Rabu, 25 Januari 2012

Carilah Pertolongan Allah Dengan Sabar dan Sholat

Dari Hudzaifah r.a., ia berkata,” Apabila Rasulullah saw menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan sholat.” ( Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud- dalam Kitab Durrul Mantsur)

Penjelasan:

Sholat adalah rahmat Allah swt yang besar. Mencari pertolongan dengan sholat ketika menghadapi kesulitan berarti menuju rahmat Allah swt. Dan jika rahmat Allah swt datang tidak akan ada lagi kesulitan. Banyak riwayat yang menyebutkan mengenai hal ini. Para shahabat yang selalu mengikuti langkah Nabi saw, juga sering melakukannya. Abu Darda r.a. berkata,” Jika terjadi angin topan, Rasulullah saw akan segera masuk ke masjid dan tidak akan keluar dari masjid jika angina belum reda.” Demikian juga ketika terjadi gerhana matahari atau bulan, Rasulullah saw akan segera mengerjakan sholat. Shuhaib r.a. telah diberitahu oleh Rasulullah saw bahwa para anbiya a.s., jika mendapatkan suatu masalah, mereka juga akan segera melaksanakan sholat.

Pada suatu hari, ketika Ibnu Abbas r.huma sedang dalam perjalanan, ia mendapatkan kabar bahwa anaknya telah meninggal dunia. Ia segera turun dari untanya, kemudian sholat 2 rakaat dan membaca:

(Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun )

Lalu berkata,” Aku telah melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah swt di dalam Al Qur’an:

“Carilah pertolongan ( Allah ) dengan sabar dan sholat.” ( QS Al Baqarah: 45 )

Terdapat kisah lain mengenai Ibnu Abbas r.a. . Ketika ia sedang dalam perjalanan, ia mendapatkan berita kematian saudaranya yang bernama Qutsam. Maka ia segera turun dari untanya dan mengerjakan sholat 2 roka’at di pinggir jalan. Ia berdoa cukup lama di dalam tasyahudnya. Kemudian ia berdiri untuk melanjutkan perjalanannya seraya membaca ayat Al Qur’an:

“Carilah pertolongan ( Allah ) dengan sabar dan sholat.” ( QS Al Baqarah: 45 )

Juga disebutkan sebuah kisah lain mengenai Ibnu Abbas r.a., yaitu ketika ia mendengar berita wafatnya salah seorang Azwaajun Muthahharoh ( Istri-istri Rasulullah ). Ia segera bersujud. Ketika ada seseorang menanyakan perbuatannya itu, ia menjawab,” Beginilah yang diperintahkan oleh Rasulullah saw jika kita mendapatkan musibah. Hendaklah kita sibuk dengan sholat, dan tidak ada musibah yang lebih besar selain wafatnya Ummul Mukminin.” ( Hadits Riwayat Abu Dawud )

Ketika Ubadah r.a. hampir wafat, ia berkata kepada orang-orang di sekitarnya,” Janganlah kalian menangisiku. Jika ruhku keluar, aku minta agar kalian berwudhu dengan sempurna dan pergi ke masjid. Sholatlah dan beristighfarlah untukku, karena Allah menuyuruh kita agar selalu memohon pertolongan dengan sabar dan sholat, kemudian baringkanlah aku dalam liang kubur.”

Suami Ummu Kultsum r.ha yaitu Abdurrahman r.a. telah ditimpa sakit parah. Sedemikian parah sakitnya sehingga semua orang menyangka ia telah wafat. Melihat hal itu, Ummu Kultsum r.ha. segera mendirikan sholat. Selesai shalat, Abdurrahman siuman. Ia bertanya kepada orang-orang di sekelilingnya,” Apakah aku tadi seperti orang mati?” Orang-orang menjawab,” Ya.”. Abdurrahman berkata,” Dua malaikat telah mendatangiku dan berkata,’ Pergilah menghadap Ahkamul Haakimiin. Dialah yang akan memutuskan perkaramu.’ Kedua malaikat itupun membawaku pergi. Lalu kami berjumpa dengan malaikat ketiga yang menghampiri kami dan berkata kepada dua orang malaikat yang membawaku tadi,” Kamu berdua pergilah! Dia ( Abdurrahman r.a. ) termasuk golongan orang-orang yang berbahagia dan beruntung yang tertulis sejak ia berada dalam kandungan ibunya. Dan sekarang anak-anaknya masih mendapatkan manfaat darinya.’” Setelah peristiwa itu, Abdurrahman r.a. masih hidup selama kurang lebih 1 bulan, lalu ia meninggal dunia. ( Dari Kitab Durrul Mantsur )

Abdullah bin Salam r.a. berkata,” Apabila keluarga Nabi saw ditimpa suatu kesulitan, maka beliau akan menyuruh keluarganya mendirikan sholat seraya membaca Al Qur’an:

“Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeqi kepadamu, tapi Kamilah yang memberi rezeqi kepadamu. Dan akibat ( yang baik ) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” ( QS Thaahaa: 132 )

Sebuah hadits menyebutkan,” Barangsiapa menghadapi suatu keperluan dunia atau agama, atau mengenai hubungan dengan Allah atau hamba-Nya, hendaklah ia berwudhu dengan sempurna, lalu sholat 2 rakaat, memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah saw, lalu berdoa:

“ Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mulia. Maha Suci Allah Rabb Yang Memelihara Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Aku memohon kepada-Mu segala sesuatu yang menyampaikan kepada rahmat-Mu dan ampunan-Mu, keuntungan dari segala kebajikan, serta keselamatan dari segala dosa. Jangan Engkau biarkan bagiku suatu dosa tanpa Engkau mengampuninya, suatu kesempatan tanpa Engkau melapangkannya, dan suatu hajat yang Engkau ridhoi tanpa Engkau memenuhinya. Terimalah wahai Yang Maha Rahiim.” Insya Allah doanya akan terkabul !.

Meraih Cinta Allah dan Manusia !

Dari Abul Abbas -Sahl bin Sa'd as- Sa'idi - radhiallahu 'anhu berkata: " Seorang lelaki mendatangi Rasulullah saw. dan berkata, "Ya Rasulullah, tunjukilah aku suatu amalan, yang bila aku mengerjakannya, maka Allah dan manusia cinta kepadaku?" Rasul saw. bersabda: "Zuhudlah di dunia, niscaya Allah cinta kepadamu. Dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya mereka mencintaimu". (H.R. Ibnu Majah, Shahihul Jami', no. 935) C

Cinta Allah dan manusia, dua bentuk cinta pangkal ketenangan dan ketentraman hati. Tangga untuk mencapainya, kata Rasulullah SAW, hanya satu: zuhud. Sebagian kita bisa jadi alergi mendengar kata tersebut. Atau lebih mengesankannya sebagai utopia. Yang tergambar adalah bagaimana seseorang berpakaian lusuh, kusut, asyik tenggelam dalam aktivitas ibadah di masjid. Kesan-kesan ini makin diperkuat oleh arus pola hidup materialistik, menuhankan harta. Orientasi duniawi, tampaknya sudah berakar umbi dalam hati dan pikiran sebagian kita. Sayap Nyamuk Sementara, sikap dan pola hidup Rasulullah sepenuhnya mengacu pada sikap ini. Beliau menganggap, kehidupan dunia seperti seorang musafir yang berteduh di bawah sebuah pohon, lalu bakal melanjutkan perjalanan kembali (H.R. Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad, Hakim) Beliaupun melukiskan dunia ibarat tetesan air dari jari yang dicelupkan ke tengah lautan (H.R. Muslim, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Dalam kesempatan lain, beliau mengatakan dunia ibarat sayap nyamuk (H.R. Turmudzi) Al-Qur'an surat al-Hadid ayat 20 mengungkapkan, "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu serta berbanga- banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur..." (Lihat juga Q.S. Ali-Imran: 14-15 , 185 . Yunus: 24 . Az-Zukhruf: 35 . An-Najm : 29-30)

Zuhud, dalam tinjauan terminologis, merupakan lawan sikap senang dan ambisi pada dunia (Lisanul Arab, 3/196) . Banyak pendapat para ulama salaf tentang pengertian zuhud. Diantaranya, menurut Sofyan Tsauri, zuhud di dunia artinya tidak panjang angan-angan. Tapi bukan dengan memakan makanan keras atau memakai pakaian kasar. ( Madarijus Salikin, 284) . Hasan al- Bashri mendefinisikan zuhud di dunia bukan berarti mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta. Tapi, bagaimana seseorang merasa lebih yakin pada apa yang dimiliki Allah dari apa yang ada di tangannya. (Madarijus Salikin 285) Syaikh Ibnu Taimiyah menyebutkan zuhud adalah meninggalkan yang tak bermanfaat di akhirat. Bedanya dengan wara', meninggalkan apa yang dikhawatirkan berbahaya di akhirat. Menurut Ibnul Qayyim, pendapat inilah yang paling baik dan tepat. (Madarijus Salikin, 283)

Senjata Esensi zuhud berasal dari hati. Di dalam hati hendaknya hanya tertanam rasa cinta dan bersandar penuh kepada Allah SWT. "Ya Allah, jadikanlah dunia di tanganku dan jangan kau jadikan dunia di dalam hatiku", do'a Abu Bakar r.a. Karenanya, zuhud juga bukan berarti sikap apriori menolak dan menjauhi semua yang berbau dunia. Toh, Rasulullah saw. dan para sahabat, generasi zuhud, juga bekerja, berkeluarga, memiliki istri dan anak. Nabi Sulaiman a.s., bahkan disebut dalam Al-Qur'an memiliki kerajaan besar.

Indah sekali perkataan Sofyan Tsauri: " Harta di zaman kami adalah senjata kaum beriman". Atau ungkapan Abu Ishaq as-Sabi'i bahwa kaumnya dahulu memandang keluasan harta benda adalah penolong agama ( Mukhtashar Minhajul Qashidin, Imam Ahmad membagi zuhud menjadi tiga. Pertama, meninggalkan yang haram, ini zuhudnya orang awam (zuhdul ' awam).

Menurut Ibnul Qayyim sikap ini merupakan fardhu 'ain. Kedudukan, meninggalkan sikap berlebihan terhadap yang halal. Ini dinamakan zuhudnya orang-orang khusus (zuhdul khawas). Terakhir, meninggalkan semua yang menyibukkan diri dari Allah, disebut zuhudnya orang-orang 'arif (zuhdul 'arifin). Inilah yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadits di atas sebagai salah satu tangga mencapai kecintaan Allah ( mahabatullah). Agar Dicintai Manusia. Menarik cinta manusia, ada kaidahnya: tak boleh menggunakan unsur-unsur yang mengundang kemurkaan Allah swt. Bila kaidah itu dilanggar, yang terjadi justru sebaliknya. "... keadaannya akan diserahkan sepenuhnya kepada manusia oleh Allah ...." (H.R. Turmudzi, Shahihul Jami', No. 5886).

Agar dicintai manusia, lagi-lagi jawabannya zuhud. Artinya, tidak memendam ambisi, kehendak, terhadap apa yang dimiliki orang lain. Ambisi, iri, ingin memiliki apa yang ada pada orang lain, adalah bibit sikap buruk sangka, benci, permusuhan dan seterusnya. Maka, sekali lagi, Rasulullah telah memberi jawaban singkat dan tepat: Zuhud!

Menuju Syurga Dengan Cinta

Setiap individu pasti akan merasai cinta dan mencintai sesuatu. Cinta adalah perasaan halus yang dimiliki hati setiap manusia, dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, cinta merupakan masalah utama dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ini karena Islam sendiri merupakan agama yang berasaskan cinta.

Sabda Rasullulah SAW.: Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan mendapat manisnya iman, yakni: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka(HR. Bukhari dan Muslim) .

Oleh karena itulah Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT: Dan di antara tanda- tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21) .

Jelaslah bahwa cinta adalah tanda kehidupan ruhani dalam aqidah orang mukmin, seperti halnya cinta juga menjadi dasar dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Selain itu, iman dalam Islam ditegakkan berdasarkan cinta dan kasih sayang, sebagaimana terlukis indah dalam sabda Rasulullah SAW : Demi Dzat yang diriku ada di tanganNya, kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman dengan sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian. (HR Muslim)

Dalam hadist diatas, Rasullulah SAW menegaskan bahwa jalan menuju ke syurga bergantung kepada iman, dan iman bergantung kepada cinta. Maka cinta adalah syarat dalam iman, rukun dalam aqidah, dan asas dalam agama. Cinta dalam Islam adalah kaidah dan sistem yang mempunyai batas. Ia adalah penunjuk ke arah mendidik jiwa, membersihkan akhlaq serta mencegah atau melindungi diri daripada dosa- dosa. Cinta dapat membimbing jiwa agar bersinar cemerlang, penuh dengan perasaan cinta dan dicintai. Sayangnya dalam kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh hawa nafsu dan menyimpang daripada tujuan murni yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita dibuai dengan lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta yang menghanyutkan kita ke dunia khayal yang merugikan. Kini bahkan banyak yang menyalahartikan makna cinta sebenarnya, sehingga terdorong melewati batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin. Untuk itu, renungkanlah sejenak hakikat kehidupan kita di dunia. Rasullulah SAW bersabda: Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri. Juga sabda Rasulullah, Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain karena Allah. (HR Hakim dari Abu Hurairah).

Bom Hidayah

Ya Allah, Janganlah Engkau turunkan Hujan yang lebat Tetapi turunkanlah Hujan hidayah Ya Allah, Janganlah Engkau turunkan banjir Tetapi turunkanlah banjir hidayah Ya Allah, Janganlah Engkau turunkan tsunami Tetapi turunkanlah tsunami hidayah Ya Allah, Janganlah Engkau turunkan banjir Tetapi turunkanlah banjir hidayah Ya Allah, Janganlah Engkau letuskan gunung Tetapi turunkanlah letusan hidayah Turunkanlah bom-bom hidayah di seluruh alam Bom Nuklir yang jatuh di Hirosima dan Nagasaki telah menyababkan banyak kematian dan dalam beberapa
tahun tumbuh-tumbuhan pun tidak bisa hidup diatasnya. Tetapi pikirnya satu orang Dai lebih dahsyat dari pada Bom atom.

Bagaimana bayi yang pertama lahir dan bayi yang terakhir lahir semuanya mendapat hidayah dari Allah SWT. Inilah Teknologi Iman yang tidak ada satu teknologi didunia ini yang bisa mengalahkannya. Kalaulah batu yang dilemparkan ke langit tentu batu jugalah yang akan jatuh kebumi Kalaulah bunga yang dilemparkan ke langit tentu bunga jugalah yang akan jatuh ke bumi. Batu kalau jatuh dari atas akan menimbulkan mudharat Bunga kalau jatuh dari atas akan menimbulkan harum semerbak Amalan buruk yang dilemparkan kelangit maka bala dan bencana yang akan turun Amalan baik yang dilemparkan ke langit maka keberkahan dan kebaikan yang akan turun Lemparkan batu ke sebuah danau, batu akan jatuh di tengah danau tapi riaknya bergelombang sambung-menyambung ke seluruh danau hingga ke tepinya.

Sama halnya jika seorang muslim dakwah pada suatu tempat dan fikir atas seluruh umat manusia, maka Allah SWT akan turunkan hidayah ke seluruh alam. Niatkan setiap gerak kita, niat seluruh alam. Taklim seluruh alam Musyawarah seluruh alam Sliturrahmi seluruh alam Jaulah seluruh alam Keluar seluruh alam Bayan seluruh alam Maulana Syamin pernah bertanya.

"Apa niat kamu ketika adzan?" Ada yang menjawab, Memangil orang untuk shalat Ada yang menjawab, Dakwah Maulana Syamin katakan, Adzan itu niat seluruh alam.

Jadi, setiap orang yang shalat diseluruh dunia maka pahalanya akan mengalir kepada kamu. Jadi, setiap kegiatan dakwah, niatkan seluruh alam supaya dinilai pahala seluruh alam. Amalan dakwah ini adalah amalan yang berkelanjutan. Detik ini ada yang lagi buat taklim Detik ini dibelahan bumi yang lain ada yang buat jaulah Detik ini dibelahan bumi yang lain ada yang buat bayan Detik ini dibelahan bumi yang lain ada yang buat silaturrahmi Detik ini dibelahan bumi yang lain ada yang buat ada yang tahajjut Jadi, setiap detik itu ada taklim, jaulah, bayan, silaturrahmi, tahajjut dsb. Itulah makna tidak akan kami kiamatkan dunia ini kalau masih ada orang yang berdzikir kepada Allah. Ketika selesai shalat maka sejadah pun digulung Kalau sudah tidak ada lagi orang yang sembah sujud dihadapan Allah SWT maka dunia ini pun akan digulung Allah SWT. Semua sedia insya Allah !

Selasa, 24 Januari 2012

Perjalanan Dakwah Mahasiswa di Amerika

Pengalaman Seorang Mahasiswa di Amerika Serikat
Maha besar Allah yang telah menciptakan manusia berbangsa bangsa, bersuku suku, dan bermacam macam bahasa dan agama atau keyakinan kepada Tuhan.

Setiap benda yang diciptakan oleh Allah dan kita lihat adalah cantik dan indah, lihatlah bermacam warna-warni bunga-bunga, lihatlah pula bermacam warna dan warni ikan di laut, lihat pula lah bermacam wajah dan warna kulit manusia, dan terakhir kita lihat pula bermacam macam keyakinan dan bermacam cara pengabdian kepada Tuhan. Subhanallah, Maha suci Allah yang menciptakannya.

Lain lubuk lain ikannya, lain kepala lain pendapatnya. Jemaah Tablig adalah sebuah jemaah Islam yang berpusat atau lahir di India yang mayoribeg penduduknya adalah beragama Hindu. Pemimpin Rohani Jamaah Tabligh adalah Maulana Muhammad Ilyas lahir tahun 1885 dan meninggal tahun 1944 di kota Khanda, India .

Waktu saya tinggal di USA, salah seorang Jamaah Tabligh mendekati saya, seorang pemuda yang fasih berbahasa English, dengan ramah tamah, senyumnya yang menawan, ia ingin berkenalan dengan saya dan saya diundang kerumahnya.

Ia menerangkan tentang pentingnya umat islam melakukan dakwah secara sungguh sungguh dan terpadu. Sebab kalau tidak demikian katanya, umat islam makin hari makin lemah keimanannya, karena mereka sibuk dengan segala aktivitas sehari hari, baik sibuk bekerja, sibuk belajar, mereka lupa akan Tuhan, lupa bershalat berjemaah di Mesjid dll.

Dan bahkan mereka bisa lupa bershalat sebagai tiang agama dan akhlaq Islam. Inilah kami dari Jemaah yang sangat concern sekali terhadap pentingnya berdakwah mengajak teman2 kita untuk kembali kejalan yang di ridhoi Allah swt.

Sedangkan Rasulullah dan sahabat2 beliau mati matian, dan bahkan Nabi sendiri tidak jarang dilempari oleh batu2 sampai tubuh Nabi berlimang darah karena luka2. Tapi beliau tidak menyerah, beliau tidak marah dan membalas, beliau tetap tegar menyampaikan wahyu wahyu Allah dengan sopan santun, lemah lembut dan berkelanjutan.

Dan sampai sekarang berkat perjuang karena Allah semata mata, umat Islam sudah mendunia dengan jumlah umatnya lebih dari satu milyar orang. Kita bisa hidup beriman dan beragama Islam berkat perjuangan beliau yang mati matian.

Kemudian ia meneruskan penjelasannya tentang dakwah Tabligh yang dilakukannya. Mengikuti jejak Rasulullah dan para sahabat berdakwah maka Jamaah Tabligh 3 hari dalam sebulan, mulai hari Jumat sore sampai hari minggu berikutnya, menyediakan waktu, berkorban tenaga, meninggalkan keluarga pergi berdakwah ke kota kota lainnya. Ia dan kawan kawan pergi mengunjungi kota kota lain dan tinggal disana, apakah di mesdjid atau di sebuah rumah jemaah. Ia mengajak saya untuk ikut untuk bertabligh.

Alhamdulillah, pada suatu hari, saya mengikutinya pergi ke sebuah kota Tulsa, berjarak 3 jam naik mobil. Kami (4 orang jema'ah) tinggal disebuah rumah Jamaah Pakistan yang sudah lama tinggal di Amerika.

Selama tiga hari kami pergi mengunjungi teman-teman seiman, orang orang Islam yang tinggal disekitar kota Tulsa. Kami dibimbing oleh seorang Jamaah yang tinggal di Tulsa Kami bersama- sama mengunjungi rumah-rumah atau apartemen-apartemen atau sekolah-sekolah dimana orang-orang islam kemungkinan bisa bertemu, tanpa memberitahu lebih dahulu.

Seperti seorang salesman menjualkan dagangannya dari pintu ke pintu rumah, door to door marketing?

Suatu trategi yang baik dan sukses, walaupun berat melakukannya bagi orang yang kurang kuat kecintaannya kepada Rasulullah saw, tapi bagi mereka-mereka yang sudah biasa dan karena kecintaan kepada Tuhan dan agama Islam, bagi mereka saya lihat adalah suatu yang lezat, suatu perjuangan, kalau ada orang yang dapat ikut, itulah suatu kebahagian yang besar.

Tapi kalau tidak berhasil pada hari itu, juga suatu hal biasa dan diterima dengan hati yang besar pula, mungkin pada suatu hari ada orang yang terbuka hatinya untuk ikut bersama. Sesuatu yang dikerjakan dengan kasih sayang dan cinta, semua akan indah dan ringan melakukannya.

Kadang-kadang kami bisa berjumpa dengan penghuni rumah dan berbicara tentang kebesaran agama islam serta mengajak mereka untuk shalat berjamaah di mesjid, dan terkadang pula kami tidak bisa diterima, karena penghuni rumah ada kesibukan yang lain atau ada tamu dan sebagainya.

Tapi bagi kami semua tidak menjadi masalah, lain kali kami datang lagi. Semua sudah ditentukan oleh Allah swt.

Alhamdulillah, kesan-kesan saya selama mengikuti bertabligh dengan Jamaah Tabligh ini sangat menarik hati saya.

Semua kami mengerjakan tabligh ini hanya karena Allah semata-mata, valonteer, suka rela untuk bekerja mengajak teman-teman untuk bersama-sama berjamaah di masdjid, tanpa ada maksud tertentu, tanpa ada orang yang membiayai perjalanan dll, hanya untuk kebaikan saja, agar teman-teman yang seislam, seiman jangan lupa akan Allah, jangan lupa shalatnya, jangan hilang keimanannya sewaktu tingal di negeri non muslim.

Subhanallah, bukan main cantik dan indahnya mereka-mereka ini berdakwah untuk kepentingan orang lain agar orang jangan berdosa, agar orang lain jangan mendapat azab di akhirat nanti, subhanallah. Suci dan indah sekali niatnya.

Kesan-kesan yang menarik dan indah saya alami sendiri adalah hidup sederhana, tinggal di masjid atau di rumah jamaah, tidur dilantai, terkadang kita memasak sendiri. Kalau makan bersama-sama dari piring yang besar, terasa akrab.

Dalam makan bersama ini yang menarik perhatian saya adalah betapa bersihnya piring tempat kita makan, karena tidak satu biji nasipun yang tertinggal, begitu pula kuah-kuahnya habis dimakan dengan nimatnya. Maha Suci Allah dengan nikmat dan karunianya yang banyak. Kemudian shalat bersama-sama dan membaca Hadits.

Kita dapat merasakan betapa beratnya mengajak orang kepada kebaikan secara lahiriah karena meningalkan keluarga, makan sesederhana mungkin. Tapi ada sesuatu hadiah yang diberikan oleh Allah dalam menjalan tabligh seperti ini antara lain; dapat bersilahturahmi dengan kawan-kawan seiman dan bertambahnya teman-teman baru.

Kedua pikiran menjadi fresh dari pekerjaan rutin yang biasa dikerjakan dirumah. Dapat merasakan betapa beratnya Rasulullah saw bedakwah karena Allah semata-mata untuk mengajak manusia ke jalan Allah.

Terakhir menambah keimanan kita, kesayangan kita kepada Rasulullah saw dan para sahabat-sahabatnya.

Maha Suci Allah, hebatnya, cantik dan indahnya perjuangan teman-teman dari Jamaah Tabligh semoga Allah menambahkan rahmat dan karunianya kepada mereka dalam mengembangkan, menjaga, dan mejayakan umat Islam di tengah masarakat dunia yang terbuka.

Demikianlah, kesan-kesan indah kami, semoga ada manfaatnya, sekiranya ada kesalahan-kesalahan kami mohon dimaafkan karena kelemahan kami dalam memahami sesuatu, yang benar adalah milik Allah semata. Terimakasih.

Wasalamu'alaikum wr wb

Bayan Nasehat Nabi saw Sebelum Memberangkatkan Rombongan

Dari Abdurrahman bin A’id ra, dia berkata, “Adalah Rasulullah saw apabila hendak mengirimkan pasukan, maka Beliau memberi nasehat, ‘Bersikap lembut dan sayanglah kepada orang-orang! Jangan menyerang mereka sebelum kalian BERDAKWAH kepada mereka, dan janganlah menghancurkan rumah-rumah mereka! Jangan biarkan satu orang penghuni rumah pun yang ada di kota-kota maupun di desa-desa, kecuali kalian membawa mereka ke hadapanku dalam keadaan muslim (telah memeluk Islam), karena yang demikian itu lebih aku sukai daripada kalian datang padaku dengan membawa istri-istri dan anak-anak mereka setelah kalian membunuh suami-suami mereka!’ “. (HR. Ibnu Mandah dan Ibnu Asakir dalam kitab Al Kanz jilid II halaman 294. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Syahin dan Al Baghawi seperti terdapat dalam kitab Al Ishaabah jilid III halaman 153, juga Tirmidzi dalam kitabnya jilid I halaman 195).

Dari Buraidah ra, dia menceritakan, “Adalah Rasulullah saw apabila mengirim rombongan jihad atau pasukan tentara, maka Beliau saw memberikan nasihat kepada pemimpin mereka supaya menjaga ketakwaan dirinya kepada Allah SWT dan berlaku baik terhadap orang-orang Islam yang di bawah pimpinannya. Beliau juga berpesan kepada pemimpin rombongan, “Apabila engkau bertemu dengan musuhmu orang-orang musyrik, maka ajaklah mereka kepada salah satu dari tiga perkara, jika mereka menerima salah satu dari tiga pilihan yang engkau ajukan, maka terimalah pilihan mereka dan tahanlah serangan kepada mereka!

Pertama, ajaklah mereka untuk memeluk Islam! Jika mereka menerima, maka terimalah keIslaman mereka dan janganlah menyerang mereka.

Kedua, ajaklah mereka untuk meninggalkan kampung halaman mereka dan tinggal di perkampungan kaum muhajiriin, lalu beritahukan kepada mereka bahwa apabila mereka melakukan yang demikian, maka mereka memperoleh perlakuan dan hak yang sama dengan kewajiban kaum muhajirin; tetapi apabila mereka menolak dan lebih suka memilih untuk tinggal di tempat mereka sendiri, maka katakan pada mereka bahwa mereka akan diperlakukan seperti orang-orang Islam Badwi, dan berlakulah ke atas mereka hukum Allah seperti yang berlaku atas orang-orang mukmin umumnya, yakni mereka tidak akan mendapat bagian dari harta rampasan perang, kecuali jika mereka ikut berjihad bersama kaum muslimin.

Ketiga, jika mereka tidak mau menerima tawaran yang kedua, maka perintahkan kepada mereka supaya membayar jizyah! Jika mereka bersedia membayar jizyah, maka terimalah dan janganlah engkau menyerang mereka ! Tetapi jika mereka menolak membayar jizyah, maka mintalah bantuan kepada Allah dan perangilah mereka! Apabila engkau telah mengepung mereka dalam sebuah benteng, lalu mereka memintamu untuk memberlakukan hukum Allah atas mereka, maka jangan engkau penuhi permintaan tersebut, karena sesungguhnya kalian tidak mengetahui hukum apa yang akan ditetapkan Allah atas mereka. Akan tetapi berlakukanlah pada mereka hukum kebijaksanaan kalian, kemudian putuskanlah perkara mereka setelah itu menurut kebijaksanaan yang kalian kehendaki.” (HR. Abu Daud)

Senin, 16 Januari 2012

Kisah Orang Lama Mewat Saat Bayan Di Hadapan Seluruh Ulama India

Kisah ini terjadi pada ijtima? Bhopal ? India pada tahun 1940-an. ?Maulana Muhammad Ilyas Khandahlawi (Amir jamaah pada saat itu) telah memutuskan seorang (meiji) yang buat usaha dakwah dari mewat...

Kisah ini terjadi pada ijtima? Bhopal ? India pada tahun 1940-an. ?Maulana Muhammad Ilyas Khandahlawi (Amir jamaah pada saat itu) telah memutuskan seorang (meiji) yang buat usaha dakwah dari mewat untuk bayan maghrib saat ijtima? tersebut.
Seseorang yang telah ditunjuk tadi menjumpai kembali Maulana Ilyas dan memberitahu bahwa beliau tidak bersedia dengan alasan beliau adalah orang awam, sedangkan orang yang duduk di dalam majlis adalah ulama-ulama dari seluruh India. ?Maulana Ilyas berkata, ?Ini pilihan Allah, kerjakan karena Allah..?.

Maka selepas sholat Maghrib, beliau sholat hajat dua rakaat meminta pada Allah agar diberi hidayah dan kalam untuk tunaikan takaza bayan ini. Setelah selesai sholat badan beliau menggigil dan berkeringat.

Setelah tiba waktun bayan, beliau duduk di kursi yang disediakan dan beliau menangis tidak tahu apa yang akan diucapkan dihadapan para ulama dari seluruh penjuru India tersebut.

Setelah memuji Allah dan bershalawat ke atas Rasul-Nya, beliau berkata, ?Tuan-tuan, kita perhatikan keadaan di dalam sebuah keluarga.. seorang ibu menyuruh anak-anaknya yang terdiri dari kakak dan adik untuk mengangkat gelas yang berisi minuman untuk para tamu ke ruang tamu. ?Kakak dan adik ini mengangkatnya dan tanpa disengaja sang adik telah menjatuhkan gelas tersebut. ?Secara logika, ibu mesti memarahi adik tersebut, AKAN TETAPI, ibu memarahi kakaknya karena tidak mengajarkan dan memberi panduan kepada adiknya cara-cara untuk mengangkat gelas dengan selamat. ?Begitulah juga dengan Tuan-tuan, pada hari Akhirat kelak Allah Swt. akan mencari dahulu para ulama, kerana merekalah yang lebih berilmu dan berpengetahuan. Orang awam yang kurang pengetahuannya akan diadili kemudian.. dan Allah akan murka jika kita (para ulama) tidak menjalankan dakwah.?

Beliau juga berkata, ?Tuan-tuan (para ulama), mengajar di tempat pengajian adalah suatu amanah, begitu juga dakwah, ia juga suatu amanah yang diwariskan dari Ambiyaa` AlaihimuShShollatu waSSalam. ?Jika kita orang yang lebih berpengetahuan tidak membuat dakwah dengan cara Nabi SAW., dari rumah ke rumah, pintu ke pintu, berjumpa setiap saudara kita? bagaimana orang awam akan buat usaha dakwah jika kita tidak mulai dahulu?
Dan bagaimana kita hendak mengajar jika kefahaman Quran dan Hadits kita kurang karena tidak buat dakwah seperti para Sahabat? ?Para Sahabat mudah memahami yang dikehendaki Quran dan Hadits asbab pengorbanan dan susah payah mereka untuk agama ini.. begitu juga dengan kita tuan-tuan..?Allah tidak akan mencari orang awam yang tidak buat dakwah dahulu dihari akhirat kelak, tetapi Allah mencari kita (ulama) dahulu tuan-tuan?

Pada saat itu semua ulama dari seluruh India yang duduk di dalam majlis menangis terisak-isak tanpa berhenti? kemudian beliau berkata, ?Siapa diantara tuan-tuan (para ulama) yang bersedia untuk tunaikan amanah dakwah ini dengan keluar di jalan Allah berjumpa orang-orang awam untuk sebarkan agama ini??. ?Maka hampir seluruh ulama yang duduk didalam majlis berniat dan memberi nama kepada team tasykil? dan selepas ijtima? semua ulama tersebut telah bertebaran ke seluruh India untuk keluar berdakwah?

Bayan meiji tersebut ringkas, tetapi memberi makna yang mendalam dan menusuk kalbu hati para ulama yang duduk didalam majelis?

Semoga Allah beri kita peluang dan hidayah untuk kita ambil i?tibar untuk amalkan dan sampaikan..

Kisah ini diceritakan pada saya (Muhammad Effendi) oleh brother Muhammad Akhtar dari Rai Bareily ? Uttar Pradesh ? India saat di Meiji Mehrab waktu saya khuruj fisabilillah disana.

source :?http://ghostridermujahid.blogspot.com/2010/11/kisah-orang-lama-mewat-bayan-di-hadapan.html

Dari Ilalang Cihuni ke Penjuru Bumi

Acara besar yang dihadiri puluhan ribu orang dari dalam dan luar negeri. Tanpa liputan media, tanpa spanduk ataupun poster. "Dai" nya disebar ke 'penjuru bumi'

Hidayatullah.com—
Puluhan ribu orang menyemut berpakaian putih-putih. Sepinya hutan di Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang siang itu seolah sirna karena hadirnya lautan manusia. Jumat (8/ 8) kemarin, tepat di area hutan yang banyak ditumbuhi ilalang dan dipenuhi Pepohon Kelapa ini berubah menjadi lautan manusia. Lantunan ayat suci Al-Quran dan bau aroma minyak wangi turut menambah kekhusukan di tengah area hijau yang jauh dari rumah penduduk itu.

Inilah sebuah hajatan berkelas internasional. Bertempat di hutan ilalang, tepatnya di lahan perkebunan kelapa seluas 35 hektar, di dekat danau di kawasan Serpong, Banten, di bagian barat Pulau Jawa.

Meski dianggap hajatan internasional, Anda tidak akan menemukan spanduk atau backdrop raksasa. Tidak pula tempelan poster dan famplet, atau bahkan serabutan moncong kamera dan riuh wartawan.

“Asas (acara ijtima ini) kesederhanaan saja,” ujar Ustadz Luthfi Yusuf, salah seorang dewan syuro gerakan dakwah Jamaah Tabligh Indonesia kepada www.hidayatullah.com di sela acara yang berlangsung pada 8-10 Agustus lalu ini.

Ya, ini adalah pertemuan tahunan para dai gerakan dakwah transnasional, Jamaah Tabligh markas Indonesia. Acara yang dihadiri 50 ribu lebih orang dari dalam dan luar negeri. Dari acara ini dikeluarkan 19 ribu-an jamaah untuk berdakwah ke seluruh Indonesia bahkan ke manca negara. Ke Amerika, Afrika, Australia, Suriname, hingga Eropa. Dana dakwah dari kocek sendiri. “Berkorban untuk agama dengan harta dan diri sendiri,” tukas Abdurrahman, seorang penanggung jawab ijtima asal Jawa Tengah.

Menjelang Sholat Jumat, Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan pengawalan cukup ketat dari Paspampres hadir ditengah ribuan jamaah yang kerap disebut Jamaah tabligh tersebut. Yah, Jusuf Kalla didampingi Bupati Tangerang H Ismet Iskandar menghadiri Ijtimah Jamaah Tabligh yang digelar pertama kalinya di Tangerang.

Acara ijtima ini, lanjut Ustadz Luthfi, adalah untuk meneladani perjuangan Nabi shallallahu ‘alaihi wassallaam dan para sahabatnya radhiallahu ‘anhum. “(Jadi) nggak perlu hotel. Ini kan semuanya sama, berbaur. Jadi mendekat dengan perjuangan Nabi SAW dan para sahabatnya r.hum,” tambah ustadz lulusan Mesir dan Pakistan yang juga pimpinan sebuah pondok pesantren di Bajarmasin, Kalimantan Selatan ini.

Meski terbilang sederhana, namun acara ini jauh dari kesan asal-asalan. Menurut Abdurrahman, seorang penanggung jawab ijtima asal Jawa Tengah, persiapan acara sudah dilakukan sejak empat bulan sebelumnya. Lebih dari lima ribu orang dikerahkan tanpa dibayar sepeserpun. “Lillahi ta’ala. Dari kita untuk kita,” kata Abdurrahman. Meski demikian juga ada infak dari para muhsinin, termasuk penyedian lahan untuk ijtima.

Jenggot, gamis dan siwak

Memasuki area ijtima yang hanya khusus untuk kaum Adam ini, anda akan melewati sejumlah posko penerima tamu (istiqbal). Bahkan saat kedatangan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla yang biasanya disambut gegap gempita, kali ini hanya disambut biasa saja.

Saat datang, tidak banyak penjagaan di lokasi acara. Malah saat Kalla memasuki wilayah, tidak semua Paspampres diizinkan masuk. Wartawan dilarang mengambil gambar dan foto. Pun, wartawan perempuan tidak diperbolehkan keluar dari mobil.

Dari sini, peserta dan tamu akan diarahkan ke tempatnya masing-masing. Ada tenda untuk tamu khusus (khowas), tenda jamaah luar negeri, tenda untuk para ustadz, juga tenda-tenda berdasarkan provinsi asal peserta. Total tenda yang terbentang: 15 hektar!

Para syaikh ditempatkan dalam bangunan semi permanen yang terbuat dari bilik bambu. Apik. Tapi semua berbaur dalam suasana dakwah, saling mengingatkan tentang kebesaran Allah SWT dan kekalnya negeri akhirat. Suasana sunnah terlihat.

Tidak dijumpai orang berdasi di sini. Apalagi kaum wanita. Yang lazim ditemui adalah pria-pria berjenggot berbaju gamis lengkap dengan siwak terselip di saku.

Meski bertempat di perkebunan kelapa, fasilitas di sini cukup lengkap. Penyelenggara menyediakan sekitar 1500 wc semi-permanen untuk urusan buang-membuang hajat. Untuk wudhu dan mandi, terbentang ratusan meter parit dari terpal, dialiri air yang disedot oleh mesin pompa kelas berat di kiri dan kanan medan ijtima.

Disediakan juga sejumlah pos pelayanan: seperti pos kesehatan, pos transportasi, pos barang hilang, hingga pos penitipan barang berharga.

Penyelenggara juga menyediakan hidangan sebanyak 10 ribu nampan untuk 50 ribu-an orang. Satu nampan untuk lima orang. Menunya variatif, kadang nasi kebuli, sekali waktu nasi dengan ikan bawal dan sayur terong.

Multi Bahasa

Saat tiba waktu shalat, seluruh peserta diarahkan ke tenda area shalat. Sambil menunggu iqamat dikumandangkan, para petugas keamaanan (hirosah) shalat lebih dahulu secara terpisah, agar mereka bisa mengawasi jalannya shalat puluhan ribu jamaah ini.

Selepas shalat, bayan (ceramah) pun digelar. Tidak perlu khawatir dengan masalah bahasa. Penyelenggara telah menyiapkan tim penerjemah: ada penerjemah dari bahasa Urdu atau Arab ke bahasa Indonesia, Urdu ke Arab, Urdu ke Tagalog, hingga terjemah bahasa Thailand.

“Terjemah ke bahasa Inggris juga ada,” kata Isnandar, seorang petugas pembawa acara.

Bayan biasanya diisi oleh para syaikh senior. Umumnya berasal dari Pakistan, Bangladesh, atau India – tempat berdirinya gerakan jamaah ini. Di sini peserta diingatkan akan urgensi agama dan dakwah sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagian dunia dan akhirat. Para syaikh juga menyampaikan poin-poin penting sebagai bekal dakwah. Seperti masalah iman kepada Allah dan rasul-Nya, pentingnya mendirikan shalat berjamaah dan keutamaan menuntut ilmu.

Para syaikh juga menjelaskan sejumlah adab dan tata tertib dakwah kepada para peserta. Para peserta yang akan keluar berdakwah (khuruj) dikelompokkan dalam satu jamaah. Tiap jamaah rata-rata berisi 10 orang yang dipimpin seorang amir jamaah. Karenanya, para syaikh juga menjelaskan sejumlah adab tentang praktek berjamaah. Di antaranya, setiap anggota jamaah wajib taat kepada amir selama amir tersebut taat kepada Allah dan rasul-Nya. Sebaliknya, amir juga harus perhatian dan tidak menzhalimi anggota jamaahnya. Tapi tenang, tidak ada acara baiat ataupun mandi kembang tujuh rupa dalam masalah amir ini.

Hari ketiga, puncak acara ijtima. Sebelum para jamaah dakwah dilepas, syaikh akan memberikan bayan (pesan) hidayah. Nasihat pamungkas kepada pada dai sebagai bekal dakwah. Bayan ditutup dengan doa bersama, agar Allah SWT sudi menurunkan hidayahnya ke seluruh manusia. Kemudian, para jamaah dakwah ber-mushafahah, berjabat tangan dengan para syaikh untuk melepas keberangkatan mereka ke medan dakwah.

Pada penutupan acara, para masyayyikh, diantaranya Syeikh Mustaqim, salah satu Syeikh Jamaah Tabligh (JT) asal India melepas lebih dari 19 ribu juru dakwah untuk disebar berdakwah ke seluruh Indonesia, negeri jiran, India-Pakistan-Bangladesh, Timur Tengah, bahkan ke negeri-negeri Barat.

Abdurrahman, salah seorang penanggung jawab Ijtima asal Jawa Tengah mengatakan, pelepasan dakwah ini bukan untuk memperbaiki orang lain semata. Tapi berkorban untuk agama.

“Tapi untuk ishlah (perbaiki) diri. Berkorban untuk agama dengan harta dan diri sendiri,” ujarnya kepada www.hidayatullah.com. Dari hutan di Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, jamaah JT ini akan menyebar ke penjuru bumi. [surya/www.hidayatullah.com]

PENDETA ITU AKHIRNYA MENJADI DA'I

"Ya Tuhanku... Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku... sungguh telah tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu... Janganlah Engkau halangi aku mengetahui kebenaran... manakah yang hak dan di manakah kebenaran? Ya Tuhanku... jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan... tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku ke jalan yang benar...

Mungkin kisah ini terasa sangat aneh bagi mereka yang belum pernah bertemu dengan orangnya atau langsung melihat dan mendengar penuturannya. Kisah yang mungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun menjadi kenyataan. Hal itu tergambar dengan kata-kata yang diucapkan oleh si pemilik kisah yang sedang duduk di hadapanku mengisahkan tentang dirinya.

Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut dan mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara komplit, biarkan aku menemanimu untuk bersama-sama menatap ke arah Johannesburg, kota bintang emas nan kaya di negara Afrika Selatan di mana aku pernah bertugas sebagai pimpinan cabang kantor Rabithah al-'Alam al-Islami di sana. Pada tahun 1996, di sebuah negara yang sedang mengalami musim dingin, di siang hari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin yang menusuk tulang, aku menunggu seseorang yang berjanji akan menemuiku. Istriku sudah mempersiapkan santapan siang untuk menjamu sang tamu yang terhormat. Orang yang aku tunggu dulunya adalah seorang yang mempunyai hubungan erat dengan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Ia seorang misionaris penyebar dan pendakwah agama Nasrani. Ia seorang pendeta, namanya ‘Sily.’

Aku dapat bertemu dengannya melalui perantaraan sekretaris kantor Rabithah yang bernama Abdul Khaliq Matir, dimana ia mengabarkan kepadaku bahwa seorang pendeta ingin datang ke kantor Rabithah hendak membicarakan perkara penting. Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta tersebut datang bersama temannya yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota sebuah sasana tinju setelah ia memeluk Islam, selepas bertanding dengan seorang petinju muslim terkenal, Muhammad Ali. Aku menyambut kedatangan mereka di kantorku dengan perasaan yang sangat gembira. Sily seorang yang berpostur tubuh pendek, berkulit sangat hitam dan mudah tersenyum. Ia duduk di depanku dan berbicara denganku dengan lemah lembut.

Aku katakan, "Saudara Sily bolehkah kami mendengar kisah keislamanmu?" ia tersenyum dan berkata, "Ya, tentu saja boleh."

Pembaca yang mulia, dengar dan perhatikan apa yang telah ia ceritakan kepadaku, kemudian setelah itu, silahkan beri penilaian.!

Sily berkata, "Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Aku berkhidmat untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai disitu, aku juga salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karena aktifitasku yang besar maka Vatikan memilihku untuk menjalankan program kristenisasi yang mereka subsidi. Aku mengambil dana Vatikan yang sampai kepadaku untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala cara untuk mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin ke madrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di daerah pedalaman. Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian, sedekah dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu memasukkan masyarakat ke dalam agama Kristen. Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku sehingga aku menjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil dan gaji yang tinggi. Posisiku melejit di antara pendeta-pendeta lainnya.

Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapa hadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan! Di pasar itu aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagang berbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta berwarna putih yang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga yang disebutkan si penjual. Dari sini aku mengetahui bahwa ia seorang muslim. Kami menyebutkan agama Islam yang ada di Afrika selatan dengan sebutan ‘agama orang Arab.’ Kami tidak menyebutnya dengan sebutan Islam. Aku pun membeli berbagai hadiah yang aku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang lurus dan mereka yang konsiten dengan agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu dan kami kristenkan dari kalangan orang-orang Islam yang miskin di Afrika Selatan.

Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, "Bukankah anda seorang pendeta?" Aku jawab, "Benar." Lantas ia bertanya kepadaku, "Siapa Tuhanmu?" Aku katakan, "Al-Masih." Ia kembali berkata, "Aku menantangmu, coba datangkan satu ayat di dalam Injil yang menyebutkan bahwa al-Masih AS berkata, 'Aku adalah Allah atau aku anak Allah. Maka sembahlah aku'." Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambar kepalaku. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Aku berusaha membuka-buka kembali catatanku dan mencarinya di dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kristen lainnya untuk menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan lelaki tersebut. Namun aku tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun yang menceritakan bahwa al-Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau anak Allah. Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku ditimpa sebuah bencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas olehku? Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambil menundukkan wajah.

Ketika itu aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpa arah. Aku terus berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapun rumitnya. Namun aku tetap tidak mampu, aku telah kalah. Aku pergi ke Dewan Gereja dan meminta kepada para anggota dewan agar berkumpul. Mereka menyepakatinya. Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan kepada mereka tentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku dengan ucapan, "Kamu telah ditipu orang Arab. Ia hanya ingin meyesatkanmu dan memasukkan kamu ke dalam agama orang Arab." Aku katakan, "Kalau begitu, coba beri jawabannya!" Mereka membantah pertanyaan seperti itu namun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.

Pada hari minggu, aku harus memberikan pidato dan pelajaranku di gereja. Aku berdiri di depan orang banyak untuk memberikan wejangan. Namun aku tidak sanggup melakukannya. Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri di hadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke dalam gereja dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku. Aku katakan bahwa aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh. Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan duduk di sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan pandanganku ke langit seraya berdoa. Namun kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa kepada Dzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta, "Ya Tuhanku... Wahai Dzat yang telah menciptakanku... sungguh telah tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu... Janganlah Engkau halangi aku mengetahui kebenaran... manakah yang hak dan dimanakah kebenaran? Ya Tuhanku... jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan... tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku ke jalan yang benar..." lantas akupun tertidur. Di dalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangat luas. Tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengah ruangan tersebut muncul seorang lelaki. Wajah orang itu tidak begitu jelas karena kilauan cahaya yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun aku yakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu memberi isyarat kepadaku dan memanggil, "Wahai Ibrahim!" Aku menoleh ingin mengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu. Lelaki itu berkata, "Kamu Ibrahim... kamulah yang bernama Ibrahim. Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?" Aku jawab, "Benar." Ia berkata, "Lihat ke sebelah kananmu!" Maka akupun menoleh ke kanan dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggul barang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban putih. Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!" Lanjut lelaki itu.

Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah kegembiraan menyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan ketika muncul pertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di dalam mimipiku itu berada. Aku bertekad untuk melanjutkannya dengan berkelana mencari sebuah kebenaran, sebagaimana ciri-ciri yang telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku yakin ini semua merupakan petunjuk dari Allah SWT. Kemudian aku minta cuti kerja dan mulai melakukan perjalanan panjang yang memaksaku untuk berkeliling di beberapa kota mencari dan bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian dan sorban putih berada.

Telah panjang perjalanan dan pencarianku. Setiap aku menjumpai kaum muslimin, mereka hanya memakai celana panjang dan kopiah. Hingga akhirnya aku sampai di kota Johannesburg. Di sana aku mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika. Di rumah itu aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jamaah tersebut. Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan sejumlah uang. Aku katakan, "Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian mempunyai tempat ibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan masjid yang terdekat." Lalu aku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat seorang lelaki berpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan pintu. Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama seperti yang aku lihat dalam mimpi.

Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati orang tersebut. Sebelum aku mengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu berkata, "Selamat datang ya Ibrahim!" Aku terperanjat mendengarnya. Ia mengetahui namaku sebelum aku memperkenalkannya. Lantas ia melanjutkan ucapan-nya, "Aku melihatmu di dalam mimpi bahwa engkau sedang mencari-cari kami. Engkau hendak mencari kebenaran? Kebenaran ada pada agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya yaitu Islam." Aku katakan, "Benar. Aku sedang mencari kebenaran yang telah ditunjukkan oleh lelaki bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti sekelompok orang yang berpakaian seperti busana yang engkau kenakan. Tahukah kamu siapa lelaki yang aku lihat dalam mimpiku itu?" Ia menjawab, "Dia adalah Nabi kami Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah SAW."

Sulit bagiku untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun langsung saja aku peluk dia dan aku katakan kepadanya, "Benarkah lelaki itu Rasul dan Nabi kalian yang datang menunjukiku agama yang benar?" Ia berkata, "Benar." Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena Allah telah memberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu shalat zhuhur. Ia mempersilahkanku duduk di tempat paling belakang dalam masjid dan ia pergi untuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain. Aku memperhatikan kaum muslimin banyak memakai pakaian seperti yang dipakainya. Aku melihat mereka rukuk dan sujud kepada Allah. Aku berkata dalam hati, "Demi Allah, inilah agama yang benar. Aku telah membaca dalam berbagai kitab bahwa para nabi dan rasul meletakkan dahinya di atas tanah sujud kepada Allah." Setelah mereka shalat, jiwaku mulai merasa tenang dengan fenomena yang aku lihat. Aku berucap dalam hati, "Demi Allah sesungguhnya Allah SWT telah menunjukkan kepadaku agama yang benar."

Seorang muslim memanggilku agar aku mengumumkan keislamanku. Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan aku menangis sejadi-jadinya karena gembira telah mendapat hidayah dari Allah SWT. Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi bersama mereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu beberapa lama. Mereka mengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama Islam. Aku sangat gembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa, tahajjud, doa, kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari mereka bahwa seorang muslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah dan bagaimana menjadi seorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah serta berdakwah dengan hikmah, sabar, tenang, rela berkorban dan berwajah ceria.

Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kotaku. Ternyata keluarga dan teman-temanku sedang mencari-cariku. Namun ketika melihat aku kembali memakai pakaian Islami, mereka mengingkarinya dan Dewan Gereja meminta kepadaku agar diadakan sidang darurat. Pada pertemuan itu mereka mencelaku karena aku telah meninggalkan agama keluarga dan nenek moyang kami. Mereka berkata kepadaku, "Sungguh kamu telah tersesat dan tertipu dengan agama orang Arab." Aku katakan, "Tidak ada seorang pun yang telah menipu dan menyesatkanku. Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW datang kepadaku dalam mimpi untuk menunjukkan kebenaran dan agama yang benar yaitu agama Islam. Bukan agama orang Arab sebagaimana yang kalian katakan. Aku mengajak kalian kepada jalan yang benar dan memeluk Islam." Mereka semua terdiam. Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku dengan memberikan harta, kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata, "Sesungguhnya Vatikan memintamu untuk tinggal bersama mereka selama enam bulan untuk menyerahkan uang panjar pembelian rumah dan mobil baru untukmu serta memberimu kenaikan gaji dan pangkat tertinggi di gereja." Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, "Apakah kalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah aku takkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku."

Kemudian aku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama Islam. Maka masuk Islamlah dua orang dari kalangan pendeta. Alhamdulillah, Setelah melihat tekadku tersebut, mereka menarik semua derajat dan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan tadinya aku ingin agar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku mengembalikan semua harta dan tugasku kepada mereka dan akupun pergi meninggalkan mereka,” Sily mengakhiri kisahnya.

Kisah masuk Islam Ibrahim Sily yang ia ceritakan sendiri kepadaku di kantorku, disaksikan oleh Abdul Khaliq sekretaris kantor Rabithah Afrika dan dua orang lainnya. Pendeta sily sekarang dipanggil dengan Da’i Ibrahim Sily berasal dari kabilah Kuza Afrika Selatan. Aku mengundang pendeta Ibrahim -maaf- Da’i Ibrahim Sily makan siang di rumahku dan aku laksanakan apa yang diwajibkan dalam agamaku yaitu memuliakannya, kemudian ia pun pamit.

Setelah pertemuan itu aku pergi ke Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan suatu tugas. Waktu itu kami sudah mendekati persiapan seminar Ilmu Syar'i I yang akan diadakan di kota Cape Town. Lalu aku kembali ke Afrika Selatan tepatnya ke kota Cape Town. Ketika aku berada di kantor yang telah disiapkan untuk kami di Ma'had Arqam, Dai Ibrahim Sily mendatangiku. Aku langsung mengenalnya dan aku ucapkan salam untuknya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini wahai Ibrahim.?" Ia menjawab, "Aku sedang mengunjungi tempat-tempat di Afrika Selatan untuk berdakwah kepada Allah. Aku ingin mengeluarkan masyarakat negeriku dari api neraka, mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap ke jalan yang terang dengan memasukkan mereka ke dalam agama Islam." Setelah Ibrahim selesai mengisahkan kepada kami bahwa perhatiannya sekarang hanya tertumpah untuk dakwah kepada agama Allah, ia meninggalkan kami menuju suatu daerah... medan dakwah yang penuh dengan pengorbanan di jalan Allah. Aku perhatikan wajahnya berubah dan pakaiannya bersinar. Aku heran ia tidak meminta bantuan dan tidak menjulurkan tangannya meminta sumbangan. Aku merasakan ada yang mengalir di pipiku yang membangkitkan perasaan aneh. Perasaan ini seakan-akan berbicara kepadaku, "Kalian manusia yang mempermainkan dakwah, tidakkah kalian perhatikan para mujahid di jalan Allah!" Benar wahai sudaraku. Kami telah tertinggal... kami berjalan lamban... kami telah tertipu dengan kehidupan dunia, sementara orang-orang yang seperti Da’i Ibrahim Sily, Da’i berbangsa Spanyol Ahmad Sa'id berkorban, berjihad dan bertempur demi menyampaikan agama ini. Ya Rabb rahmatilah kami ...

Do'a : Senjata Orang Beriman


Doa adalah senjatanya orang mukmin. Doa bahkan merupakan pangkal atau ‘otak’nya ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW. :

“Doa adalah pangkal (otak-)nya Ibadah.” (HR. Tirmidzi)

Secara istilah, doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Doa merupakan aktifitas ibadah yang paling agung, sebagaimana hadits di atas. Dengan demikian bisa kita fahami bahwa sebuah ibadah pasti mengandung doa kepada Allah SWT, dan doa tanpa ibadah belumlah sempurna.

Anjuran Berdoa Banyak riwayat dari Nabi SAW yang menganjurkan dan mendorong seseorang hamba untuk berdo’a, diantaranya :

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah, selain daripada doa.” (HR. Ibnu Majah dan Abu Hurairah)

“Siapa saja yang tidak mau memohon (sesuatu) kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)

“Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang apabila dimintai (sesuatu).” (HR Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)

Semua hadits di atas menunjukkan keharusan berdoa yang berupa permohonan hamba kepada Tuhannya, untuk mendapatkan sesuatu.

Doa Pasti Dikabulkan Doa seorang hamba pasti dikabulkan oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya :

“(Dan) Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu.” (QS. Al Mukmin : 60) “

(Dan) apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al Baqarah : 186)

Pengabulan doa dari Allah SWT. bersifat pasti, dan hanya Dialah yang dapat mengabulkan doa bukan yang lain. Pengabulan doa bisa sesuai dengan yang diminta hamba-Nya, ditangguhkan hingga hari kiamat, atau dijauhkan dari suatu keburukan. Hal ini sebagaimana Sabda Beliau SAW. :

“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan memutus hubungan silaturrahim, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu diantara tiga hal : dikabulkan doanya ; ditangguhkan hingga hari kiamat ; atau dijauhkan dari suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Ahmad dari Abi Said Al Khudri)

“Tidak ada seorang muslim pun di muka bumi ini yang berdoa kepada Allah, kecuali akan dikabulkan doanya atau dijauhkan suatu keburukan/musibah yang serupa.” (HR. Tirmidzi dan Hakim dari Ubadah Ibn Shamit)

Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa Dalam Islam dikenal waktu-waktu dan tempat-tempat yang mustajab untuk berdoa, selain dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun. Misalnya berdoa di Raudoh, di masjidil Haram maupun di Madinah dianggap sebagai tempat-tempat yang mustajab untuk berdoa. Berdoa di antara dua khutbah, sepertiga malam , adalah diantara beberapa waktu yang mustajab untuk berdoa. Salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa adalah ketika sahur di bulan Ramadhan. Waktu sahur adalah waktu yang sangat mustajab. Allah swt meletakkan kemuliaan yang sangat besar pada waktu tersebut. Sayang, kebanyakan manusia hanya memanfaatkannya untuk makan sahur, tanpa menyisihkan waktu untuk bermunajat kepada-Nya. Mengapa mereka melalaikan sabda Rasulullah saw :

Rabb kita (Allah) SWT. turun pada setiap malam ke langit dunia, pada sepertiga malam terakhir, lalu berfirman, ”Siapakah yang berdo’a kepada-Ku maka aku akan kabulkan baginya, siapa yang meminta kepada-Ku, maka aku beri kepadanya, Siapa yang meminta ampunan maka Aku akan mengampu-ninya” (HR Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya kita sangat membutuhkan waktu-waktu seperti ini, untuk memohon kebaikan hidup di dunia dan akhirat kepada Allah SWT. memohon keselamatan hati kita, dan memohon supaya hidup kita selalu bermakna.

Selain itu, Rasulullah saw memberitahukan bahwa do’a orang yang berpuasa akan mendapatkan prioritas pengabulan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagai-mana disebutkan di dalam hadits nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam :

“Tiga golongan yang doanya tidak akan ditolak, di antaranya adalah orang yang berpuasa sehingga ia berbuka, di dalam riwayat lain dikatakan, orang yang puasa ketika hendak berbuka.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Demikian juga Allah SWT. meletakkan ayat tentang berdoa di antara ayat-ayat yang menjelaskan tentang puasa. Para ulama menjelaskan rahasia peletakkan ayat ini adalah untuk mengisyaratkan bahwa doa orang yang puasa itu tidak tertolak. Tetapi berapa banyak diantara kita yang memperhatikan hal ini? Padahal doa inilah inti ibadah di dalam Islam. Atau dengan kata lain doa ini akan memberikan sema-ngat baru dalam kehidupan seorang muslim. Bahkan, kalau kita telusuri lebih jauh sejarah Islam, maka kita akan mengetahui bahwa doa adalah senjata orang mukmin.

Doa Senjata Orang Mukmin Kekuatan atau kedahsyatan doa bagi seorang muslim tak terbantahkan lagi. Doa adalah senjatanya kaum muslimin, Ad Dua Silah Al Mu’min. Di saat canggihnya mesin dan persenjataan abad modern, strategi dan manuver peperangan, kekuatan dan kedahsyatan doa tetap tidak terbantahkan dan hanya dimiliki oleh orang-orang beriman. Hal ini dikarenakan orang-orang beriman selain berusaha maksimal dalam setiap amal yang dilakukannya, dia juga tidak pernah lupa menggantungkan seluruh usahanya melalui doa kepada Allah SWT. Doa adalah senjatanya orang-orang mukmin, yang telah dicontohkan mulai dari para Nabi dan Rasul, para sahabat, salafus sholeh.

Doa adalah senjata yang menyelamatkan Nuh a.s. dengan diturunkannya air bah kepada kaummnya. Doa juga senjata yang menyelamatkan Musa a.s. ketika melawan tiran ketika itu, Firaun. Menyelamatkan Sholeh dari kedzoliman kaum Tsamud, menyelamatkan Huud a.s dari kaum Aad, dan menyelamatkan serta memberikan kemenangan kepada Rasulullah SAW. dalam benyak pertempuran yang beliau lakukan. Bahkan dengan kekuatan dan kedahsyatan doa pulalan, negara super power waktu itu, Persia dan Romawi berhasil ditaklukkan oleh kaum Muslimin.

Kedahsyatan dan kekuatan doa bagi orang-orang mukmin akan terus berlangsung, dari zaman Nabi Adam a.s. hingga kini. Contoh kekuatan dan kedahsyatan doa di masa kini banyak dialami oleh para mujahidin di pelbagai bumi jihad. Kita mengetahui kedahsyatan doa para mujahidin Afghanistan, sehingga Syekh Abdullah Azzam merangkumnya dalam buku Ayaturrahman fii Jihadil Afghan. Tentunya hal ini, juga dialami oleh mujahidin di bumi jihad yang lain, seperti di : Irak, Chechnya, Khasmir, Palestina, dan lain-lain. Kisah lolosnya Syekhul mujahid Abu Yahya Al Liby dari penjara Baghram di Afghanistan juga tidak lepas dari kekuatan dan kedahsyatan doa beliau kepada Allah SWT. Di saat-saat kritis, beliau mampu melepas pengikat pintu yang secara akal mustahil dilakukan. Namun dengan doa yang tulus dan ikhlas dan hanya memohon kepadaNya, maka dengan mudah beliau mampu melepas ikatan pintu tersebut dan beliau akhirnya lolos dari penjara Baghram di Afghanistan.

Kedahsyatan dan kekuatan doa beserta dampaknya juga bisa dilihat ketika Syekh Muhammad Muhaisany berdoa di Mekkah Mukarromah pada bulan Ramadhan 1422 H. Doa beliau sungguh dahsyat dan menggentarkan seluruh kaum muslimin di sana bahkan kaum muslimin di mana pun dan kapan pun yang mendengarkan doanya tersebut. Setelah beliau berdoa, rezim toghut Saudi menangkap dan memenjarakan beliau. Dalam doanya tersebut, Syekh Muhaisany banyak memohon kepada Allah SWT. agar menolong mujahidin dimana pun mereka berada dan agar Allah SWT. menghancurkan seluruh kekuatan toghut, terutama Amerika yang beliau sebut sebagai sumber toghut dan malapetaka di dunia ini. Akibat doa beliau yang dahsyat itu, rezim toghut Saudi berang dan memenjarakan beliau. Subhanallah!

source : http://usahatasiman.blogspot.com/2011

Minggu, 08 Januari 2012

BENARKAH ADA AJARAN AGAMA UNTUK MENDIRIKAN NEGARA ISLAM ?

I. LATAR BELAKANG

Dasar pemikiran saudara-saudara yang menginginkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) antara lain :

Pemerintah Republik Indonesia yang ada sekarang ini tidak berhukum dengan hukum Allah/Islam padahal penduduknya mayoritas beragama Islam maka, menurut mereka, “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah dia dikategorikan sebagai:
  • Kafir (Qs. Maidah : 44)
  • Dzolim (Qs. Maidah : 45)
  • Fasiq (Qs. Maidah : 47)

Kemudian mereka juga berpendapat oleh karena Pemerintahan Indonesia ini merupakan pemerintahan thoghut maka mereka mengharuskan orang-orangnya untuk hijrah sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW dan para Shahabat R. hum hijrah dari Mekkah ke Madinah (Qs. An Nisa : 97)

Dalam pemikiran mereka, Syareat Islam yang mereka perjuangkan menurut cara mereka tersebut dapat terwujud apabila mempunyai wadah Negara Islam (Qs. An Nur : 55)

Oleh karena itu semua, untuk memperoleh kemenangan maka diperlukan persiapan semaksimalnya kalau perlu dengan menggunakan kekerasan alias perang, dan peperangan yang dilakukan mereka kategorikan jihad (Qs. Al Anfal : 60)

II. PEMBAHASAN DAN PELURUSAN

Tentang ayat-ayat dalam Al Qur’an surat Al Maidah 44,45,46 & 47 yang mereka gunakan sebenarnya ayat-ayat tersebut merupakan penjelasan Allah tentang hukum dan ketentuan-NYA bagi orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam kitab mereka.

إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِن كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al Maidah : 44)

وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنفَ بِالْأَنفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ ۚ فَمَن تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَّهُ ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al Maidah : 45)

وَقَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِم بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ

Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Maidah : 46)

وَلْيَحْكُمْ أَهْلُ الْإِنجِيلِ بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فِيهِ ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Maidah : 47)

Jikalau ingin dipaksakan bahwa hal tersebut berlaku bagi Umat Islam di zaman Nabi Muhammad SAW, maka tentu berlaku pula aksioma bahwa:

  1. Tidak ada yang lebih faham tentang hakekat maksud ayat-ayat Al Qur’an lebih dari Nabi SAW, dan
  2. Tidak ada yang lebih siap untuk mengamalkannya lebih dari Beliau, serta
  3. Beliaulah manusia yang paling tepat dalam mengamalkan ayat-ayat Allah persis seperti apa yang dimaksud.

Sekarang marilah kita pelajari riwayat-riwayat berikut :

1). Mu’adz bin Jabal Ra. diutus Nabi SAW agar berdakwah ke Yaman (Riwayat Bukhori, Muslim dll perowi hadits yang dikenal dengan istilah Al Jama’ah)

Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu berkata : ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman Beliau bersabda kepadanya :

“إنك تأتي قوما من أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله – وفي رواية : إلى أن يوحدوا الله -، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة، فإن هم أطاعوك لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد على فقرائهم، فإن هم أطاعوك لذلك فإياك وكرائم أموالهم، واتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين الله حجاب”

“Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah syahadat La Ilaha Illallah – dalam riwayat yang lain disebutkan “supaya mereka mentauhidkan Allah”-, jika mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sholat lima waktu dalam sehari semalam, jika mereka telah mematuhi apa yang telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan pada orang-orang yang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada tabir penghalang antara doanya dan Allah” (HR. Bukhori dan Muslim).

Ulasan :

  • Shahabat Muadz bin Jabal Ra. merupakan ulamanya shahabat.
  • Dikirim oleh Nabi SAW untuk berdakwah ke Yaman diakhir-akhir masa kenabian & syariat-syariat Islam sudah hampir sempurna di Madinah.
  • Kemudian perintah Nabi SAW kepada shahabat Muadz Ra. untuk
    1. Mendakwahkan kepada ke Esaan Allah (tauhid), لا اله الا الله محمد رسول الله (Tiada yang berhak disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad SAW utusan Allah), kemudian apabila mereka mau menerima berarti mereka menjadi muslim yang secara otomatis terkena total syariat Islam (seharusnya demikian jika mengikuti alur fikir para “pejuang” NII), yang berarti harus ditegakkannya syariat Islam secara totalitas kepada mereka. Sebab jika mereka menolak syariat Islam akan terkena Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, zalim, fasik.
    2. Namun kenyataannya Nabi mengajarkan agar ajak mereka kepada sholat 5 waktu, kemudian
    3. Jika mereka mau menerima, maka sampaikan kepada mereka untuk membayar zakat dengan cara ambil dari orang-orang kayanya dan diberikan kepada orang-orang miskinnya
Timbul Pertanyaan :
  • Mengapa mereka oleh Nabi tidak dibebani syariat-syariat Islam langsung secara keseluruhan tetapi diajarkan kepada utusan = wakil beliau untuk menerapkannya secara tahap demi tahap?
  • Kemudian bagaimana dengan pemahaman yang sesungguhnya dari: Barangsiapa tidak berhukum dengan hukum Allah maka kafir, dholim, fasik??!!
  • Hal tersebut yang memerintahkan Nabi langsung, jadi sebenarnya Nabi yang lebih faham atau kita?

2). Kemudian kita simak kisah masuk Islamnya Bani Tsaqif yang berasal dari Thoif pada tahun ke 7H (Riwayat Ibnu Ishaq, Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah).

Ibnu Ishaq menceritakan bahwa ketika Rasulullah saw kembali dari Tsaqif maka Beliau diikuti dari belakang oleh seseorang bernama Urwah bin Mas’ud dan dia bertemu dengan Nabi saw sebelum Beliau sampai ke Madinah dan ketika itu juga dia masuk Islam. Kemudian dia meminta izin kepada Rasulullah saw untuk kembali kepada kaumnya supaya dapat menyampaikan Islam. Rasulullah saw berkata kepadanya, “Mereka akan membunuhmu”. Berdasarkan kejadian yang lalu Nabi saw telah mengetahui bagaimana kesombongan dan kecongkakan Bani Tsaqif. Urwah berkata: “Wahai Rasulullah, aku lebih dicintai oleh mereka daripada anak perempuan mereka sendiri”. Dan memang benar Banu Tsaqif sangat menyayangi dan mentaatinya.

Setelah itu Urwah kembali kepada kaumnya untuk mengajak mereka masuk Islam. Dia berharap semoga orang-orang Banu Tsaqif tidak akan menentangnya karena kedudukannya di tengah-tengah mereka. Ketika itu dia menaiki loteng rumah rumahnya yang tinggi kemudian memberitahukan kepada seluruh kaumnya bahwa dia telah masuk Islam dan dia juga mengajak mereka masuk Islam. Mendengar hal ini orang-orang dari Bani Tsaqif menghujaninya dengan panah dari segala penjuru dan sebuah anak panah menancap ditubuhnya sehingga menyebabkan dia mati syahid. Ketika itu dia ditanya oleh seseorang, “Apa pendapatmu mengenai darah yang keluar dari tubuhmu ini?” Dia menjawab, “Ini adalah suatu kemuliaan yang telah diberikan Allah kepadaku dan kesyahidan yang diberikan Allah kepadaku. Sekarang aku menjadi seorang syahid seperti para syuhada yang telah gugur sebelumnya bersama Rasulullah saw. sebelum Beliau pergi dari kalian. Karena itu kuburkanlah aku bersama mereka (para shahabat), maka merekapun menguburkan Urwah bersama para shahabat lainnya. Para shahabat r. hum mengira peristiwa Urwah ini tepat dengan sabda Rasulullah saw mengenai dirinya, “Perumpamaan Urwah di kalangan kaumnya bagaikan Shahibu Yaa-siin (yaitu kisah Habib an-Najar yang dianiaya oleh kaumnya karena menyuruh mengikuti orang-orang yang berdakwah. Kisah ini disebutkan dalam Qs. Yaa-Siin : 20)

Beberapa bulan sejak peristiwa terbunuhnya Urwah, kaum Bani Tsaqif berfikir bahwa mereka tidak memiliki kekuatan lagi untuk melawan orang-orang Arab di seputar wilayah mereka, karena orang-orang Arab itu telah berbai’at kepada Nabi SAW dan memeluk Islam. Sehingga kemudian tokoh-tokoh Bani Tsaqif bersepakat untuk mengutus seseorang dari mereka. Maka mereka pun mengutus Abdu Yalil bin Amr diikuti oleh dua orang dari Bani ahlaf dan ditambah tiga orang dari Bani Malik.Ketika mereka sampai di suatu mata air dekat Madinah, mereka bertemu dengan Mughirah bin Syu’bah yang sedang menggembalakan untu-unta para sahabat Rasulullah SAW. Ketika dia melihat rombongan orang-orang Bani Tsaqif maka dia dengan cepat pergi untuk menemui Rosulullah SAW dan memberitahukan kedatangan mereka kepada beliau. Tetapi di perjalanan dia bertemu dengan Abu Bakar As Shidiq Ra, maka dia memberitahukan kepada Abu Bakar bahwa orang-orang dari Bani Tsaqif telah datang. Mereka ingin berbai’at kepada Rosulullah SAW untuk masuk islam, jika mereka menerima syarat yang diajukan oleh Rosulullah SAW pada mereka dan menulis nama-nama seluruh kaum mereka. Abu Bakar r.a berkata kepada Mughirah ,” Aku bersumpah jangan mendahului aku untuk bertemu dengan Rosulullah SAW, aku sendiri yang akan memberitahukannya kepada Rosulullah SAW.” Maka Mughirah pun membiarkannya. Kemudian Abu Bakar Ra pergi untuk memberitahukan kedatangan mereka kepada Rosulullah SAW, sedangkan Mughirah kembali menjumpai rombongan tersebut dan membantu mereka menaikkan barang-barang ke atas punggung unta mereka.Lalu Mughirah mengajarkan kepada mereka bagaimana cara memberi salam kepada Rosulullah SAW, tetapi mereka tidak mau. Mereka akan memberi salam kepada Rosulullah SAW dengan cara salam jahiliyah.

Ketika mereka sampai di hadapan Rosulullah SAW, maka mereka dibuatkan kemah di dalam masjid. Dan sebagai penghubung antara mereka dengan Rosulullah SAWadalah Khalid bin Sa’id bin ‘Ash. Ketika mereka dijamu untuk makan, maka mereka tidak mau memakan makanan tersebut sebelum terlebih dahulu sebelum Khalid memakannya terlebih dahulu. Untuk mereka juga Khalid menuliskan surat kepada Rosulullah SAW yang isinya mengajukan syarat kepada Rosulullah SAW bahwa beliau harus membiarkan patung Thaghiah selama tiga tahun. Kemudian dikurangi satu tahun, lalu dikurangi lagi satu tahun. Tetapi Rosulullah SAW tetap menolak syarat mereka. Sehingga akhirnya mereka meminta kepada beliau tenggang waktu satu bulan saja, terhitung sejak mereka datang ke Madinah. Selama itu mereka minta diijinkan untuk menyimpan patung tersebut. Maksud mereka meminta tenggang waktu itu adalah supaya orang-orang dari kaumnya bisa beradaptasi. Tetapi Rosulullah SAW tetap menolak setiap bentuk tenggang waktu yang mereka ajukan, melainkan Rosulullah SAW mengirim Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin Syu’bah untuk menyertai mereka. Sesampainya di sana mereka berdua supaya menghancurkan patung-patung sesembahan itu. Para utusan Bani Tsaqif itu pun meminta supaya mereka diperbolehkan tidak mengerjakan shalat dan tidak akan menghancurkan patung dengan tangan mereka sendiri. Rosulullah SAW berkata,” Kalau kalian tidak mau menghancurkanpatung-patung dengan tangan kalian sendiri , hal itu aku maklumi dan aku setujui, tetapi untuk tidak mengerjakan shalat , hal ini tidaklah mungkin karena tidak ada kebaikan dalam agama (Islam) bagi orang yang tidak mengerjakan shalat.” Maka mereka menjawab ,” Baiklah kami akan mengerjakan shalat walaupun hal itu menghinakan. (Mereka menganggap bersujud di atas tanah adalah suatu kehinaan.)”

Diriwayatkan oleh Ahmad dari Utsman bin Abil Ash r.a , dia menceritakan bahwa orang-orang utusan Bani Tsaqif telah datang menghadap Rosulullah SAW, lalu beliau menempatkan mereka di dalam masjid supaya suasana masjid mempengaruhi hati mereka sehingga menjadi lunak.Mereka mau masuk islam dengan mengajukan syarat bahwa mereka tidak mau dikumpulkan untuk berjihad, tidak menyerahkan sepuluh persen hasil pertanian mereka, tidak mengerjakan shalat, dan pemimpin untuk mereka tidak diangkat dari kabilah-kabilah lain. Rosulullah SAW berkata kepada mereka, “Kalian tidak akan dikirim untuk jihad, sepuluh persen hasil pertanian kalian tidak akan diambil, dan pemimpin untuk kalian tidak akan dipilih dari kabilah lain. Tetapi kalian tetap harus mengerjakan shalat , karena tidak ada kebaikan dalam agama (Islam) bagi orang yang tidak mengerjakan ruku (shalat).” Utsman bin Abil Ash berkata,”Wahai Rosulullah SAW! Ajarkanlah kepadaku Al Quran dan jadikanlah aku sebagai imam bagi kaumku!” (HR. Imam Ahmad dan Abu Daud)

Abu Daud juga meriwayatkan dari Wahab, dia berkata,”Aku pernah bertanya kepada Jabir r.a tentang kisah masuk islamnya Bani Tsaqif. Lalu Jabir r.a menceritakan bahwa : Bani Tsaqif mengajukan syarat kepada Rosulullah SAW, bahwa mereka (mau masuk Islam) asalkan mereka tidak menyerahkan zakat dan tidak oergi berjihad. Maka Rosulullah SAW berkata kepada Jabir,”Apabila mereka telah masuk Islam , niscaya dengan kesadaran sendiri mereka akan membayar zakat dan akan pergi untuk berjihad.” (Disebutkan dalam kitab Al-Bidayah jilid V halaman 29 secara ringkas)

Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Abu Daud , dan Ibnu Majah dari Aus bin Hudzaifah r.a, dia menceritakan ,” Kami ikut dalam rombongan Bani Tsaqif untuk menjumpai Rosulullah SAW, lalu orang-orang dari Bani Ahlaf tinggal bersam Mughirah bin Syu’bah r.a, sedangkan Bani Malik tinggal di kemah Rosulullah SAW. Setiap hari selepas shalat Isya, beliau datang menjumpai kami dan kami berbincang-bincang sambil berdiri, begitu lamanya kami berdiri sehingga terkadang beliau bersandar pada salah satu di antara kedua kaki beliau karena kelelahan. Rosulullah SAW menceritakan pada mereka bahwa telah banyak kesusahan yang diderita oleh beliau akibat perlakuan kaum Quraisy, dan ketika itu beliau selalu berkata,” Aku tidak sedih karena memang pada waktu keadaan kami di Makkah masih lemah dan masih sedikit. Ketika kami berhijrah ke Madinah, maka kami mulai memerangi mereka.Kadang-kadang Allah SWT memberikan kemenangan kepada mereka dan kadang-kadang Allah SWT memberikan kemenangan kepada kami .” Pada malam yang telah ditentukan Rosulullah SAW terlambat untuk datang menjumpai kami , maka kami berkata, “Malam ini Nabi SAW datang terlambat.” Kemudian Rosulullah SAW berkata, “ Ada sedikit bacaan Al Quran yang belum dibaca, untuk itu sebelum kesini aku menyempurnakannya dulu, karena aku tidak akan merasa tenangf datang kesini tanpa menyempurnakan bacaanku dulu.” (Demikian disebutkan dalam kitab Al-Bidayah jilid V halaman 32. Ibnu Sa’ad juga meriwayatkan dalam kitabnya jilid V halaman 510 dari Aus r.a)

Ulasan :

  • Ketika mereka masuk Islam sebenarnya kedudukan —Islam sudah kuat dan syariat-syariat sudah hampir sempurna
  • Mereka mau masuk Islam dengan meminta 4 syarat, yaitu
    1. Tetap menyembah patung selama 3 tahun. Namun ditolak oleh Nabi SAW, akhirnya mereka mengatakan: “Ya sudahlah tetapi carikan orang untuk merobohkan patung-patung kami”.
    2. Tidak mau mendirikan sholat, hal ini juga ditolak oleh Nabi dengan sabdanya ” bagaimana orang Islam tidak mau sholat?.
    3. Tidak mau membayar zakat dan tidak mau berjihad. Kedua permintaan ini diizinkan oleh Nabi SAW dan Beliau bersabda: “Apabila mereka iman & sholat dengan benar maka mereka akan dapat menyempurnakan agamanya” (artinya mereka akan membayar zakat & berjihad)

Pertanyaan :

  • Mengapa Nabi SAW tidak langsung membebankan kepada mereka tentang hukum-hukum Allah SWT atau tidak langsung memberikan syariat-syariat Islam secara totalitas, padahal saat itu di akhir-akhir masa kenabian yang seharusnya (kalau menurut alur berfikir sementara saudara-saudara dari NII) berlaku “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, zalim, fasik??!!”
  • —Apakah Nabi tidak takut kalau nanti terkena sangsi dari Allah SWT yang dapat dianggap kafir, zalim atau fasik karena dianggap tidak berhukum dengan hukum Allah sebagaimana yang dipahami oleh saudara-saudara NII, dalam pemahaman mereka tentang Qs. Al-Maaidah ayat 44, 45 dan 47??
  • —Apakah Nabi yang lebih faham atau kita ??

Apakah untuk melaksanakan syariat agama, mutlak harus dengan cara merebut kekuasaan/negara ?

Untuk itu marilah kita tarik ke belakang, di awal masa kenabian, dimana Nabi SAW ditawari 3 hal oleh penentang-penentangnya, tokoh & masyarakat Mekkah di awal masa kenabian (Bukhori, Thabrani, Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, Al Hakim, Abu Nu’aim dll). Selengkapnya diperlihatkan pada riwayat berikut ini :

A). Diriwayatkan oleh Thabarani dan Bukhari dalam kitab at-Tarikh dari Aqil bin Abu Thalib, katanya : Para pemuka Quraisy menemui Abu Thalib. Kemudian diriwayatkan hadits sebagaimana yang disebutkan dalam bab “Menanggung Penderitaan” yang disebutkan didalamnya bahwa Abu Thalib berkata kepada Rasulullah saw., “Demi Allah, wahai keponakanku, aku tahu bahwa engkau orang yang sangat kupatuhi. Kaummu telah menemuiku dan menuduh bahwa engkau telah mendatangi mereka di Ka’bah di hadapan khalayak ramai dan engkau telah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati mereka. Jika engkau berpendapat bahwa lebih baik engkau membiarkan mereka dengan keadaan mereka, maka lakukanlah”.

Kemudian Rasulullah saw. menengadahkan kepalanya ke langit dan bersabda, “Demi Allah, aku tidak berusaha untuk meninggalkan apa yang telah diamanahkan, walaupun salah seorang dari kalian membakarku dengan api dari cahaya matahari ini.”

Di dalam riwayat oleh Baihaqi dikatakan bahwa Abu Thalib berkata kepada Nabi saw., “Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu telah datang menemuiku dan mereka berkata ini dan itu, maka kasihanilah dirimu dan diriku dan jangan membebaniku dengan urusan yang tidak mampu dipikul olehku dan olehmu. Maka jauhilah mereka dari perkataan yang dapat menyakiti mereka.”

Kata-kata itu telah membuat Rasulullah saw. mengira bahwa pamannya akan meninggalkannya, tidak memberi perlindungan lagi dalam menjalankan usaha dakwah, rela menyerahkannya, dan tidak mampu lagi untuk berdiri di pihaknya. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai paman, seandainya matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, sekali-kali aku tidak akan meninggalkan usaha dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau aku binasa dalam perjuangan itu.”

Kemudian berlinanganlah air mata Rasulullah saw. karena menangis. Setelah itu perawi meriwayatkan hadits sebagaimana yang akan disebutkan nanti. Dikeluarkan oleh Abd bin Huamid di dalam kitab musnadnya, dari Ibnu Abi Syaibah dengan sanadnya, dari Jabir bin Abdullah ra. katanya : Pada suatu hari kaum Quraisy berkumpul dan mereka berkata, “Carilah seorang di antara kalian yang paling tahu tentang sihir, nujum dan syair, kemudian temuilah lelaki ini (Rasulullah saw.) yang telah memecah belah persatuan kita, mencerai beraikan urusan kita, dan mencaci maki agama kita. Lalu biarkan dia mengajak Muhammad bicara dan memperhatikan apa jawaban Muhammad kepadanya. ”Mereka berkata, “Kami tidak mengetahui seorang pun yang lebih pandai dalam urusan ini selain Utbah bin Rabiah.”Mereka berkata lagi, “Pergilah, hai Abu al Walid (Utbah).”Utbah pun pergi menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Muhammad, apakah engkau lebih baik dari Abdullah?” Rasulullah saw. hanya terdiam mendengar pertanyaan itu. Utbah bertanya lagi, “Apakah engkau lebih baik dari Abdul Muththalib?” Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Rasulullah saw. Utbah berkata : ”Jika engkau mengakui bahwa mereka lebih baik daripadamu, ketahuilah bahwa mereka telah menyembah tuhan-tuhan (berhala) yang telah engkau caci maki itu. Dan jika engkau mengaku lebih baik daripada mereka, maka berbicaralah sehingga kami mendengar perkataanmu. Demi Allah, sesungguhnya tidaklah kami melihat seorang anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya dan kaumnya, yang lebih mendatangkan kesialan kepada kaumnya daripada kamu. Sesungguhnya engkau telah memecah belah persatuan dan mencerai beraikan urusan kami, mencaci maki agama kami dan mempermalukan kami di kalangan bangsa Arab sehingga tersebar kabar kepada mereka bahwa ada seorang tukang sihir dan ahli nujum di antara kaum Quraisy. Demi Allah, kami tidak menantikan kecuali suara yang sangat keras di saat musibah, di mana sebagian kami berdiri di hadapan sebagian lainnya dengan membawa pedang sampai kami saling membinasakan. Hai Muhammad, jika kau mempunyai keinginan, kami akan mengumpulkan untukmu segala kekayaan sehingga kamu akan menjadi orang yang terkaya di antara kaum Quraisy. Jika kamu ingin menikah, pilihlah sepuluh wanita yang paling kamu sukai dan kami akan menikahkanmu. ”Rasulullah saw. bersabda, “Sudah selesaikah pembicaraanmu?” “Ya,” jawab Utbah.Rasulullah saw. bersabda lagi, “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang …” setelah mengucapkan basmalah, Rasulullah saw. membaca ayat di bawah ini :“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya), maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan, dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula).” Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan(-Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya”. Katakanlah: “Sesungguhnya pantaskah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Kemudian Dia menjadikannya dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”. (QS. Fushshilat : 1-13)

Utbah pun berkata : “Hentikan! Apakah kau tidak mempunyai syair selain itu?” “Tidak,” Rasulullah saw. menyahut. Utbah bergegas kembali kepada kaum Quraisy. Mereka bertanya : “Apa yang telah terjadi?” Utbah menjawab : “Apa yang kalian perintahkan untuk disampaikan telah kusampaikan semuanya tanpa ada satu pun yang ketinggalan. ”Mereka bertanya : “Apakah dia menjawab semua pertanyaanmu?” “Ya,” jawab Utbah. Dia melanjutkan : “Tidak, demi Dzat Yang telah menegakkan Ka’bah, aku tidak memahami perkataannya sedikitpun kecuali dia mengancam kalian dengan petir sebagaimana yang telah ditimpakan kepada kaum ‘Aad dan Tsamud. ”Mereka berkata : “Celakalah kamu! Lelaki itu telah berbicara padamu dengan menggunakan bahasa Arab tetapi mengapa kau tidak paham apa yang dikatakannya?”“Tidak!” jawab Utbah lagi, “Demi Allah, aku tidak memahami kata-katanya kecuali ancaman petir itu.”

Diriwayatkan oleh Baihaqi dan yang lainnya dari al Hakim dan ia menambahnya dengan perkataan : “Jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan mengikatkan panji-panji kami untukmu dan engkau menjadi ketua kami seumur hidup.”

Dalam riwayat Baihaqi disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw. membaca : “Jika mereka berpaling, maka katakanlah, ‘Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan kaum Tsamud.’”

Maka Utbah memegang mulut beliau dan meminta beliau dengan hak kekerabatan agar beliau berhenti. Utbah tidak keluar menemui keluarganya bahkan menjauhkan diri dari mereka. Maka Abu Jahal berkata : “Demi Allah, wahai kaum Quraisy! Kami tidak berpendapat mengenai diri Utbah selain ia telah cenderung mengikuti Muhammad, dan makanan Muhammad telah membuatnya senang dan ridha. Hal itu tidak terjadi melainkan karena kemiskinan yang menimpanya. Marilah ikut kami untuk menemuinya.”

Mereka pun mendatangi Utbah lalu Abu Jahal berkata : “Demi Allah, wahai Utbah, kami tidak datang kecuali karena engkau mulai simpati kepada Muhammad dan urusannya telah membuatmu senang dan ridha. Jika engkau mempunyai suatu kebutuhan, maka kami akan mengumpulkan harta kami untukmu yang lebih mencukupi daripada makanan Muhammad itu.”

Maka Utbah sangat marah dan bersumpah dengan nama Allah untuk tidak berbicara dengan Muhammad selamanya.

Utbah berkata : “Sesungguhnya kalian mengetahui bahwa aku adalah salah satu orang yang terkaya di kalangan kaum Quraisy, tetapi aku datang menemuinya” – Utbah menceritakan kepada mereka semua yang telah terjadi – “Dia telah menjawab pertanyaanku dengan sesuatu yang bukanlah sihir atau syair, dan bukan juga mantera. Dia membaca Bismillaahir Rahmaanir Rahiim … (QS. Fushshilat ayat 1-13). Maka aku tutup mulutnya dan memintanya dengan hak kekerabatan agar ia berhenti. Dan sesungguhnya kamu sekalian mengetahui bahwa jika Muhammad berkata-kata, ia tidak pernah berdusta; maka aku takut seandainya adzab turun kepada kalian.”

Demikian tersebut dalam kitab Al Bidaayah (3/26). Abu Ya’la meriwayatkan hadits ini dari Jabir ra. seperti hadits Abd bin Humaid. Abu Nu’aim menyebutkannya dalam kitab ad Dalail (hal. 75) semisal itu, dan al Haitsami berkata (juz 6, hal. 20) : Dalam sanadnya terdapat al Ajlah al Kindi. Dia dikuatkan oleh Ibnu Ma’in dan lainnya, tetapi an Nasa’i dan lainnya mendhaifkannya. Sedang rawi-rawi lainnya kuat (dapat dipercaya).

Ibnu Umar ra berkata bahwa orang-orang Quraisy telah berkumpul utuk membicarakan perihal Rasulullah saw, sedangkan ketika itu Rasulullah saw sedang berada di masjid. Maka Utbah bin Rabi’ah berkata kepada orang-orang Quraisy, “Izinkanlah aku untuk menemui Muhammad supaya aku bisa berbicara denganya, karena aku lebih ramah berbicara daripada kalian.” Lalu Utbah bangkit dari tempat duduknya dan segera menemui nabi saw sambil berkata, “Wahai keponakanku, aku lihat engkau ini adalah seorang yang paling dekat dengan kami dan yang paling mulia dihadapan kami, namun engkau telah membawa suatu musibah kepada kaummu yang belum pernah dibawa sebelumnya oleh seorangpun kepada kaumnya. Apabila memang dengan sesuatu yang engkau bawa itu engkau mengharapkan harta kekayaan, maka kami akan mengumpulkan harta kekayaan, maka kami akan mengumpulkan harta kekayaan untukmu sehingga engkau akan menjadi orang terkaya diantara bangsa Quraisy; apabila dengan sesuatu yang engkau bawa itu engkau berharap untuk menjadi seseorang yang terpandang (tokoh) diantara kami, maka kami akan menjadikanmu sebagai orang yang palng terpandang diantara kummu, dan kami tidak akan memutuskan perkara tanpa engkau; seandainya engkau terkena pengaruh jin yang tidak dapat disembuhkan olehmu sendiri, maka kami kan mengumpulkan biaya untuk mengobatimu dari gangguan itu; dan apabila engkau ingin menjadi seorang raja, maka kami akan menjadikanmu sebagai raja.” Rasulullah saw menjawab, “Wahai Abu Walid apakah telah selesai pembicaraanmu?” “Ya”, jawabnya. Maka Rasulullah saw langsung membacakan surat Haa miim sjdah (Fushllat) sampai pada ayat sajdah (ayat ke 38), dan Nabi saw pun segera bersujud. Utbah hanya duduk dengan dengan bersandar pada kedua tangannya sambil menyaksikan Beliau menyelesaikan sujud tilawahnya. Lalu Utbahpun berdiri dan kembali pada kaumnya. Ketika orang-orang Quraisy melhat kedatangan Utbah, merekapun satu sama lain saling berkata, “Kenapa wajah orang ini berubah sedemikian rupa tidak seperti sebelum dia pergi?” Setelah duduk, Utbah pun berkata, “Wahai orang-orang Quraish, sesungguhnya aku telah mengatakan sema apa yang telah kita sepakati kepada Muhammad. Namun setelah aku selesai mengatakan semuanya, dia menjawab dengan memperdengarkan sesuatu yang selama ini belum pernah aku dengar, akupun tidak tahu apa yang aku dengar itu. Wahai orang-orang Quraisy, percayalah kalian kepadaku ari ini saja, besok kalian boleh tidak percaya, tinggalkanlah dan biarkanlah dia! Karena Demi Allah dia tidak akan meninggalkan agamanya itu. Biarkan dia sendiri berhadapan dengan suku-suku Arab lainnya dan melawan mereka, karena apabila nanti dia bisa berhasil, maka kemuliannya itu juga menjadi kemuliaan kita; tetapi apabila mereka dapat mengalahkannya, maka kalian tidak perlu bersusah payah, karena dia telah terkalahkan oleh orang lain. Setelah mendengar ucapannya itu, maka orang-orang Quraisy berkata, “Wahai Abu Walid, sepertinya kamu juga telah terpengaruh oleh sihirnya.” (HR. Abu Nu’aim dalam Dalaailun Nubuwwah hal. 76)

Kisah seperti ini juga telah disebutkan dengan lengkap oleh Ibnu Ishaq seperti yang telah ditulis dalam kitab al-Bidayah jilid III halaman 63. Baihaqi telah meriwayatkannya dari Ibnu Umar r. Huma dengan singkat, dan Ibnu Katsir menebutkannya dalam kitab al-Bidayah jilid III halaman 4.

Ulasan :
Berdasarkan riwayat di atas dapat dilihat bahwa Nabi SAW diberikan 3 tawaran yaitu :
  1. Kekuasaan / diangkat menjadi raja
  2. 10 Istri cantik dan bangsawan dari suku-suku berpengaruh
  3. Harta kekayaan

Namun dengan syarat Nabi menghentikan dakwahnya. Tetapi oleh Nabi tawaran mereka ditolak semuanya dengan mengatakan : “Andaikata matahari diletakkan ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku aku tidak akan berhenti berdakwah sampai Allah memenangkan agama-Nya atau aku hancur”.

Kemudian yang menjadi pertanyaan di dalam benak kita adalah kalau Islam ditegakkan dengan kekuasaan mengapa Nabi tidak menerima tawaran kekuasaan tersebut padahal tidak perlu mencari dengan susah payah. Apakah Nabi lupa ??

Dengan demikian pemahaman siapa yang harus di koreksi? Kita yang lebih faham atau Nabi SAW ?

B) Jika ingin ditarik lebih jauh lagi, tampak jelas pada kisah Nabi Musa As dalam sekian banyak ayat-ayat Al Qur’an.

Beliau sejak lahirnya telah “diprogram” oleh Allah untuk sampai ke tangan Fir’aun dan akhirnya dijadikan anak angkat Fir’aun yang berarti sebagai calon pewaris. Namun mengapa Allah yang “menciptakan skenario drama” tersebut, tidak menutup dengan dimatikannya Fir’aun yang dengan itu Musa akan terangkat sebagai raja. Setelah itu dengan mudah akan “mendekritkan” undang-undang/hukum-hukum Allah di bumi Mesir. Tentunya setelah terlebih dahulu mengganti “kabinet” Fir’aun dengan para pengikutnya. Tetapi yang terjadi justru Musa menjadi “buron teroris” dimata Fir’aun. Kemudian diamankan oleh Nabi Syuaib As dan bekerja kepada Beliau selama 10 th serta diambil sebagai menantu. Setelah itu “anehnya”, SK (Surat Keputusan) kenabiannya turun dan “tugas dinasnya” justru kembali kpd Fir’aun dan diperintah untuk berdakwah kepada mereka semua. Hingga pada akhirnya Fir’aun dan seluruh kekuatannya ditenggelamkan oleh Allah SWT.

Karena Pemerintahan Indonesia menurut mereka merupakan pemerintahan thoghut, maka mereka mengharuskan pengikutnya untuk Hijrah

Sebagai dasar penguat, mereka menggunakan dasar Qs. An Nisa ayat 97-100

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ ۖ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ ۚ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا ۚ فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, (Qs. An Nisa 97)

إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا

kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah),(Qs. An Nisa 98)

فَأُولَٰئِكَ عَسَى اللَّهُ أَن يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا

mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (Qs. An Nisa 99)

وَمَن يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَن يَخْرُجْ مِن بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. An Nisa 100)

Diantara alur fikir yang cukup aneh dari para aktivis NII adalah karena pemerintahan RI dianggap sebagai pemerintahan “thoghut”, maka mereka mengharuskan para pengikut yang berhasil direkrut dan dicuci otak untuk mengalami proses hijrah. Sehingga banyak mahasiswa-mahasiswi dan pemuda-pemudi yang tahu-tahu “hilang” dan menimbulkan kepanikan baik orang tua maupun para dosen dan masyarakat. Bahkan ada sementara kalangan masyarakat yang menganggap mereka “diculik” oleh Densus 88.

Setelah terbongkar jaringan NII maupun dari pengakuan para korban yg insyaf, ternyata mereka memang sengaja menghilangkan diri karena “berhijrah”. Mereka meyakini itu harus dijalani untuk meniru Nabi dan para Shahabat yang tertindas di Mekah hijrah ke Madinah. Aneh dan konyolnya, hijrah mereka ini sekedar dari Jogja (misalnya) ke Semarang, atau dari Bandung ke Jakarta, yang secara kenyataan tetap masih dalam wilayah kedaulatan RI, bahkan kadang masih satu provinsi yg mereka cap dengan “pemerintahan thoghut”.

Mereka telah benar-benar hilang daya kritis sebagai intelektual, sehingga “hijrah” ala NII itu yang ibarat dagelan konyol yang tidak lucu sama sekali ini, disamakan dengan hijrah Nabi dan para Shahabat dari Mekah ke Madinah, bahkan memberi stempel dengan ayat-ayat suci Al Qur’an di atas (Qs. An Nisa 97-100) sebagai legitimasi & penguat sihirnya.

Lebih dari itu, ketika di Mekkah, Nabi & kaum Muslimin ditindas dan terhalang untuk berdakwah secara bebas, sehingga hijrah ke Madinah yang bebas dari penindasan bahkan Nabi menguasai Madinah dg 29 pasal Piagam Madinah. Sedang saudara NII siapa yang menindas ? Dan apa hasil “hijrah” nya itu ? Toh masih sembunyi-sembunyi ketakutan ?! Seperti orang paranoid saja.

Jadi untuk ini tidak perlu penjelasan dan pembahasan panjang lebar, karena sebenarnya sangat naif dan sederhana, sehingga sangat jelas kekeliruannya.

Apakah benar bahwa Syariat Islam hanya bisa terwujud apabila mempunyai kekuasaan yang diperoleh dengan cara merebut/ berperang dan sebagainya, lalu dengan itu ditegakkan “Negara Islam” ?

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Qs. An Nuur : 55)

Ulasan :

  • Siapakah yang dijanjikan untuk dijadikan Kholifah = Penguasa = Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh
  • Siapakah yang berjanji ? Allah SWT
  • Bagaimana kalau Allah berjanji ? Pasti ditepati

إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ

- Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji (Qs. Ali Imron : 194)

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلًا

- Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? (Qs. An Nisa : 122)

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

- Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah? (Qs. An Nisa : 87)

- Dan lain-lain

Kesalahan berfikir/pemahaman saudara-saudara NII lupa/rancu bahwa yang mau’ud (yg dijanjikan) itu berkaitan langsung dengan yang mathlub (yang dituntut/dikehendaki).

Jelasnya, ada korelasi yang tegas antara janji dan syarat yang dituntut bagi terpenuhinya janji tersebut.

Sekarang kita lihat apa yang dijanjikan Allah ? yaitu 3 hal dengan minimal dilandasi 8 kepastian
  1. Sungguh pasti akan Allah mejadikan mereka (orang-orang beriman & beramal sholeh) kholifah = Penguasa = لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ
  2. Sungguh pasti Allah akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhoi –Nya = وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ
  3. Sungguh pasti Allah akan merubah bg mrk dr takut mjd aman = وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
Dari mana 8 kepastian tersebut
  1. Pada tiap-tiap janji terdapat huruf ل dan ن ta’kid sebagai penguatnya sehingga ada 6 kepastian
  2. Merupakan ayat Al Qur’an yang tidak ada keraguan sedikitpun terhadapnya ( ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ = Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa )
  3. Yang berjanji adalah Allah SWT

Para ahli bahasa bisa mengupas lebih banyak dan lebih detail lagi.

Kemudian apa yang dikehendaki/dituntut/ disyaratkan oleh Allah ? kepada siapa janji itu diperuntukkan ? Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh

Secara logika sederhana dapat diibaratkan : Seorang ayah berkata kepada anaknya: “Kalau kamu lulus ujian sekolah, ayah akan beri hadiah mobil terbaru”. Begitu mendengar janji ayah, si anak setiap hari sibuk melihat-lihat model mobil terbaru dari showroom ke showroom yang lain dan mencari info dari berbagai sumber dan menghabiskan waktu untuk itu, sehingga sampai lupa belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi tes kelulusan ujian yang itu menjadi syarat utama janji tersebut. Singkat cerita karena tidak siap akibatnya si anak tidak lulus ujian sehingga bukan mobil yang diperoleh, tetapi murka dari ayahnya = Begitulah keadaan kita umat Islam hari ini, walau banyak yang tidak merasa dan tidak menyadari.

Maka sebenarnya tugas terpenting umat Islam adalah mengusahakan syarat yang Allah tuntut, jika syarat ini dipenuhi pasti dan pasti Allah wujudkan janji-Nya.
Mungkin ada yang berfikir “Bukankah di Indonesia ini orang beriman & beramal sholeh sudah banyak, tetapi mana wujud janji-Nya ?”

Mereka lupa apa yang dikehendaki/yang dituntut Allah bukan sembarang iman & amal tetapi iman dan amal sholeh yang mathlub (yang standar menurut Allah)

Contoh sederhana : Ada orang belanja ke Matahari mall dengan mengambil “baju jas” seharga Rp. 500.000,- . Setelah itu dia datang ke kasir untuk membayar baju tersebut. Sampai di kasir dia bayar hanya dengan uang Rp. 10.000,- bagaimana tanggapan si Kasir ? Walaupun dia berdalih bahwa Rp. 10.000,- juga sama-sama uang yang berlaku si Kasir tidak bisa menerima karena nominal yang dibayarkan jauh dari harga baju jas tsb.
Maka begitu juga iman & amal kita menurut pandangan Allah. Untuk itu seharusnya yang diusahakan untuk diwujudkan adalah standar iman dan amal sholeh menurut apa yang dikehendaki oleh Allah. Jadi tegasnya yang mutlak harus diusahakan adalah peningkatan mutu keimanan dan amal sholeh sampai standar yang Allah kehendaki, maka pasti dan pasti Allah akan tunaikan janji Nya.

Mereka berpendapat bahwa untuk mendapatkan kemenangan, harus mengerahkan segala potensi dan persiapan untuk berperang, apakah memang demikian ?

Sebagai dasar yang mereka gunakan adalah

وَأَعِدُّوا لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Qs. Al Anfal : 60)

Analisa dan Pelurusan :

  • Benarkah Qs. Al Anfal ayat 60 itu perintah untuk mobilisasi kekuatan untuk berperang kepada orang kafir?
Lebih jelasnya marilah kita lihat bagan alur di bawah ini
Pengerahan kekuatan itu bukan untuk memenangkan peperangan, karena muslimin bisa menang hanya dan hanya dengan adanya nushrotullah (pertolongan Allah)

إِن يَنصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا الَّذِي يَنصُرُكُم مِّن بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (Qs. Ali Imron : 160)

Jadi berdasarkan Qs. Al anfal ayat 60 di atas tujuan pengerahan kekuatan itu dalam rangka untuk menggetarkan musuh sehingga musuh menjadi takut. Mereka takut melihat kekuatan lahiriah muslimin karena memang mereka hanya memahami kekuatan lahiriah saja.

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia (Qs. Ar Ruum : 7)

Qs. Al Anfal ayat 60 tesebut berlaku apabila muslimin sudah kuat atau mampu sehingga bisa menampakkan kekuatan dhohirnya

Akibat ketakutan mereka menghadapi muslimin maka mereka akan berfikir 1000x untuk berperang, dengan kata lain mereka masih tetap berkesempatan hidup. Oleh karena mereka masih tetap hidup maka masih ada kesempatan untuk didakwahi dan inilah yang menjadi fikir dan misi Nabi SAW (Qs. At Taubah : 128). Dengan didakwahi kemungkinan mereka mendapat hidayah dan masuk Islam yang dengan itu akan selamat dan dimasukkan ke dalam surga Nya (Qs. Al Maidah : 16).

Namun apabila perang yang ditonjolkan dan mengakibatkan orang-orang non muslim ini mati, akibatnya akan mempercepat mereka masuk neraka dan memutus kesempatan untuk selamat masuk surga dengan menerima hidayah/masuk Islam.

Sedangkan keyakinan bahwa kemenangan akan dicapai dengan bersandar pada kekuatan dan sarana-sarana lahiriah/ kebendaan, tidak pernah ada dalam sejarah kenabian. —Bahkan apabila keyakinan yang salah itu ada, akan berakibat fatal. Marilah kita lihat kasus dalam perang Hunain, dimana waktu itu jumlah muslimin ± 3 x lipat dari lawan (12.000 >< 4000). Peristiwa ini sebagai pelajaran dari Allah untuk umat Islam sampai hari kiamat, tentang apa yang menjadi syarat kemenangan dan apa yang menyebabkan kekalahan. Hal ini sebagai bukti kongkrit yang dialami Nabi Muhammad SAW dan para shahabat, dengan adanya sebagian kecil muslimin yang baru masuk Islam dan masih lemah serta salah keyakinannya, bahwa kemenangan pasti tercapai dengan melihat jumlah mereka yang 3x lipat dari musuh-musuhnya, maka berlaku “karena nila setitik rusak susu sebelanga“.

Renungkanlah ayat ini

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (Qs. At Taubah : 25)

III. TINJAUAN SEJARAH

1. Sejarah Lama

a). Kerja Para Shahabat R. hum

Ketika tahun 10 H dimana Nabi SAW dan 124.000 shahabat bersama-sama melaksanakan Haji Wada’. Saat itu Nabi SAW berkhutbah dari pagi hingga sore hari, dimana pada penutupan khutbahnya Beliau bersabda “Ya Allah saksikanlah ! Maka hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir“. Dengan sabda Beliau tersebut maka shahabat bergerak Dakwah ke seluruh alam sehingga yang tersisa dikubur di Mekkah & Madinah ±10.000 – 14.000 orang sedangkan ±110.000 orang tersebar di seluruh dunia.
Inilah semangat kerja dakwah shahabat hasilnya merubah bukan saja agama, tetapi: adat, budaya, bahasa bahkan bangsapun berubah. Contoh : Mesir, Tunisia, Sudan, Maroko, Al Jazair, Libia, Irak, Syiria, dll semula mereka bukan Arab, tetapi kemudian berubah keseluruhannya sehingga kita kenal sekarang sebagai orang Arab/berbahasa Arab dan mayoritas muslim. Dengan kerja dakwah shahabat R.hum, menjadi sebab hidayah, termasuk diberi bonus kekuasaan.
Sekarang marilah kita bandingkan dengan

b). Zaman sesudah generasi shahabat, misalnya zaman kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan dari Bani Umayyah

Pada zaman kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, ± 100 tahun setelah Nabi SAW, diutus Muhammad bin Qoshim Ats Tsaqofi untuk berdakwah ke India yang ketika itu masih meliputi Pakistan, Bangladesh, Afganistan, Burma, Srilanka, Nepal, Buthan. Kerja dakwahnya tetap ada tetapi “jiwanya” sudah banyak menurun, maka walau hasilnya :

  • Islam berkuasa selama ±700 tahun
  • Orang-orang Alim yang besar banyak sekali, bahkan sampai ada diantara rajanya ada yang bisa memberikan fatwa (menjadi mufti) dsb.
  • Bahkan ada kitab yang menulis 2500 biografi ulama India.
  • Dsb-dsb.
Tetapi dengan itu semua kenyataannya mayoritas tetap nonmuslim Sehingga ketika kekuasaan diambil oleh Inggris , nonmuslim berkesempatan menjadi pintar & berpengaruh. Pada akhirnya ketika —akan meraih kembali kemerdekaannya maka sebagian Umat Islam khawatir akan pengaruh dan kekuatan orang-orang Hindu yang telah menjadi pintar tsb kemudian mereka berinisiatif dan berjuang untuk memisahkan diri dari India dan mendirikan “Negara Islam”, (Pakistan Barat dan Timur yang setelah itu pecah lagi menjadi Pakistan & Bangladesh).

Hal yang perlu ditinjau secara mendalam adalah :

  • Mengapa setelah berkuasa 700 tahun lebih,
  • Menghasilkan ulama yang hebat-hebat,
  • Bahkan raja yang alim,
  • Peninggalan-peninggalan dan simbol-simbol keislaman yang bisa dilihat sampai sekarang,

Kenyataannya mayoritas tetap nonmuslim ?? Cobalah kita bandingkan dengan kerja Shahabat di atas.

Inilah bedanya antara jalur murni dakwah kenabian dengan jalur dakwah yang sudah bercampur kekuasaan dan politik.

2. Sejarah Baru

a) Pakistan

Sejak didirikannya “Negara Islam Pakistan“ oleh Ali Jinnah pada tgl 14 Agustus 1947 yang didukung oleh tokoh-tokoh kaliber internasional seperti Abul A’la Maududi dan lain-lain, tidak berhasil melaksanakan syariat Islam sebagaimana yang dikampanyekan, sehingga hukum-hukum yang dipakai tetap hukum peninggalan Inggris. Semula Pakistan Barat dan Timur, kemudian pecah menjadi Pakistan (Pakistan Barat) dan Bangladesh (Pakistan Timur) dengan pemerintahan masing-masing.

Pakistan zaman pemerintahan Jenderal Zia ul Haq yang mengambil alih dari Ali Butho dimana syariat Islam dijadikan undang-undang antara lain:

Sholat
Peraturan negara yang berlaku adalah ketika azan dikumandangkan toko-toko harus tutup dan orang-orang harus sholat berjamaah di masjid dan bahkan untuk mengawasi jalannya peraturan tersebut ada polisi khusus yang ditugaskan. Namun pada prakteknya toko memang tutup tetapi orang-orang banyak yang berdiam diri di dalam toko tidak sholat berjamaah di masjid sebagaimana yang dimaksud oleh peraturan tersebut, atau bahkan tidak sholat sama sekali, juga tidak jarang polisi khusus itupun tidak sholat.

Zakat

Zakat dikoordinir oleh pemerintah dengan membentuk “Amil Zakat = Petugas Zakat”. Setelah peraturan zakat ini diundang-undangkan maka orang-orang syi’ah menolak karena menurut mereka dalam ajaran mereka tidak ada peraturan tersebut. Untuk menjaga stabilitas nasional, Zia ul Haq memberi toleransi dengan membebaskan mereka dari kewajiban zakat yang ditetapkan pemerintah tersebut.Namun apa Apa yg terjadi?? Ramai Orang-orang sunni awam mengaku menjadi syi’ah sekedar untuk menghindari kewajiban zakat tersebut.

Wanita-wanita dilarang ke luar rumah tanpa mahrom

Wanita dilarang kerja di kantor-kantor/keluar rumah tanpa mahrom (keluarga yang diharamkan untuk berkawin). Kenyataan prakteknya hal itu hanya berlaku ketika Zia ul Haq datang ke daerah itu. Bahkan merupakan fakta sejarah yang tragis bahwa setelah Zia ul Haq meninggal dalam kecelakaan pesawat, terangkatlah Benazir Butho yang notabene adalah wanita, yang dalam Islam jumhur ulama mengharamkan menjadi pemimpin. Tetapi aneh dan ironisnya dia terpilih dalam pemilu justru setelah diberlakukannya HUKUM ISLAM secara paksa oleh Zia ul Haq di “Republik Islam Pakistan”.

b) Aljazair

—Penegakan “Negara Islam” dengan cara demokrasi via pemilu telah dilakukan oleh FIS (Islamic Salvation Front).Setelah kecewa dengan partai politik yang berasaskan sekuler tidak dapat mewujudkan kemajuan maka rakyat Aljazair banyak simpati kepada FIS. Terbukti dengan kemenangan FIS pada pemilu 1991 putaran I dan II, total kursi > 81% menunjukkan bahwa rakyat Aljazair menginginkan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan Islami. Namun tahun 1992 penguasa militer membubarkan parlemen Aljazair & membatalkan hasil pemilu. Kemudian FIS diberangus & dijadikan sebagai parpol terlarang, ribuan orang baik anggota maupun pendukungnya ditangkap, dipenjara, dan sebagian lainnya ditindas, dianiaya, hingga dibunuh. Setelah itu dikesankan di mana-mana seolah-olah FIS adalah kelompok ekstrimis dan teroris. Kalau cara-cara itu haq/benar mengapa kalah & bernasib tragis ? Padahal Allah SWT berfirman

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman (QS. Ar Rum : 47) ??!!

c) Afganistan

—Taliban berhasil mendirikan “Negara Islam” di Afganistan selama 2 tahun setelah melalui perjuangan panjang. Para Pejuang Taliban ini senior-seniornya banyak yang dilatih oleh Amerika Serikat. “Negara Islam” sudah ditangan & berkibar selama 2 th tetapi setelah itu dihancurkan oleh Amerika Serikat, hingga kini.
Kalau jalan yang ditempuh oleh saudara-saudara Taliban itu haq/benar mengapa tidak datang pertolongan Allah SWT ? Bukankah Allah SWT telah berfirman

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ

Sesungguhnya Kami pasti menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (Qs. Mu’min : 51)

3. Di Indonesia

Renungkan hasil gemilang misi kenabian yang buahnya eksis dan harum hingga kini.

a) Walisongo

Hasil kerja dakwah “Wali 7” yang notabene adalah orang asing menghasilkan Wali ke 8 yaitu Sunan Kalijogo, bekas preman/begal Lokajaya, dan melahirkan putranya bergelar Sunan Muria yang merupakan wali ke 9. Wali 7 datang ke Indonesia yang masih kental Hindu/Budha di bawah kerajaan-kerajaan besar nonmuslim seperti Majapahit, Pajajaran untuk mendakwahkan agama Islam dengan santun, penuh rasa kecintaan, tidak ambisi apapun, semata-mata menginginkan kebaikan bagi yang dihadapi, dan buahnya bisa dirasakan sampai hari ini. Padahal jika diamati dari banyak segi seperti bangsa, bahasa, budaya mereka berbeda dan agamanya jelas berbeda, transportasi serba terbatas, tidak ada penyambutan (“team sukses”/”muhibbin”) dan sebagainya.

Hasilnya ?

Indonesia berubah menjadi mayoritas muslim dan eksis hingga sekarang!! Dimulai dari runtuhnya Majapahit ± tahun 1478 dan munculnya kerajaan Demak di bawah pemerintahan Raden Patah, putra Brawijaya ke 5 dan santri Sunan Ampel yang bergelar “Syekh Alam Akbar Khalifatullah Sayyidin Panetep Panatagama”. Sampai sekarang Islam menjadi agama yang dicintai dan dipeluk dengan kuat oleh mayoritas bangsa Indonesia dari semua kalangan. Hantaman dari luar dengan datangnya Belanda yang menguasai Indonesia selama 350 tahun, yang berarti seluruh kekuatan dan aspek politik, ekonomi, sosial kebudayaan dan sebagainya hampir total mereka kuasai, kecuali sebagian sangat kecil dari wilayah Indonesia yang tetap merdeka (seperti Aceh) tidak menggoyahkan keislaman di Indonesia. Mereka berusaha keras untuk merubah Indonesia dengan:

a) Secara halus :

  • Misi zendingnya (dari bahasa Belanda yang artinya pengutusan) dengan strateginya antara lain mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit dan sebagainya.
  • Dikirim orang-orang yang dididik menjadi pakar dalam keislaman bahkan belajarnyapun hingga ke Mekkah dan diceritakan hafal Al Qur’an seperti Snouck Hurgronje & Van der Plas untuk melakukan penyusupan dan pembelokan serta penyelewengan ajaran Islam dari dalam.

b) Secara kekerasan dan biadab, seperti :

  • Pembantaian masal yang dilakukan oleh tentara Belanda di Makasar, atas perintah Westerling , membunuh rakyat Indonesia di sana yang notabene adalah Muslim dengan cara yang sadis yaitu digilas tank.

Tetapi walau mereka berupaya keras dengan itu semua, fakta yang ada Islam tetap eksis di Indonesia.

Sekarang marilah kita bandingkan dengan “Perjuangan Untuk Mendirikan Negara Islam” yang berujung pada kegagalan total dan meninggalkan kesan buruk sampai sekarang, misalnya :

b). DI/TII Kartosuwiryo

—DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) diproklamirkan tanggal 7 Agustus 1949. —Mereka sanggup bertahan selama 13 tahun,—pengikutnya ribuan dan— menguasai wilayah yg luas. Itu semua bisa terjadi oleh karena
  • Persenjataan dan pengalaman tempurnya, relatif seimbang dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia) karena kesemuanya berangkat dari start yang sama, yaitu sama-sama pejuang melawan Belanda, Jepang dll.
  • Pada saat itu belum ada negara adidaya/adikuasa yang mendukung karena masing-masing negara sedang berbenah sendiri-sendiri setelah babak belur dengan perang dunia II.

Jadi terlihat bahwa kekuatannya dg TNI relatif berimbang tetapi ternyata kalah dan hancur !!! Mengapa? Karena tidak ada nusratullah/pertolongan Allah !!! Mengapa tidak ada pertolongan Allah? Niatnya mungkin baik, tetapi jalannya tidak benar.

—Demikian pula pemberontakan yang lain seperti Daud Beureueh, Kahar Muzakkar , Batalyon 426, dansebagainya.

4. Masa Kini

Sekarang kita lihat perbandingan kekuatan pada tabel di bawah ini
Bagi yang berakal sehat, jika ingin sukses, tentu akan belajar dan mengambil contoh dari pendahulu-pendahulunya yang telah sukses bukan mengekor kepada yang gagal dan berakhir tragis.

IV. CITA-CITA MEMBENTUK NII ? APAKAH ADA DASAR KEBENARANNYA ?

Allah SWT berfirman :

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al Qashash : 83)

Apabila orang telah ambisi ingin ketinggian di muka bumi (pengaruh, kekuasaan, popularitas) maka eksesnya cenderung berbuat kerusakan besar atau kecil, apalagi atas nama agama. —Padahal agama itu tidak untuk ketinggian, kekuasaan, pengaruh, tetapi semata-mata untuk pendekatan diri kepada Allah penciptanya agar bahagia di dunia maupun di akhirat. Nanti terserah Allah sendiri, Dia Maha Bijaksana, kalau dipandang pantas akan diberi kekuasaan.

—Kalaupun sampai matinya tidak berkuasa maka yang penting dengan itu orang tersebut sukses dunia dan akhiratnya sebagai orang yang patuh/taqwa kepada penciptanya. Dengan demikian dia bahagia dan mulia di dunia hingga di akhirat.

Memang keinginan untuk mulia, terpandang, tidak tercela hal itu merupakan fitrah manusia (gawan bayi/naluri) dan Allah sendiri yang menjadikan keinginan tersebut. Namun apabila hal ini ditunggangi oleh nafsu, pasti menyeleweng. Salah satu contohnya adalah keinginan untuk mendapatkan kekuasaan (walaupun dia menggunakan agama sekalipun). Memang bila syarat-syaratnya dipenuhi, kemungkinan akan tercapai, tetapi karena niatnya dari awal sudah salah, maka setelah berkuasa maka dia akan berusaha mempertahankan kekuasaannya walaupun melanggar syariat agama. Karena memang bukan hakekat agama murni yang diinginkannya tetapi terselip maksud lain yaitu keinginan akan kekuasaan/ketinggian. Sebab bila yang diinginkan tulus tegaknya syariat, maka jalan satu-satunya yang sah dari Allah adalah jalan / misi kenabian = dakwah ilallah ‘ala minhajin nubuwwah.

Mudah-mudahan Allah menghindarkan kita dari tipuan syetan dan hawa nafsu ini. Untuk itu Allah memberi solusi terbaik untuk menjawab keinginan fitrah tersebut tetapi dengan jalan pencapaian yang terhormat, yang dengan itu pasti akan dicapai tanpa menimbulkan ekses kerusakan dan gangguan sosial bagi masyarakat banyak. Bahkan akan tampil sebagai penyejuk dan pengayom di lingkungannya sehingga bisa dirasakan oleh non muslim sekalipun. Hasilnyapun langgeng dunia sampai dengan akhirat.

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Qs. Ali Imran : 139)

Jadi lagi dan lagi, jalan terbaik dan termulia serta tersingkat adalah usaha atas diri pribadi dengan jalan mengajak orang lain untuk meningkatkan kwalitas iman. Dengan itu semua, apapun yang menjadi kehendak fitroh manusia pasti akan tercapai.

—Sejarah membuktikan :
  • Orang yang menginginkan ketinggian tetapi ditunggangi hawa nafsunya, akhirnya menimbulkan kerusakan dan kebinasaan, bagi dirinya dan masyarakat banyak dan dikenang keburukannya, contohnya : Fira’un (Ramses III), Namrud, Abu Jahal, Abu Lahab, Kaisar, Kisra, Hitler, Musoullini, Raja Nero, para diktator kuno maupun modern, besar maupun kecil, terutama para penentang nabi-nabi.
  • Orang-orang yang menempuh jalan yang Allah tunjukkan, contohnya : Para Nabi dan Shahabat-shahabatnya, Walisongo. Mereka tidak berambisi dengan ketinggian/kekuasaan tetapi namanya justru tinggi dan mulia dikenang harum, serta hasil jerih payahnya bisa dirasakan keberkahan dan kemanfaatannya oleh manusia sampai sekarang. Demikian pula nama-nama pahlawan kemerdekaan RI, dikenang jasanya tiap 17 Agustus.

V. SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DENGAN ULAH PARA AKTIVIS NII INI ?

Marilah kita lihat akibat yang ditimbulkan dengan ulah para aktivis NII ini

  • Agama dan umat Islam citranya menjadi buruk,
  • Orang-orang tua tidak menginginkan anaknya tampak terlalu aktif dalam beragama, mereka khawatir anaknya janga-jangan direkrut menjadi anggota NII,
  • Istri-istri merasa khawatir jika suaminya aktif dalam pengajian,
  • Para rektor dan dosen bahkan hingga menteri menjadi was-was bila mahasiswa terlihat semangat dalam beragama,
  • Timbul saling curiga diantara anggota masyarakat bila sebagian tampak sholeh,
  • Terjadi ketegangan dan kesenjangan antara aparat pemerintah dan masyarakat muslim khususnya,
  • Ini semua membuka peluang lebih lebar arus dekadensi moral pada masyarakat oleh karena yang akan memberi nasihat khawatir dituduh fanatik dan teroris.
  • Sedangkan hasil ulah “para pahlawan kesiangan” yang terlanjur dicuci otak itu, ibarat “jauh panggang dari api” alias menegakkan benang basah atau nonsense !!!
  • Bahkan kesemuanya itu sangat besar pengaruhnya bagi disintegrasi bangsa dan mengarah kepada kemungkinan runtuhnya NKRI

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian di atas jelas membuktikan tidak ada ajaran Allah & Rasul NYA yg mengarahkan umatnya untuk mendirikan negara Islam dalam rangka pelaksanaan syareat NYA; yang ada adalah tiap-tiap individu muslim harus memaksimalkan usahanya untuk peningkatan iman & amal sholeh serta berdakwah dengan mengikuti sunah sebelum matinya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Qs. Ali Imran : 102)

Bukan dikatakan: “Jangan kalian mati sebelum kalian mempunyai negara Islam

source : http://syaikhaljihad.wordpress.com