuri, perampok dan pelacur yang bertobat dan menjadi orang yang memperoleh kedudukan spiritual yang tinggi, makanya untuk cepat-cepat mengambil suatu kesimpulan dan keputusan tentang seseorang bukanlah urusan kita. Jika anak seseorang itu tidak baik maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaikinya, mereformasinya. Dengan secara itu pula, orang itu jangan sampai membiarkan saudaranya, ia harus berusaha sebaik-baiknya untuk memperbaiki dia, untuk mereformasi dia. Bukanlah ajaran dari Kitab Suci Alqur-aan bahwa jika kalian melihat satu kekurangan pada seseorang kemudian ia mempublikasikannya dan mulai mengata-ngatakannya kepada orang lain tentang hal tersebut.. Kitab Suci Alqur-aan mengatakan:

wa tawaashau bish shabri wa tawaashau bil marhamah (90:18), bahwa mereka itu saling memberi nasihat dengan penuh kesabaran dan dengan mengekang diri serta menolongnya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Marhamah adalah bahwa jika engkau melihat sesuatu kekurangan pada orang lainnya maka engkau perlu mengingatkannya, engkau perlu menasihati mereka dan juga mendoakan bagi mereka. Doa itu adalah yang paling manjur, maka paling celakalah orang yang membicarakan tentang sesuatu kelemahan orang sampai 100 kali, tetapi tidak satu kali pun ia mendoakan untuknya..

Engkau itu boleh berbicara tentang kelemahan dari seseorang hanya setelah engkau mendoakannya secara terus menerus selama 40 hari lamanya. Ada sebait syair dari Sheik Sadi yang dikutip oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s., yang mengatakan bahwa Allah itu Maha Tahu segalanya, tetapi Dia masih tetap menutupi kelemahan dari orang-orang ini. Allah itu Memiliki Ilmu tentang segalanya tetapi tokh Dia menutupi kelemahan dari orang-orang ini, sedangkan seorang tetangga yang tidak tahu apa-apa, tetapi ia terus saja berkeliling bercerita tentang hal tersebut. Salah satu sifat dari Tuhan adalah sattaar, Yang menutupi kesalahan. Kalian harus menerapkan sifat Tuhan ini, kualitas dari Tuhan ini. Ini tidaklah berarti bahwa engkau itu boleh mendukung kelemahan dan kesalahan mereka itu, tetapi yang dimaksudkan ialah bahwa engkau itu janganlah mempublikasikannya dan jangan mengumpat atau menceriterakannya di belakang dia. Karena sebagaimana dikatakan di dalam Kitab Allah praktek semacam ini adalah merupakan dosa, bahwa engkau itu tidak boleh mempubliksikan dan membicarakan di hadapan umum tentang keburukan dari orang lain.

Sheik Sadi punya 2 orang murid, yang seorang biasa berbicara tentang ilmu spiritual, dan muridnya yang lain biasa hatinya terbakar rsa cemburu dan menjadi berang. Muridnya yang pertama mengatakan kepada Sadi bahwa bilamana ia sedang membicarakan tentang sesuatu ilmu kerohanian, ilmu spiritual, muridnya yang lain itu merasa tidak senang dan Sheik Sadi mengatakan bahwa salah satu dari mereka berlaku hasud dan cemburu sehingga ia berhak masuk ke dalam neraka dan engkau juga telah mengumpat dan mengata-ngatai orang di belakang dia. Jadi, oleh karena itu Jama’at ini tidak akan terus berlanjut selama orang-orangnya itu tidak saling berdoa dan mendoakan dan memperlihatkan kasih sayang satu sama lainnya dan saling menolong satu sama lainnya. Jadi, hal ini memperlihatkan betapa besar dosa dari orang yang mengumpat dan mengata-ngatai orang lain di belakang dia.

Kejahatan lainnya ialah berkata dusta. Jika seseorang itu dihadapkan dengan satu kesulitan kecil, maka untuk mendukungnya itu ia harus berkata dusta. Sungguh mengherankan bahwa banyak sekali orang-orang yang menganggap bahwa berbohong atau berkata dusta itu bukanlah sebuah dosa atau suatu kejahatan. Padahal keburukan dari berkata dusta itu adalah satu kejahatan yang merupakan akarnya dari segala kejahatan. Itulah sebabnya Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah saw. bersabda bahwa orang yang mengatakan kepada saya bahwa saya dapat meninggalkan hanya satu saja keburukan, maka beliau mengatakan bahwa jika engkau itu tidak dapat meninggalkan semua keburukan maka paling tidak tinggalkanlah satu keburukan saja yaitu untuk meninggalkan perkataan dusta, dan teguhkanlah dalam hati bahwa akan senantiasa berbicara benar. Ada orang yang mengatakan bahwa berkata dusta itu berarti bahwa engkau telah memberikan pernyataan testimony yang salah di hadapan Pengadilan. Jika engkau tertangkap tangan melakukan satu pencurian kecil maka engkau akan berbohong, atau jika engkau itu melakukan satu kejahatan kecil maka engkau akan berdusta. Atau engkau memberikan kesaksian yang tidak benar terhadap seseorang yang dapat menyebabkan dia mendapatkan kesulitan yang sebenarnya tidak perlu. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang sedemikian itu seperti berkata dusta, mengatakan hal-hal yang kecil atau mengatakan yang salah walaupun dengan cara yang sepele, itu adalah dosa.

Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah saw. telah memberikan sebuah contoh perbandingan yang memperlihatkan dengan jelas bagaimana kalian mendefinisikan perkataan bohong itu. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Hadhrat Abu Hurairah r.a. Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. mengatakan bahwa barang siapa yang berkata kepada seorang anak-anak, datanglah kepadaku nanti akan saya berikan sesuatu, tetapi jika ia tidak memberikan yang sesuatu itu maka yang demikian itu terhitung sebagai satu kebohongan. Jadi demikianlah definisi dari dusta itu. Jika setiap orang dari kita mengadakan analisa tentang dirinya masing-masing maka kita akan menyadari bahwa kadang-kadang kita itu berkata bohong walaupun mengenai hal yang kecil. Bahkan dalam lelucon atau joke itu kita berbicara mengenai hal-hal yang sama sekali tidak benar. Jadi, berdasarkan pernyataan dari Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah saw. bahwa jika kita menaruh perhatian secara mendalam dan sangat mendetil maka hanya dengan cara demikianlah kami itu akan dapat memancarkan laknat terhadap dusta dan kebohongan dari antara kita dan dari anak-anak kita. Sehubungan dengan hal ini Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa Kitab Suci Alqur-aan telah menyatakannya bahwa dusta itu sebagai suatu kejahatan dan dosa yang besar, sebagaimana di-firman-Nya dalam ayat urah Al Hajj (22) ayat 31:


……. Faj tanibur rijsa minal autsaani waj tanibuu qaulaz zuur.
……..maka jauhilah kenajisan berhala, dan jauhilah ucapan-ucapan dusta.

Di sini berdusta itu dipersamakan dengan penyembahan pada berhala; yang pada kenyataannya kebohongan adalah sama dengan penyembahan berhala. Jika tidak demikian maka mengapa orang itu harus meninggalkan kebenaran dan pergi ke patung berhala ini. Sebagaimana patung berhala itu tidak memiliki realitas apa pun yang ada padanya, maka seperti itu pulalah bahwa kebohongan itu tidak memiliki realitas apa pun, kecuali penipuan belaka. Kepercayaan pada orang yang suka berkata dusta itu akan hilang, sehingga jika orang itu sedang berkata yang benar pun, orang-orang lain akan merasa ragu apakah ia berkata benar atau berkata dusta. Bilamana seorang itu sudah berkata dusta dan ia ingin membatasi perbuatannya, maka ia tidak mungkin dapat menghindarkan diri dari kebohongannya itu. Hanyalah jika ia sudah benar-benar berusaha keras di bidang spiritual maka barulah ia dapat terbebas dari kedustaan itu, jadi dikatakan, bagaimana kata-kata yang benar itu dapat ia ucapkan? Di dalam pengalaman sehai-hari orang tersebut yang biasanya berkata dusta, maka kalaupun ia sedang mengatakan yang benar, kami pun tidak akan mempercayainya.

Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. telah menyebutkan tentang beberapa amalan yang baik dan dosa-dosa, di mana beliau saw. bersabda bahwa keduanya itu tidak akan dapat bersama-sama pada satu tempat. Mengenai hal ini Hadhrat Abu Hurairah r.a. menyampaikan bahwa Y.M. Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa keimanan dan kekafiran itu tidak akan dapat bersama-sama berada dalam satu hati seseorang, atau tidak akan mungkin kebenaran dan perkataan dusta itu ada bersama-sama di dalam hati seseorang. Juga tidak mungkin kepercayaan memegang amanah itu dengan penghianatan terhadap amanah berada bersama-sama di dalam satu hati seseorang. Jadi, pertama-tamanya dikatakan bahwa tidaklah mungkin bahwa seseorang yang memiliki keimanan ia pun akan berbicara dalam kekufuran. Sebagaimana yang telah ditunjukkan di dalam ayat tadi yang saya baca pada permulaan khutbah ini, bahwa orang yang menyuruh pada kebaikan dan yang melarang pada kejahatan itu hanyalah orang-orang yang pada kenyataannya beriman kepada Allah. Dengan hadits-hadits tersebut, barang siapa yang tidak beramal mengikuti perintah tersebut maka berarti di dalam hatinya ada kekafiran. Karena tidaklah mungkin bahwa kebenaran yang merupakan amanah dari Tuhan dan kedustaan itu berada bersama-sama di satu tempat, bagaimana mungkin seseorang yang tidak pantas memperoleh kemuliaan sebagai seorang yang beriman.itu dapat berkumpul bersama-sama di satu tempat bersama orang-orang yang berdosa.

Jadi, kita yang adalah orang-orang Muslim Ahmadi yang telah bai’at di tangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. satu kali lagi dikatakan bahwa kami itu harus bekerja dengan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya dan kami itu harus membuang jauh semua keburukan dan akan menerapkan semua apa-apa yang baik dn bagus. Kita itu harus berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan semua dan setiap keburukan dan kejahatan. Jika orang itu tidak memiliki keinginan yang teguh dan juga tidak berdoa meminta rahmat dari Allah Taala maka tidaklah mungkin bagi orang itu untuk meninggalkan keburukan, yang dengan itu kamu tidak akan pantas untuk menasihati orang yang lainnya. Dengan benar-benar beriman, bagaimana mungkin orang dapat berkata dusta, dengan mengucapkan bai’at berjanji untuk memegang amanah bagaimana mungkin ia dapat menghianati amanah? Oleh karena itu setiap Ahmadi yang telah berjanji bai’at dan menjadi anggota dari Jama’at Ahmadiyyah, maka janji bai’atnya itu adalah merupakan amanah. Dengan bekerja mengikuti perintah dari Allah maka tidak akan ada orang Ahmadi yang punya pikiran untuk melanggar amanah. Oleh karena itu setiap orang Ahmadi harus secara ketat dan benar-benar mematuhi hal ini, bahwa sebagai seorang pribadi individu atau secara pengurus Jama’at tidak akan pernah melanggar amanah ini. Setiap seorang pengurus Jama’at atau secara ber-Jama’at, ia akan melaksanakan tugas amanahnya dengan cara yang paling dapat terpercaya dan paling layak. Bilamana ada orang yang dikuasakan untuk memegang harta kekayaaan Jama’at maka ia akan menjaganya dengan cara yang paling jujur sejujur-jujurnya, di mana ia tidak akan terjadi pengecohan ataupun pelanggaran terhadap amanah tersebut.

Y.M. Nabi Muhammad, Rasulullah saw. telah bersabda bahwa kalian itu harus meningkatkan standard dari pemegang amanat kepercayaan ini sampai pada suatu tingkatan yang sedemikian rupa, bahwa bahkan jika ada seseorang yang melanggar amanah di dalam urusan duniawi, maka dalam keadaan demikian pun janganlah sampai engkau membalasnya dengan suatu pelanggaran amanah terhadapnya itu. Jika engkau memegang sesuatu amanah dari dia maka engkau harus memberikan kembali amanah tersebut pada saat mereka memintanya. Jadi, dalam hal keimanan itu betapa harus hati-hatinya dalam menjalankan tugas ini.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mengatakan bahwa amanah itu berarti bahwa seseorang itu jangan sampai mempunyai niatan yang buruk untuk mengganggu dan merugikan seseorang dengan mengambil hak-haknya atau harta kekayaannya. Jadi, jelas bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwa kejujuran dan amanah adalah satu kecenderungan alamiah yang ada di dalam diri manusia. Itulah sebabnya bahkan seorang anak bayi kecil yang sedang menyusu pun berada dalam alamiah yang sederhana ini, yang mengikuti dasar alamiahnya bahwa walaupun dalam usia kecil yang tidak punya dosa, ia itu punya rasa benci untuk mengambil milik dari orang lain, yaitu bahwa bayi ini tidak suka untuk menyusu dari yang bukan ibunya sendiri. Jadi, Allah telah membuat sifat alamiah ini ada dalam diri manusia.

Walau pun bayi itu tidak memiliki ilmu, tetapi ia dapat mengenal dan menyadarinya bahwa adalah melanggar amanah untuk menyusu kepada orang yang bukan ibunya itu. Hanya saja setelah ia tumbuh dewasa maka ia akan terkena pengaruh dari lingkungannya di mana ada banyak orang yang suka melanggar amanah dan untuk itulah Nabi dibangkitkan untuk menghilangkan pengaruh buruk tersebut dan untuk menciptakan perubahan yang shaleh di dalam diri manusia.

Kami, orang Ahmadi yang sudah membuat janji bai’at kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dan beriman kepadanya, kami harus membuat perubahan diri yang shaleh di dalam diri kita masing-masing, untuk mengadakan reformasi perbaikan diri dan menjaga diri kami terhadap segala macam keburukan dan dari menghianati amanat. Kami harus menjaga diri kami terhadap berkata dusta, kami harus melindungi dan menjaga diri kami dari keburukan-keburukan lainnya. Bukan saja kami itu harus menjaga diri kami sendiri saja, tetapi sesuai dengan perintah dari Allah Taala dan kelayakan dari seorang mukmin, seorang yang beriman dan sesuai dengan ayat-ayat yang telah difirmankan oleh Allah, kami juga harus menyelamatkan orang-orang lainnya dari perbuatan yang buruk tersebut. Kami juga harus memberikan kepada mereka pengajaran tentang kebajikan.

Semoga Allah Taala memberi taufik dan kemampuan kepada setiap Ahmadi yang dalam lingkungannya untuk bekerja sesuai dengan situasinya dan bekerja mengikuti ajaran ini. Semoga Allah Taala menjadikan semua saudara-saudara sebagai Ahmadi yang teguh dan kuat, yang akan bekerja mengikut ajaran dari Allah dan Rasul-Nya. Aamiiin!!
Insha-Allah untuk selama dua hari berikutnya ini saya akan mengadakan tour ke dua negeri lainnya, harap saudara-saudara berdoalah semoga Allah Taala memberkati lawatan saya ini di dalam segala seginya. Aamiiin!!

Semoga Allah Taala senantiasa dan terus-menerus memberikan pertolongan-Nya dan memberikan kepada kami bantuan dan dukungan-Nya dalam semua jalan-jalan perjuangan kami. Aamiiin!!


Pamulang-Banten, May 19, 2005 / Mersela Jak-Bar, 8-5-2005; Juni 2008