Senin, 20 Agustus 2012

Ternyata 80% Ulama Arab Saudi Mendukung Dakwah Jamaah Tabligh

Sebagian asatidz (guru-guru) di Madinah memang ulama2 salafy (notabene bermadzhab Hambali), jadi tidak betul kalau salafy itu tidak bermadzhab. Memang kalau dari ustadz2 salafy lokal di Indonesia kebanyakan mengaku tidak bermadzhab, padahal ulama2 Salafy di Saudi berpegang pada madzhab Hambali.

Begitupun berkaitan dengan taqlid, kebanyakan saudara2 kita salafiyyin mengaku tidak taqlid, toh pada kenyataannya lebih suka mengambil pendapat ‘alim ulama salafy dalam menyimpulkan atau memberikan keputusan/fatwa yang tentu saja berlandaskan AlQuran dan Sunnah, dimana tetap saja harus taqlid pada ‘alim ulama tersebut.

Di masjid Nabawi sendiri (ma’had), rekan2 Salafiyyin juga masih terkotak-kotak, walaupun belajar pada ulama yang sama, ada yang disebut salafy yamani, salafy tablighi, dan lain-lain.

Alhamdulillaah, saudara2 kita pekerja da’wah hampir semuanya belajar massa’il pada ulama2 salafy tersebut bertujuan untuk mengambil ilmu dan ikram pada ulama2 tersebut, walaupun ada beberapa yang belum senang terhadap “jamaah tabligh”.

Bahkan ulama salafy tersebut semakin hari semakin heran, kok majelis ilmunya lebih banyak didatangi orang2 tabligh ini.

(biasanya kan terkenal tidak berilmu, jahil, menjauhi ulama dan lain-lain).
Bahkan tidak sedikit santri “tabligh” yang berprestasi ketika belajar pada ulama tersebut, mendapat rata-rata nilai 100 pada setiap ujiannya.

Santri ini akhirnya sangat dikagumi oleh ulama salafy tersebut, bahkan dipuji-puji di depan majelisnya.

Alhamdulillah, di Arab Saudi sendiri, sudah hampir 80% ulama yang mendukung terhadap usaha da’wah dan tabligh ini, beberapa ulama yang belum mendukung disebabkan masih salah pengertian thd usaha da’wah ini, sering memperoleh informasi yang tidak sesuai dari orang2 awam di sekitarnya, seperti : orang tabligh itu menyembah kubur, aqidah sesat, dan lain-lain.

Bahkan beberapa santri salafy lain diajak ke markaz da’wah di Madinah, dilibatkan dalam musyawarah harian, diajak silaturrahim, mereka semangat sekali. (Mereka tidak tahu kalau itu adalah markaz da’wah, jika tahu mungkin tidak mau masuk atau hadir.)

Catatan bahwa jika salafiyyin bertemu dengan pekerja da’wah di Madinah, mereka langsung kabur, tidak mau mendekat, senyum saja tidak mau, apalagi berdiskusi.

Namun Alhamdulillah, dengan tidak membawa bendera “Jamaah Tabligh”, mereka langsung dilibatkan dalam usaha da’wah, mereka sangat senang sekali.

Salah satu santri pentolan salafy dari Jogja berkata, “Di Jogja, markaz tabligh terletak di depan pesantren tempat saya berada, dan saya termasuk orang yang paling menentang tabligh, tapi sekarang kok saya jadi ikutan da’wah & tabligh!”

Bahkan ‘alim ulama rujukan salfiyyin seperti Syeikh Utsaimin rahimahullaah, Syeikh Abu Bakar Al Jazairi pun mendukung santri2 dan masyarakat umum untuk menyertai jama’ah ini, bukan untuk menjauhinya. Di televisi2 Saudi pun sudah ramai dikabarkan.

Namun sayang, di Indonesia ini, apalagi di Internet, beberapa orang saudara kita salafiyyin masih belum Allah beri kefahaman, sehingga sampai saat ini masih mengambil pendapat2 lama yang tidak berkenan terhadap usaha da’wah & tabligh.

That’s All.
Wassalamu’alaikum.

Jamaah Tabligh Gerakan Sesat ?

Oleh  A. Fatih syuhud
Ditulis untuk Buletin Al-Khoirot
Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang

Apakah Jamaah Tabligh (JT) itu gerakan sesat? Pertanyaan ini diajukan oleh salah seorang alumni PP Al-Khoirot sekitar dua bulan lalu melalui SMS.[1]

Pertanyaan tersebut wajar diajukan karena Jamaah Tabligh merupakan gerakan da’wah yang lahir dan berkembang di luar Indonesia, tepatnya di India.  Sehingga tidak banyak santri dan kyai Indonesia yang memahami gerakan da’wah JT saat gerakan ini mulai masuk ke Indonesia.  Apalagi ada pendapat beberapa  ulama Arab Saudi yang menganggap JT sebagai gerakan sesat, bid’ah dan bahkan syirik. Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, misalnya, berfatwa demikian:

“Adapun jama’ah (firqah) tabligh yang terkenal dari India itu, di dalamnya terdapat khurafat-khurafat, bid’ah-bid’ah dan kesyirikan-kesyirikan. Maka tidak boleh khuruj (keluar) bersama mereka. Kecuali kalau ada ulama yang ikut bersama mereka untuk mengajari mereka dan menyadarkan mereka, maka ini tidak mengapa. Tapi kalau untuk mendukung mereka, maka tidak boleh, karena mereka memiliki khurafat dan bid’ah. Dan orang alim yang keluar bersama mereka hendaknya menyadarkan dan mengembalikan mereka kepada jalan yang benar.” [2]

Shaleh Fauzan al Fauzan[3]  memiliki pendapat yang hampir serupa dengan mengatakan bahwa “Jamaah Tabligh adalah kelompok bid’ah shufiyyah, maka tidak boleh berjalan dan bermajelis dengan mereka.”[4]

Muhammad Nashiruddin Al Albani[5] saat ditanya soal Jamaah Tabligh menjawab, “Yang saya yakini bahwa da’wah tabligh adalah: sufi gaya baru. Da’wah ini tidak berdasarkan kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khuruj yang mereka lakukan dan yang mereka batasi dengan tiga hari dan empat puluh hari, serta mereka berusaha menguatkannya dengan berbagai nas, sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan nash secara mutlak.” [6]

Pendapat seputar Jamaah Tabligh

Para pengikut dan simpatisan JT tentu tidak perlu khawatir dengan opini para ulama di atas dan banyak fatwa ulama lain yang serupa. Karena, pendapat yang menganggap gerakan JT sesat didominasi oleh ulama Arab Saudi yang dikenal ekstrim dan kurang toleran dalam menilai kelompok lain. Sebagaimana diketahui ulama yang memiliki jabatan profesi di kerajaan maupun universitas Arab Saudi umumnya adalah mereka yang berfaham Wahabi atau Salafi.  Sebuah faham yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Kelompok yang mengklaim paling murni menjalankan ajaran Islam ini dikenal sering menghakimi kelompok lain dalam Islam sebagai bid’dah dan syirik.
Untungnya, Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakat yang awal berdirinya terinspirasi Wahabi tidak bertaklid pada opini ulama Wahabi dalam menilai JT. Dalam salah satu fatwanya, Majlis Tarjih Muhammadiyah menyatakan:

“Kelompok Jama‘ah Tabligh … itu belum dapat dikategorikan golongan yang sesat, kecuali jika ada hal-hal lain yang mereka lakukan yang berlawanan dengan rukun Islam dan rukun Iman, yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.”[7]

Yusuf Qardhawi termasuk di antara ulama kontemporer yang tidak menganggap JT sebagai gerakan sesat. Lebih dari itu, ia menganggap Maulana Muhammad Ilyas, pendiri JT, sebagai seorang da’i dan mujaddid (pembaharu) besar. Dan bahwasanya Maulana Ilyas termasuk di antara juru dakwah hebat yang pernah dikenal dunia Islam.[8]

Wahbah Az Zuhayli, pakar fiqh asal Suriah, sangat mengapresiasi gerakan ini. Penulis kitab Mawsu’ah al Fiqh al Islamy wal Qadhaya al Muashirah (14 jilid) ini bahkan sangat memuji JT. Dalam salah satu fatwanya ia mengatakan bahwa “anggota Jamaah Tabligh adalah orang-orang yang sangat baik, salih, dan zuhud dan banyak berkorban untuk menyebarkan akidah Islam. ”[9] Az Zuhayli bahkan menganggap sangat tidak pantas mempertanyakan status sesat atau tidak sesatnya JT. Bagi Az Zuhayli, orang yang mempertanyakan niat baik JT adalah orang yang dengki.[10] Berikut pertanyaan seputar JT dan jawaban lengkap dari Az Zuhayli:[11]

            مارأيكم في جماعة الدعوة والتبليغ؟
جماعة الدعوة والتبليغ هم الآن أمة التبليغ القائمة بفرض الكفاية‏،‏ وإن كان منهجهم على الطريقة الهندية وهي عرض الإسلام من جانب سلمي‏،‏ وربما يكون هذا مناسباً في مبدأ الأمر ليدخل الناس في دين الله ثم تكتمل ثقافتهم ومعرفتهم ببقية أحكام الإسلام. فهم إذن يستنون بسنة وسيرة النبي صلى الله عليه وسلم في التفرقة بين المرحلة الملكية والمرحلة المدنية
وعلى أية حال‏:‏ إن هجوم بعض الناس عليهم لا مسوغ له‏،‏ فهذا منهج أفضل من منهج المهاجمين الذين يتشددون في عرض الإسلام.
وهؤلاء الدعاة في غاية الصلاح والتقوى والزهد والتضحية من أجل نشر العقيدة‏،‏ فلماذا نسأل عنهم؟‏!‏ إلا لعرقلة مسيرة الدعوة والتبليغ‏،‏ وحسداً من الآخرين الذين يكفرون كما يكفرون أغلب المسلمين غيرهم.

Dalam dua paragraf terakhir (yang saya beri teks tebal), Az Zuhayli sedikit menyindir kelompok yang menyerang JT –yakni kalangan ulama Wahabi—dengan mengatakan bahwa JT jauh lebih baik dari pengeritiknya yang suka mengkafirkan orang lain selain kelompok mereka sendiri.

Kritik terhadap Jamaah Tabligh

Jadi jelas, bahwa JT bukanlah gerakan sesat. Di mata para ulama terkemuka dunia, mereka justru sebuah gerakan yang membawa berkah bagi umat Islam. Namun demikian, bukan berarti tidak ada kritik yang dialamatkan pada gerakan ini.  Beberapa kritik untuk sebagian (besar) anggota JT antara lain:
  • Kurang ilmu.  Kritik ini muncul dari Habib Mundzir Al Musawa seorang ulama Jakarta. Ia mengatakan bahwa JT hendaknya memprioritaskan mencari ilmu terlebih dahulu sebelum berdakwah atau berdakwah tanpa lupa mencari ilmu. Agar tidak terjadi fanatisme aliran dan tidak ngawur. Terutama saat mereka ditanya perihal agama pada saat menjalankan dakwahnya. Ia mengakui bahwa tidak semua anggota JT orang bodoh di bidang agama.
  • Komitmen pada hadits shahih perlu mendapat penekanan,
  • Metode khuruj dengan hitung-hitungan tertentu juga masih perlu didiskusikan.
  • Jika seseorang mau khuruj empat bulan dengan meninggalkan keluarganya maka yang harus diperhatikan adalah apakah sudah menyediakan nafkah untuk keluarganya selama mereka ditinggalkan. Khuruj begitu saja tanpa memperhatikan nafkah merupakan tindakan yang kurang bijak. Bertawakkal kepada Allah bukan berarti mengesampingkan usaha yang benar.
  • Hantam kromo. Dari semangatnya berdakwah sampai lupa etika berkomunikasi. Saat bersilaturrahmi pada ulama disamakan dengan cara ketika berbicara dengan orang yang buta huruf. Semua dalil yang dihafalnya keluar begitu saja tanpa rem. Padahal untuk mengambil hati orang pintar di bidang agama, cara terbaik adalah dengan bertanya, meminta saran dan petunjuk. Bukan menasihati. Bayangkan apabila anak TK memberi kuliah ilmu hitung pada seorang dosen matematika.
  • Fanatisme golongan. Tidak sedikit anggota JT yang secara eksplisit mengatakan bahwa orang yang di luar JT adalah “orang-orang yang belum mendapat hidayah.” Kata-kata ini jelas tidak benar, bodoh dan tidak taktis. Dan itu semakin memperkuat stereotipe yang menganggap bahwa JT kumpulan orang-orang yang “tidak pintar.”
  • India minded. Personil JT Indonesia terlalu dipengaruhi gaya berpakaian ala India. Itu bisa dilihat dari kesukaan memakai kurta (baju putih semi jubah), pakai sandal jepit dan kurang rapi.
Kesimpulan

Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah yang didirikan oleh seorang ulama India bernama Maulana Muhammad Ilyas pada 1920. Gerakan ini bertujuan untuk “mengislamkan orang Islam” yang kurang komitmen terhadap ajaran agamanya. JT bukanlah gerakan sesat. Ia juga bukan kelompok ekstrim yang mudah mengkafirkan orang lain. Walaupun fanatisme golongan terkadang muncul. Dengan sistem perekrutan yang terbuka dan seperti MLM (multi level marketing) di mana setiap anggota “diwajibkan” untuk mendapat anggota baru, maka gerakan ini tumbuh dengan pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Yang suka dan merasa cocok dengan metode dakwah JT dipersilahkan bergabung menjadi bagian da’i global. Yang tidak suka atau kurang cocok, tidak perlu ikut. Juga tidak perlu mencaci. Apalagi mengafirkan mereka.  Terlepas dari segala kekurangan para personil JT, mereka jelas telah berbuat sesuatu untuk Islam. Yang belum tentu dilakukan oleh para pengeritiknya. JT adalah bagian dari keindahan Islam yang yang membolehkan munculnya berbagai macam kelompok tapi tetap berpayung dalam satu akidah Islam.

Pada saat yang sama, JT juga hendaknya bermawas diri dan membuka kuping lebar-lebar terhadap kritik. Karena kritik tidak muncul dari ruang hampa.[]

[1] Saya memang membuka konsultasi agama melalui SMS dan internet (email, website, facebook, twitter) kepada siapa saja yang memiliki persoalan yang belum terjawab.
[2] Dari kaset Al Qaulul Balig Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1909 – 1999) adalah Mufti Agung Arab Saudi.
[3] Salah seorang mufti resmi Kerajaan Arab Saudi  anggota Lajnah Daimah lil buhuts wal ifta’ Arab Saudi.
[4] Shaleh Fauzan Al Fauzan, Al Ijabatu al-Muhimmah fil Masyakil al-Malammah, hal. 145.
[5] Muhammad Nashiruddin Al Albani adalah seorang ahli hadits universitas Islam Madinah.
[6] Dari kaset Al Qaulul Baligh fir Radd ‘ala Firqatit Tabligh.
[7] tarjihmuhammadiyah.blogspot.com 10 Oktober 2011
[8] Yusuf Qardhawi, Asy-Syaikh Abul Hasan An Nadwi Kama Aroftuhu (اشيخ أبو الحسن الندوي كما عرفته)
[9] وهؤلاء الدعاة في غاية الصلاح والتقوى والزهد والتضحية من أجل نشر العقيدة Lihat fatawa di zuhayli.com
[10] لماذا نسأل عنهم؟‏!‏ إلا لعرقلة مسيرة الدعوة والتبليغ‏،‏ وحسداً من الآخرين
[11] ibid

Mau Tangkap Teroris, Kerja samalah dengan Jamaah Tabligh !

05 Maret 2005 sebuah bom meledak di depan British International School di area City Center Doha Qatar. Seperti biasa, polisi bergerak cepat mengidentifikasi pelaku. Hasilnya, siapa pelaku dan gerombolannya akhirnya tertangkap.

Tentu ada yang berbeda dalam penanganan teroris di Qatar dan Indonesia. Kalau Polisi Qatar mengekor Polisi Indonesia dalam mengidentifikasi seperti apa “teroris”, tentu akan sangat kesulitan. Separuh penduduk Qatar, sehari-hari selalu bersorban dan tentunya berjanggut panjang. Para Wanitanya juga banyak yang bercadar. Lha apa semua harus dicurigai seperti statemen Pangdam Diponegoro.

Polisi Indonesia bukanlah semacam keledai yang selalu jatuh dilubang yang sama. Setiap ada kejadian bom, steoreotip yang kemudian muncul adalah, bahwa teroris itu bersorban, berjanggut dan berjubah. Stereotip semacam itu saya yakin bukan dari aparat kepolisian, tapi lebih dari media terutama televisi. :twisted:

Saya yakin, Pangdam Diponegoro pasti tidak hadir dan tidak melihat siaran berita televise ketika Kapolri Bambang Hendarso Danuri menunjukkan foto-foto para pelaku teror. Adakah diantara foto-foto yang dipaparkan Kapolri menunjukkan seorang yang bersurban, berjanggut bahkan berjubah. Ketika Imam Samudra, Ali Muklas dan Amrozi ditangkap dulu, adakah diantara mereka yang bersurban dan berjubah?.



Bukankah ketika ditangkap Imam Samudra sangat macho dengan kaos CONVERSE. Wah seharusnya orang berkaos CONVERSE-lah yang kudu diwaspadai. Iya to? :mrgreen:

Kembali ke Qatar
Pasca bom di City Center, Qatar sangat cerdik dalam memerangi teroris. Dan hasilnya, adalah tidak terulangnya lagi bom-bom meledak di Qatar. Padahal Qatar adalah target utama para militan di Bumi Arab, karena di Qatar lah pusat komando dan pangkalan militer Amerika dan terbesar di timur tengah.

Kerajaan Qatar tidak menjadikan Islam dan atributnya sebagai musuh, tapi justru menjadikannya sebagai kawan dalam memerangi kaum radikalis. Salah seorang pencetus kebijakan ini adalah Pangeran Fahd bin Hamad Al-Thani.

Beliau berhasil meyakinkan keluarga kerajaan, bahwa jamaah ini tidak akan mencampuri urusan politik. Dimana beliau memberi contoh pada praktik di India, Pakistan dan Bangladesh, dimana jamaah tabligh tak pernah sekalipun terlibat dalam politik praktis.

Pangeran Fahd sendiri adalah seorang simpatisan dan aktivis jamaah tabligh dan pernah berdakwah selama 40 hari di Papua.



Meskipun tidak memiliki nama resmi, symbol dan cirri-ciri sebagaimana lazimnya organisasi. Tapi sistem didalam jamaah tabligh sangat solid, efisien, dinamis dan accountable.

Saya yakin, tidak ada satu pun lembaga atau bahkan organisasi di tanah Jawa yang mengetahui dengan pasti jumlah masjid di Pulau Jawa. Tapi Jamaah Tabligh, mereka tidak hanya tahu berapa jumlahnya, tapi bahkan mendata dengan detil berapa jumlah orang yang sholat dan tidak sholat disekitar masjid. Mana yang pro dan kontra. Pokoknya data mengenai bagaimana kondisi dan situasi umat Islam setempat komplit sekomplitnya.

Kerajaan Qatar dengan cerdik memanfaatkan ketelitian Jamaah Tabligh ini. Selain untuk mematai-matai pergerakan faham Islam Teroris, juga untuk mempersempit ruang gerak mereka. Karenanya di Qatar ada sebuah nasehat umum “Ikut jamaah tabligh atau diam!”, karena mencerca jamaah tabligh berarti mencerca Kerajaan.

Orang-orang jamaah tabligh ini emang “kurang ajar”, jika mereka bergerak disuatu kampung, dan melihat ada orang yang potensial, mencurigakan, menentang bahkan orang asing, maka selama 2 atau 3 hari berturut-turut akan selalu “dikejar” oleh jamaah tabligh.

Lalu di malam hari mereka akan menyebut nama orang tersebut dalam do’a sholat tahajjud selama 3hari 3malam dengan tangisan yang menyayat hati.

Maka jangan heran, bila ada preman bisa berubah 100 derajat padahal hidup mereka sebagai jamaah tabligh juga masih sama saja secara ekonomi. Bukan karena doktrin, tapi doa yang dibumbui dengan keikhlasan. Dan bukan hanya seorang, tapi bisa belasan orang.

Percayalah, para kaum teroris itu tidak akan bisa jauh dari masjid. Terbukti, Dani sang bomber terbaru, direkrut oleh Saefuddin Jaelani di Masjid. Di Indonesia, memang tidak semua masjid mau menerima jamaah tabligh, tapi setidaknya itu tidak menghalangi kepolisian Indonesia untuk meniru kepolisian Qatar dalam mempersempit ruang gerak teroris.

Hasil kebijakan kerajaan Qatar bisa dilihat, tak ada lagi bom meledak di Qatar. Padahal arus imigran ke Qatar semakin deras, banyak diantara mereka yang berasal dari Pakistan, Afghanistan dan Mesir yang terkenal radikal.

Ditambah lagi kebijakan kerajaan juga semakin sekuler, terbukti dengan berdirinya Gereja Katolik Terbesar di Timur Tengah yang diresmikan pada tahun 2007. Ditambah lagi laju inflasi yang mencapai rata-rata 13% perbulan, sedangkan gaji dari perusahaan meskipun kelihatan banyak di negeri asal, tapi sangat tidak mencukupi untuk hidup di Qatar yang sangat mahal.
Tapi semua aktifitas para radikalis tersebut, selalu terekam oleh gerak jamaah tabligh, baik yang baru datang yang lama bermukim atau bahkan yang sering berpindah-pindah rumah pun terekam.
Melawan teroris dengan senjata hanya akan semakin menebalkan keyakinan mereka. Sedangkan berharap agar mereka berpindah faham ke yang lebih moderat lewat ceramah para da’i-da’i panggung juga percuma. Bagi mereka, dai – dai di televisi tak ubahnya badut…. oohh jamaah :mrgreen:
Maka jalan yang terbaik adalah, biarkan mereka tetap dalam ke-fundamentalisme-nya dan dalam jihadnya. Tapi jihad yang berbeda, yaitu Jihad Tabligh: Jihad tentang memikirkan Islam, menyampaikan Islam, menyebarkan Islam dan menghidupkan Islam. Bukan jihad perang atau jihad balas dendam atau jihad membela Tuhan sebagaimana faham teroris.

Ada hikmah menarik ketika Gus Dur duduk satu meja dengan Gus Ron salah seorang syura jamaah tabligh Indonesia. Gus Dur berkata bahwa tidak mungkin Indonesia akan menang bila perang melawan Amerika. Dijawab oleh Gus Ron, “makanya kita kirim jamaah dan berdakwah disana, kita Islamkan Amerika bukan malah kita perangi”

Mantan Kapolda Jawa Timur, Anton Bahrul Alam, memiliki kebijakan yang hampir serupa dengan kerajaan Qatar. Sebulan setelah dilantik dia telah mengunjungi hampir seratus masjid. Alasan dia kepada public adalah sederhana. “Ingin polisi yang seperti bandit atau polisi yang seperti malaikat?”.

Saya yakin, disamping bermaksud untuk bersilaturrahmi, beliau juga pasti ingin menghidupkan masjid sebagai sel-sel penting untuk menciptakan keamanan. Baik dari kejahatan maupun dari teroris.

Polisi seharusnya mencermati adanya permusuhan antara Jamaah Teroris dengan Jamaah Tabligh. Hemat saya, Bom JW.Marriot dan Ritz Carlton (2009) tidak hanya ditujukan untuk mengacaukan Pilpres dan Kedatangan MU. Tapi disaat yang bersamaan, juga sedang berlangsung pertemuan akbar jamaah tabligh yang dihadiri hampir 300.000 manusia di Serpong, Jakarta.
Hasilnya, hanya kedatangan MU yang berhasil digagalkan. Sedang acara di Serpong tetap jalan terus selama tiga hari tiga malam.

Untuk Pangdam Diponegoro atau Kapolda Jawa Tengah, jika ingin menangkap banyak-banyak jamaah tabligh. Tinggal tunggu saja malam jum’at, datangi markaz tabligh yang ada di Magelang, Solo dan Semarang lalu ciduk semua, beres to.
Tapi, kalau ingin mempersempit ruang gerak teroris di Jawa Tengah, Kapolda sama Pangdam nggak usah malu-malu. Minta saja kepada setiap markaz tabligh untuk menggerakkan jamaah ke setiap mahalla (daerah terkecil dalam administrasi jamaah tabligh).



Intinya, tirulah Kapolda Jawa Timur (waktu itu), Anton Bahrul Alam. Yang Sukses menggerakkan masjid sebagai mata dan telinga aparat bukan malah memasang mata dan telinga aparat mengawasi masjid.

source : RODA2

Syahid Ketika Sedang Keluar 40 Hari Dakwah dan Tabligh

2 Agustus 2012/ 13 Ramadhan 1433H. Seorang rakan seusaha dari Semporna, saudara Isnani syahid di jalan Allah sewaktu sedang khuruj 40 hari fi Sabilillah menjalankan usaha dakwah dan tabligh. Wajah tenang ini tidak ramai yang mengenalinya. Seorang yang zuhud dari segi dunianya, saya yakin melihat kepada keadaan dirinya, komputer dan internet pun beliau tidak pandai apalagi Facebook dan Blog. Bukan juga beliau ini seorang yang ternama bahkan adalah beliau adalah di kalangan orang kebanyakan yang biasa. Namun akhir kehidupannya membuatkan beliau seorang yang luar biasa. Semalam saya bersama rakan-rakan seusaha dari Semporna turut membantu menguruskan jenazahnya. Sangat tenang wajahnya. Saya abadikan gambar dan kisahnya di sini, sebagai pengajaran dan pembakar semangat buat para da’ei yang merindui syahid di jalan Allah.

Namanya yang biasa kami panggil ialah Isnani, seorang pemuda yang periang dan mudah mesra dengan sesiapa sahaja. Beliau menetap di sebuah penempatan ladang kelapa sawit yang jauhnya kira-kira 40km dari pekan Semporna. Sewaktu hayatnya beliau sering beriktikaf di surau Kg Perigi Semporna. Surau yang biasa menjadi transit mana-mana jemaah yang dihantar ke Semporna. Salah satu surau yang hidup amal jemaah masjid di Semporna.

Sewaktu takaza persiapan Ijtimak Lahad Datu dibentangkan, beliau antara yang banyak menginfakkan masa dan tenaganya di medan ijtimak beberapa minggu sebelum menjelangnya ijtimak. Sikapnya yang mesra dengan sesiapa sahaja membuatkan beliau sangat disenangi. Saya juga senang dengan gurauannya yang banyak mengingatkan saya kepada kehidupan akhirat.

Bagi yang memberi masa untuk khidmat di ijtimak Lahad Datu tempoh hari mungkin sangat biasa dengan seraut wajah ini. Beliau memberi masa berminggu-minggu di medan ijtimak membantu kerja-kerja yang patut. Saya dan rakan-rakan seusaha dari Semporna waktu itu hanya mampu memberi masa hujung-hujung minggu sahaja untuk khidmat. Lazimnya kami datang Jumaat malam dan pulang pada Ahad malam. Pernah suatu malam hari Ahad sewaktu saya mahu balik ke Semporna dari khidmat di Lahad Datu itu, arwah mengiringi kami sampai ke kereta dan mengajak kami tambah masa untuk khidmat, tapi kami tak dapat nak tambah masa disebabkan banyak kekangan, semoga Allah ampunkan kami yang hanya mampu korbankan masa tersisa hujung minggu itu sahaja.

Masih terngiang-ngiang di telinga saya, sewaktu kami semua telah masuk ke dalam kereta dan bersiap hendak pulang ke Semporna, selepas injin dihidupkan, arwah yang berdiri di luar kereta telah bercakap sesuatu dalam bahasa Tausug/Suluk yang saya tidak fahami, tetapi saya mendengar satu Avanza rakan-rakan seusaha bertakbir “Allahu Akbar”. Saya tanya salah seorang dari jemaah Semporna yang di dalam kereta itu, “Apa yang dia cakap, saya tak berapa paham, apa maksudnya” Kawan saya pun menterjemahkan apa yang beliau cakapkan itu iaitu katanya: “Janganlah balik rumah tuan, rumah sebenar kita bukan di dunia, tapi rumah sebenar kita adalah adalah di syurga.” Allahu… Saya turut terkedu. Waktu tu kami hanya mampu tertunduk malu dan meneruskan perjalanan balik ke Semporna meninggalkan beliau yang menyambung khidmat di tapak ijtimak.

Selepas ijtimak beliau bersungguh-sungguh untuk keluar 40 hari pula. Dan jemaah beliau dihantar untuk jalankan usaha dakwah dan tabligh di kawasan penempatan-penempatan ladang kelapa sawit di Semporna yang jauh dari pekan, kawasan yang agak muhajadah dan bukan calang-calang jemaah sanggup jalankan usaha di kawasan ladang. Pernah di sebuah ladang, jemaah ini diusir oleh pengurusnya. Hendak dijadikan sebab, sewaktu awal-awal khuruj beliau masih sihat. Masa terus berjalan sehinggalah beberapa masjid dan surau yang terakhir ini, beliau sering sesak nafas. Orang Sabah bilang ‘ampus’. Pernah dikejarkan ke hospital kerana sesak nafas seminggu yang lalu sewaktu masih di Tagasan.

Route terakhir 40 hari, Surau Indani, Bugaya, pagi semalam (12 Ramadhan) lepas bayan subuh arwah duduk berselimut sambil berzikir seorang diri tatkala jemaah yang lain menyambung rehat mereka. Amir jemaah Hj Anwar menceritakan kepada kami beliau mendengar arwah berzikir dengan suara yang lemah dan sayu. Tidak beberapa lama kemudian tiba-tiba jemaah terjaga mendengar arwah menjerit menahan sakit di dada ‘Allahu Akbar!’ dalam keadaan sesak nafas.

Tanpa membuang masa arwah segera dikejarkan ke hospital Semporna akan tetapi sudah takdir Allah ingin memuliakannya di bulan yang penuh keberkatan ini. Lidah arwah sibuk dengan zikir sebelum menghembus nafasnya yang terakhir di pangkuan rakan jemaahnya Wafi dan Muhammad di dalam Van Hj Anwar sewaktu dalam perjalanan ke hospital. Mengenangkan arwah membuatkn saya menangis, inilah kematian yang amat dicemburui.

Dan hari ini, di bulan yang berkat ini, Allah telah menghantar Isnani untuk melawat rumahnya yang sebenar iaitu di syurga. Meninggalkan para da’ei dengan perasaan cemburu yang amat sangat. Ya Allah bagaimanakah pula pengakhiran kami nanti. Sama-sama kita tanamkan azam dan niat untuk keluar di jalan Allah 40 hari dan 4 bulan secepat mungkin insyaAllah.
Maksud firman Allah s.w.t:

“Dan jangan sekali-kali engkau menyangka orang-orang yang terbunuh (yang gugur syahid) pada jalan Allah itu mati, (mereka tidak mati) bahkan mereka adalah hidup (secara istimewa) di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki;

(Dan juga) mereka bersukacita dengan kurniaan Allah (balasan mati Syahid) yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan mereka bergembira dengan berita baik mengenai (saudara-saudaranya) orang-orang (Islam yang sedang berjuang), yang masih tinggal di belakang, yang belum (mati dan belum) sampai kepada mereka, (iaitu) bahawa tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.

Mereka bergembira dengan balasan nikmat dari Allah dan limpah kurniaNya; dan (ingatlah), bahawa Allah tidak menghilangkan pahala orang-orang yang beriman. (Surah Ali ?Imran:169-171)

Muhammad Ishak Zaini
2 Ogos 2012
13 Ramadhan 1433H

Rabu, 25 Juli 2012

Usaha Dakwah dan Tabligh Para Walisongo

Para Wali Songo yang datang ke tanah Jawa bukan sendiri sendiri dan tanpa program beliau meninggalkan keluarga dan kampung halamannya dan bukan sekedar kebetulan beliau berkumpul dengan sahabatnya yang lain. Para Da’i dan Walinya Allah yang masuk ke tanah Jawa ini tidak hanya satu rombongan saja seperti anggapan kebanyakan orang. Sesungguhnya semua ada 5 periode atau 5 rombongan. Dalam 1 rombongan semuanya berjumlah 9 (sembilan) orang dan setiap satu rombongan semuanya memiliki keistimewaan atau keahlian sendiri sendiri.yang sangat Munasib ada yang ahli tata Negara, ahli ilmu Dinniyah atau Agama, ilmu teknik, ahli seni, dll. Periode yang pertama Amir rombongannya adalah:
  1. Syech Maulana Malik Ibrohim makamnya di Gresik.
  2. Syech Maulana Ibrohim As Samarqondi makamnya di Gresik Harjo Tuban.
  3. Syech Maulana Ishak makamnya di Aceh.
  4. Syech Maulana Ibrohim Jamadil Qubro makamnya di Pamijahan Jabar.
  5. Syech Maula Achmad Jamadil Qubro makamnya di Trowulan Mojokerto.
  6. Syech Maulana Subakir pulang Palestina.
  7. Syech Maulana Sulthon Hasanuddin makamnya di Banten Lama.
  8. Syech Maulana ‘Aliyuddin, adik Sulthon Hasanuddin makamnya di gunung Santri Cilegon.
  9. Maaf kitabnya terkoyak karena terlalu kuna, hanya beliau pulang ke Tigriets Irak.
Selang 9 tahun Hijriyah datang lagi satu rombongan periode yang ke 2, di pimpin Amir rombongan Syech Maulana Rochmat yang di kenal dengan julukan Raden Rochmat atau Sunan Ampel karena bertempat di Desa Ampel Dento Surabaya. Adapun anggotanya yang sebanyak 8 orang itu kebanyakan anggota yang lama di sebabkan anggota yang lama sudah berkurang karena wafat, yakni Syech Maulana Ibrohim As Samarqondi yaitu ayah Sunan Ampel Syech Maulana Ibrohim Jamadil Qubro sedangkan Syech Subaqir pulang ke Palestina awal tahun ke 8. Periode yang ke 3 datang pada tahun yang ke 7. Priode yang ke 3 ini di Amiri oleh putra tunggal dari Syech Maulana Ishaq wafat di Aceh pada saat mendirikan sebuah Masjid di Banda Aceh. Adapun menurut Kitab Tarihul Auliya’, Syech Maulana Ainulyaqin adalah pengamal fiqih Al Hanafiyah yang sangat istiqomah seperti ayahnya, dan yang menjadi Ma’mur atau anggota dari rombongan yang ke 3 ini iyalah:
  1. Syech Maulana Rohmatulloh yaitu Sunan Ampel, fiqihnya Hanafiyah.
  2. Syech Maulana Maghdum Ibrohim atau Sunan Bonang fiqihnya As Syafi’iyah.
  3. Syech Maulana Qosim Syarifuddin atau Sunan Drajat Al Hanafiyah.
  4. Syech Maulana Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus Al Malikiyah.
  5. Syech Maulana Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati Al Hanafiyah.
  6. Syech Maulana Fatahillah Al Hanafiyah.
  7. Syech Maulana Muhammad Sa’id atau Sunan Kali Jaga pengganti Syech Siti Jennar yang kena HUKUM KISHOS karena melanggar tertib Da’wah pada saat itu.
  8. Syech Maulana Ainur Rohmat atau Sunan Sendang 9km di sebelah barat dari Makam Sunan Drajat di desa Sendang satu kecamatan dengan Sunan Drajat.
Periode yang ke 4 (empat) Amir rombongannya adalah Syech Maulana Sulthon Fatahillah yang di kenal sebagai Raden Patah cucu dari Raja Brawijaya yaitu Raja Majapahit sendiri, yang Ma’murnya kebanyakan orang lama yaitu:
  1. Sunan Giri.
  2. Sunan Bonang.
  3. Sunan Sendang.
  4. Sunan Tembayat.
  5. Sunan Geseng.
  6. Sunan Kudus.
  7. Phai Lie Bang.
  8. Syech Maulana Taufiqur Rohman nama Tiong Hwoa-nya K. Cheng Hoo.
Perlu di ketahui bahwa ke lima Rombongan ini mulai dari priode yang pertama sampai yang ke lima semuanya di beri BAYAN HIDAYAH atau istilah di dalam kitab Tarihul Aulya’ di BAI’AT di Masjid Nabawi Madinatul Munwwaroh al Arobiyyah Saudiyyah, sedangkan rombongan yang seterusnya sudah tidak di Bayan Hidayah di Masjid Nabawi lagi. Periode rombongan yang ke 5 (lima) di Amiri oleh Syech Maulana Umar Syahid atau Sunan Muriya As Syafi’iyah putra Sunan Kali Jaga yang pada saat itu ber-usia 25 tahun. Adapun urutannya:
  1. Sunan Giri.
  2. Sunan Bonang.
  3. Sunan Drajat.
  4. Sunan Sendang.
  5. Sunan Gunung Jati
  6. Sunan Muriya yang ber-usia 19th.
  7. Syech Maulana Taufiqur Rohman yang nama Tiong Hwoa-nya K. Cheng Hoo As Syafi’iyah.
  8. Sunan Kudus.
di Kerajaan Demak sudah di dirikan Masjid yang menjadi Markaz beliau dan sudah sering di datangkan dari Negeri, lndia sekarang. Dan juga karena tekanan dari misionaris dari Nederland, Portugis, dan Inggris yang menjajah Asia sehingga sangat banyak Ulama yang di bantai oleh mereka. Untuk menyiasati kejahatan orang orang kristen pada saat itu para Da’i kita untuk keluar di Jalan Allah sekarang di sebut Khuruj Fii Sabilillah tidak di batasi sebanyak 9 (sembilan) orang lagi dalam satu rombongan, namun program dan tertib Da’wah awal tetap di jalankan dengan Istiqomah. Seperti Nishab, rute perjalanan, program Silaturrahmi wilayah yang jadi tujuan, Musyawarah, Ta’lim, tetap di jalankan seperti bisanya seolah olah tak pernah terjadi suatu apapun tetap TAWAJJUH dan tidak terkesan dengan keadaan di luar lingkungan program putusan musyawarah. Target utamanya adalah Da’wah jadi siapapun manusianya di ajak ber-Tuhan kepada Allah SWT dan ber-’Amal Sholeh. Tidak ber-Tuhan kepada Mahluk !

Hati Manusia Ibarat Tanah Yang Kosong

“ Dalam setiap tubuh manusia ini ada segumpal daging. Kalau daging ini baik maka akan baik seluruh tubuhnya. Kalau daging ini buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya. “ (Al Hadits )

Apakah yang dimaksud dengan segumpal daging itu ? itulah Hati. Kalau hati manusia itu baik, maka akan baik seluruh amal perbuatannya. Kalau hati manusia itu buruk, maka akan buruk seluruh amal perbuatannya. Begitulah kehidupan yang baik dan tidak baik dalam dunia ini bukan disebabkan karena kemajuan dari pada kebendaan-kebendaan tetapi bergantung pada manusianya. Kalau manusia ini baik maka dunia ini akan menjadi baik keadaannya. Kalau manusia ini buruk maka dunia ini akan menjadi buruk keadaannya. Untuk memperbaiki keadaan di dunia, para Nabi membuat usaha perbaikan atas manusia. Sebab keburukan-keburukan yang ada atau yang terjadi di dunia ini akibat daripada amal-amal buruk manusia.

Kata Ulama karena manusia ini diciptakan daripada unsur tanah, maka manusia ini mempunyai kesamaan sifat dengan tanah. Apa sifat tanah ?
Tanah kalau tidak digarap mempunyai 4 fase :
  1. Fase ditumbuhi rumput-rumputan –> Binatang ternak : sapi, kambing.
  2. Fase ditumbuhi ilalang / semak belukar –> Binatang buas : singa, macan, serigala.
  3. Fase ditumbuhi pepohonan –> Binatang perusak : monyet, babi.
  4. Fase Hutan Belantara –> Binatang berbisa : ular, kalajengking.
Kalau tanah ini tidak digarap atau diusahakan maka diatasnya akan tumbuh rumput-rumputan. Kalau diatas tanah itu tedapat rumput-rumputan maka yang datang kepada tanah itu adalah binatang ternak, seperti : kambing, sapi, kerbau, yaitu pemakan rumput. Begitulah keadaan manusia ini kalau tidak diperjuangkan, dia sifatnya akan seperti binatang ternak. Apa sifat binatang ternak ? sifat binatang ternak itu “Egois” dan dzikirnya “Makan”. Hanya memikirkan makan saja, sehari-hari hanya memikirkan makan saja. Dan ketika makan itu dia tidak akan memikirkan nasib teman-temannya., tetangganya, kerabatnya, yang penting dia kenyang sendiri. Ketika makan dia tidak punya ethic atau adab, ini rumput dia atau rumput temannya sama saja. Apa yang dia suka itu yang di makan, walaupun rumput itu ada didepan temannya. Kalau temannya kelaparan dia tidak ada niat untuk memberi atau mengasih kepada yang kelaparan itu. Dia tetap saja akan makan sendiri. Kalau ada temennya sakit tidak ada usaha untuk menengok atau mengusakan kesembuhan untuk temannya. Kalau sama-sama diperjalanan, kawannya membawa beban yang berat, sehingga kawannya terjatuh tidak kuat berjalan, dia tidak akan berhenti dan menolong temannya yang terjatuh atau memindahkan beban barang untuk ditanggung sebagian. Dia akan tinggalkan kawannya dan terus berjalan tidak peduli dan tidak acuh pada penderitaan temannya. Walaupun kawannya jatuh dan mati dia tidak akan ambil peduli. Itulah sifat daripada binatang ternak. Begitulah kata ulama jika manusia ini tidak diperjuangkan, maka akhlaq atau sifatnya akan menurun menjadi seperti binatang ternak. Dia hanya akan mementingkan diri sendirinya saja, tidak peduli kepada yang lain, yang penting dia kenyang sendiri dan senang sendiri, yang lain susah tidak perlu dipikirkan. Tidak ada program untuk menolong atau membantu teman atau tetangga yang kesusahan, hanya mementingkan diri sendiri saja. Orang lain mederita atau sakit tidak ada usaha untuk menengok, menghibur, atau menyembuhkannya. Orang lain bebannya berat tidak peduli atau tidak mau menolong membantu meringankan daripada kesusahannya. Kalau kita lihat manusia-manusia yang seperti ini sudah wujud atau sudah ada di dunia ini. Dan sudah banyak yang akhlaqnya seperti ini.
Kalau tidak diperjuangkan lagi, tidak digarap, maka padang rumput itu akan berubah menjadi semak belukar, menjadi padang alang-alang. Dan ketika sudah berubah menjadi padang ilalang maka yang akan datang adalah bukan lagi binatang ternak, tetapi binatang buas seperti singa, harimau, srigala. Binatang buas seperti itu suka pada padang ilalang. Dan sifat-sifat binatang buas ini lebih buruk daripada sifat binatang ternak. Kalau binatang ternak tadi sifatnya egois, mementingkan diri sendiri, tetapi dia tidak merusak kepada yang lain. Kalau binatang buas ini untuk kepentingan dirinya, untuk mengenyangkan dirinya, dia binasakan hewan yang lain. Singa ini menerkam kuda, kambing, kerbau, rusa, menerkam binatang-binatang yang lain, untuk memenuhi daripada kebutuhannya. Maka begitu juga jika diri manusia ini jika tidak diperjuangkan maka dia akan merosot akhlaqnya seperti akhlaq binatang buas. Untuk kepentingan dirinya dia hancurkan yang lain, dan dia binasakan yang lain. Yang semacam ini sudah kita lihat banyak pada diri manusia saat ini. Bentuknya manusia tetapi sifatnya seperti binatang buas. Pekerjaannya membinasakan, menghancurkan, menyusahkan kehidupan daripada yang lainnya, untuk kepentingan dari pada dirinya.

Jika tanah itu tidak digarap lagi maka yang tumbuh berikutnya setelah padang ilalang akan tumbuh pohon-pohon yang tinggi-tinggi. Kalau pohon yang tinggi-tinggi sudah tumbuh, maka akan masuk ke hutan yang semacam itu binatang-binatang jenis perusak. Seperti monyet, babi, yang sukanya ditempat yang semacam itu. Binatang ini adalah sifatnnya lebih buruk daripada binatang buas. Kalau binatang buas itu seperti singa kalau udah kenyang makannya, maka dia tidak akan mengganggu yang lain. Walaupun kerbau lewat di hadapannya, ada disampingnya, dia tidak akan terkam, kalau sudah kenyang dia cukup. Begitu juga jenis buaya, kalau lapar datang ke kubangan tempat kerbau minum air, maka dia akan terkam kerbau yang ada disitu, lalu dimakan ramai-ramai. Kalau buaya ini sudah kenyang maka walaupun kerbau itu mandi sama-sama dengan buaya tidak akan di terkam, dan tidak diganggu. Tetapi kalau binatang perusak semacam monyet dan semacam babi tidak seperti itu. Kalau monyet atau babi ini datang ke kebon orang, mungkin yang dimakan tidak banyak, tetapi satu kebun diacak-acak oleh dia walaupun tidak dimakan. Itulah sifat binatang perusak. Maka para petani banyak dijengkelkannya dan dirugikannya. Kalau hanya sekedar untuk makan si monyet dan si babi, bagi petani tidak jadi masalah, tetapi masalahnya walaupun sudah cukup makan tetapi yang lain dirusaknya semua. Hari ini manusiapun sudah banyak yang bersifat seperti itu. Tidak cukup dengan mengenyangkan isi perutnya saja, tetapi baru puas ketika melihat orang lain susah, melihat orang lain sengsara. Jika kita tidak berjuang atas manusia maka akan timbul manusia yang seperti ini.

Kalau tanah dibiarkan lagi tidak digarap, maka hutan ini akan menjadi hutan belantara, tumbuh pohon-pohon besar yang rindang-rindang sehingga menyebabkan hutan menjadi lembab dan sinar matahari tidak dapat masuk. Maka di tempat-tempat seperti ini akan hidup binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan sebagainya. Sifat binatang ini lebih buruk daripada sifat binatang lainnya tadi. Seperti ular jika dia mematuk binatang yang lain bukan untuk dimakan tetapi hanya untuk kebanggaan saja. Jika ular itu mematuk kerbau, maka tidak untuk dimakan kerbau itu, tetapi si ular bangga bisa membunuh kerbau yang besar dengan bisanya itu. Kerbau tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak dimakan oleh si ular. Hanya untuk kebanggaan, hanya untuk kesenangan, hanya untuk kepuasan hati, dibinasakannya binatang-binatang yang lain oleh ular. Begitu juga jika manusia tidak diperjuangkan akan sampai ke tahap itu. Manusia macam ini hanya untuk iseng saja demi kesenangan dia semata, mampu membinasakan, merugikan, dan menghancurkan daripada yang lain. Dan orang-orang yang semacam inipun sudah banyak di dunia ini. Inilah yang terjadi jika kita meninggalkan usaha atas perbaikan diri manusia ini. ***

Kamis, 19 Juli 2012

Dalil tentang Iman dan Amal Soleh

Dalil – dalil didalam Alquran tentang Iman dan Amal Soleh (yang maknanya) :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguh-nya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: An-Nahl: 97)


“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr 1-3)


“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(QS: Al-’Araaf: 96)


“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS: Al-Baqarah: 62)


“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah “salaam”"(QS: Ibrahim: 23)


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.”(QS: Yunus: 9)


“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.“(QS: Al-Ankabut: 7)


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,“(QS: Al-Anfal: 2)


“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS: An-Nur: 55)


“Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),”(QS: Thaahaa: 75)


“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS: Al-Hajj: 38)


“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS: Al-Baqarah: 257)


“dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.“ (QS: Al-Hajj: 54)


“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.“(QS: An-Nisaa: 141)


“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS: Al-Hajj: 77-78)


“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. “ (QS: Al-Baqarah: 62)


“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perk.ataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orangorang yang akan mewarisi, (ya’ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya,” (QS. al-Mu’minun : 1-11)


“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d: 28-29)


“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 256).


“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat : 10).


“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.” (Al-Hujurat : 14).


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. Katakanlah (kepada mereka): “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar”.Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hujurat : 15-18).


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. “(Al-Bayyinah : 7).


“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. ” (QS Al-Bayyinah 8)


“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. “(QS An-Nisaa’ 69)


“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS Muhammad : 15)


masih banyak lagi dalil-dalil didalam Alquran dan Hadist tentang Iman dan Amal Soleh dan yang lebih penting lagi adalah Usaha atas Iman…..

Pentingnya Usaha atas Iman dan Amal Sholeh

Assalamu’alaikum Wr Wb….

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih diberikan kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah SWT.

Hidup di dunia ini hanya sementara saja, dan umur manusia hanya sekitar 60 – 70 tahun saja rata-rata, tidak ada yang abadi. Allah ciptakan keabadian hanya untuk di akherat. Apa yang ada di dunia ini dan apa yang di usahakan oleh manusia tidak ada yang kekal. Jadi apa yang diusahakan manusia ini pasti musnah, ini mutlak adanya dan bukan teori. Tidak ada yang kekal di dunia ini, rumah akan hancur, mobil akan rusak, umur akan habis, harta akan ditinggalkan, bahkan alam ini akan hancur pada waktunya, semuanya memiliki batasan. Tidak ada yang tidak terbatas didunia ini, semuanya ada batasannya, yang tidak terbatas nanti di akheratnya Allah. Jadi yang namanya dunia ini penuh dengan ketidak pastian dan tipuan. Sedangkan kepastian ini akan datang hanya dengan janji-janji Allah di akherat, inilah yang pasti dan yang kekal. Masalahnya hari ini manusia kerjanya hanya mengusahakan perkara-perkara yang tidak pasti dan tidak abadi, mati-matian lagi. Inilah yang namanya kebodohan dan inilah yang namanya tertipu. Ibarat kita pergi berlayar dengan kapal lalu kita mampir hanya untuk transit di suatu pulau. Lalu dipulau itu kita mati-matian kerja, bangun rumah, seakan-akan kita akan menetap, padahal itu hanya tempat pemberhentian sementara. Ketika kapal akan melanjutkan perjalanan maka kita harus naik ke kapal itu tidak mungkin tinggal. Maka suatu kebodohan jika kita keluarkan seluruh barang dan usaha kita untuk membangun kehidupan yang akan kita tinggalkan.

Nanti akan datang suatu masa dimana manusia akan terkaget-kaget dan terbelalak melihat kenyataan yang sebenarnya. Ketika itu, semua manusia akan menyesal dan minta dikembalikan ke dunianya untuk beramal. Tetapi ketika itu semua penyesalan sudah tidak ada gunanya. Kehidupan akherat akan terbentuk dari apa yang diusahakan oleh manusia ketika masih hidup di dunia. Segala amal baik dan amal buruk akan kita rasakan hasilnya nanti di akherat. Amal yang membawa ridho Allah akan mengantarkan kita ke Surga dan Amal yang membawa Murka Allah akan mengantarkan kita ke Neraka Allah. Sedangkan kehidupan kita di Surga ataupun di Neraka sifatnya adalah Abadi, tidak seperti di dunia yang sifatnya sementara. Jadi pilihannya nanti di akherat antara bahagia selama-lamanya atau menderita selama-lamanya.

Dunia ini adalah tempat untuk kerja bagi orang beriman. Apa kerjanya yaitu usaha atas perintah-perintah Allah. Sedangkan untuk orang yang tidak beriman, Dunia ini adalah tempat tinggal mereka dan tempat untuk mencari kesenangan bagi mereka. Sedangkan di akherat orang yang tidak beriman tidak akan mendapatkan bagian apa-apa selain kesengsaraan yang abadi yaitu di Nerakanya Allah sebagai tempat tinggal mereka selama-lamanya. Jadi dunia ini bagi orang beriman bukan tempat untuk bersenang-senang, tetapi tempat untuk sbersabar atas aturan Allah. Nanti ada masanya jika kita mau sabar di dunia, maka di akherat Allah akan sediakan masa yang tidak terbatas untuk kita buat bersenang-senang. Di dunia ini semuanya ada batasannya tidak ada yang abadi. Senang ada batasnya, Susah ada batasnya, Bahagia ada batasnya, Sedih ada batasnya, Sehat ada batasnya, Sakit ada batasnya, apa pembatasnya yaitu mati. Setelah mati lain cerita, tergantung amal yang kita kerjakan ketika di dunia. Orang yang senang hidup di dunia, tidak mungkin senang selama-lamanya karena suatu saat dia pasti akan mati. Tetapi setelah mati belum tentu di akherat dia akan senang. Orang yang susah ketika di dunia ada batasnya, paling susah adalah mati, tetapi setelah mati belum tentu dia susah di akherat. Kalau dia sabar di dunia taat pada perintah Allah bisa saja dia mendapatkan kebahagiaan selama-lamanya di akherat dan masuk surga lebih dulu 500 tahun dibanding orang kaya. Begitu juga dengan bahagia dan sedih, sehat dan sakit, semuanya dibatasi oleh mati, setelah mati semuanya selesai. Jadi sementara saja sifatnya di dunia, pindah alam lain ceritanya lagi, tergantung amal yang kita kerjakan di dunia. Jadi kehidupan yang sukses di dunia adalah kehidupan yang dapat mengantarkan kita kepada Surganya Allah. Selain itu adalah kehidupan yang gagal.

Ciri-ciri orang yang menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya dapat terlihat dari usahanya yang mati-matian sehingga melalaikan perintah Allah demi sesuatu yang sifatnya sementara saja kenikmatannya. Sedangkan ciri-ciri orang yang menjadikan akherat sebagai tempat tinggalnya dapat terlihat dari kesibukannya atas amal-amal agama sehingga dia rela meninggalkan kenikmatan dunia demi kehidupan di akherat. Orang yang menjadikan akherat sebagai tempat kembalinya maka dia akan selalu mengedepankan nilai amal dalam setiap keadaan, pekerjaan dan perbuatannya. Sedangkan orang yang menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya maka dia akan selalu mengedepankan nilai-nilai keduniaan dan kebendaan dalam setiap keadaan, pekerjaan, dan perbuatannya. Seorang Ahli Dunia ini akan bekerja mati-matian demi yang namanya harta dan benda agar dia bisa mendapatkan rasa aman dari kehidupannya di dunia. Seperti dengan usaha atas harta untuk dapat membeli rumah, mobil, pakaian, listrik, air, telepon, dan lain-lain. Sehingga seseorang harus berusaha mati-matian, kerja lembur, demi bisa memenuhi rasa amannya untuk hidup di dunia ini. Ketika keduniaannya terganggu atau tidak terpenuhi maka dia akan cemas dan takut. Rasa takut inilah yang menyebabkan Ahli dunia ini sengsara, yaitu takut miskin, takut susah, takut dipecat, takut segala-galanya, takut kepada selain Allah. Sedang Ahlul Iman Rasa Takut yang menyebabkan dia bahagia, yaitu takut kepada Allah.

Padahal yang namanya keamanan dan kenyamanan ini datangnya dari Allah bukan dari kebendaan yang kita miliki. Berapa banyak orang yang punya listrik, air, baju, makanan, rumah, mobil, berlebih-lebihan tetapi tidak bisa merasa aman dan tenang. Sedangkan Nabi SAW makannya saja hanya dari roti kasar yang disepih, pakaiannya hanya ada dua, rumahnya super kecil terkadang ketika beliau hendak sholat harus mengangkat kaki Aisyah RA agar tidak menghalanginya, tetapi setiap beliau pulang kerumah selalu berkata, “Bayyiti Jannati : Rumahku Surgaku”. Nabi SAW tidak pernah mengeluh akan kondisinya bahkan ketika beliau SAW ketika ditawarkan oleh Allah kekayaan malah ditolak oleh Nabi SAW. Lihat bagaimana kondisi kita hari ini seberapa jauh perbedaan kehidupan kita dibanding dengan kehidupan Nabi SAW, dan bagaimana kita menghadapinya. Hari ini apa yang telah ditolak oleh Nabi SAW itu yang kita minta kepada Allah dan yang kita kejar-kejar. Hari ini kita mencari kekayaan dan kemewahan agar bisa mendapatkan yang namanya kenyamanan. Pernah Nabi SAW selimutnya dilipat oleh istrinya agar bisa memberikan kenyamanan pada Nabi SAW, itu malah ditegor oleh Nabi SAW dengan alasan dapat mengganggu tahajjudnya. Hari ini kita tidur pakai kasur empuk, pakai AC, selimut tebal buat apa? Jawabnya biar bisa tidur nyenyak. Sungguh berbeda kehidupan kita dengan apa yang Nabi SAW cari. Inilah keadaan kita hari ini apa yang kita cari berbeda dengan apa yang dicari oleh Nabi SAW. Seorang ulama berkata bahwa kenyamanan itu dapat melalaikan kita dari Allah, sedangkan Mujahaddah dapat mendekatkan kita kepada Allah.

Nabi SAW tidak pernah mencontohkan kalau mau bahagia dan jaya harus menjadi kaya. Bahkan Nabi SAW berkata mahfum bahwa fitnah terbesar dari umatnya adalah harta. Inilah yang diyakini Nabi SAW dan inilah kehidupan yang di ikuti oleh para sahabat RA. Umar RA ketika menaklukkan persia dan menerima tumpukan harta ghanimah yang banyak dia malah menangis karena Nabi SAW tidak pernah mencontohkannya untuk hidup bergelimangan harta. Akhirnya harta itu dibagi-bagikan oleh umar kepada sahabat-sahabatnya yang memerlukan sampai habis. Lalu khadamnya umar berkata sahabat-sahabatnya yang menerima pemberian itu malah membagi-bagikannya lagi sampai habis kepada orang lain. Inilah yang dicontohkan oleh sahabat RA.

Di dunia ini hanya ada 2 macam usaha :

1. Usaha Nabi Usaha atas Iman dan Amal
2. Usaha Musuh Nabi Usaha atas Asbab dan Kebendaan

Usaha Nabi ini adalah usaha atas hati-hati manusia untuk mengenal Rabbnya. Bagaimana Allah kirim 124.000 Nabi untuk membuat usaha agar manusia ini mempunyai Iman dan Amal yang betul. Mengingatkan manusia akan kampung akherat, inilah usaha yang dilakukan para Nabi. Allah kirim para Nabi agar kita ini dapat selamat di dunia dan di akherat. Tidak bisa dengan cara lain, hanya cara Allah dan Nabinya saja yang benar, yang lain tidak ada yang benar. Hanya cara Nabilah yang dapat membawa manusia kepada keselamatan, sedangkan cara musuh-musuh nabi hanya akan membawa manusia kepada kebinasaan seperti yang telah Allah kabarkan di dalam Al Qur’an. Di Al Qur’an Allah telah ceritakan bagaimana akhir dari usaha musuh-musuh para Nabi :

1. Kaum Ad yang membuat usaha atas kesehatan dan kekuatan sampai menyatakan, “Siapa lagi yang lebih kuat dari kami”.

2. Kaum Tsamud membuat usaha atas teknologi dan arsitektur sampai mampu membangun bangunan-bangun di dalam gunung.

3. Kaum Madyan usaha atas perekonomian sangking canggihnya ekonomi mereka bisa membuat sesuatu yang diharamkan oleh Allah yaitu Riba menjadi terlihat halal dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Madyan.

4. Kaum Saba yang membuat usaha atas pertanian dan perkebunan sampai bisa menentukan waktu panen, jalur jatuh buah, dan jumlah buah yang akan jatuh dalam hitungan langkah.

5. Kaum Luth usaha atas peningkatan kepuasan sexualitas sampai mereka berani mencoba dari kaumnya yang sejenis dari laki-laki dan perempuan.

6. Firaun atas kekuasaan sampai mengaku sebagai tuhan karena merasa yang paling hebat dan paling berkuasa. Firaun sampai berkata, “Tuhan Mana yang lebih tinggi dari saya ?.” maksudnya dia merasa sebagai Tuhan yang tertinggi.

7. Qorun usaha atas Harta Benda yang gudang hartanya saja, kuncinya harus dibawa dengan empat onta. Dia sampai berkata, ”Harta yang saya dapat ini adalah milik saya saya. Ini adalah hasil jerih payah saya karena kepintaran saya, dan bukan karena pemberian atau pertolongan Allah.”

8. PM Hamman usaha atas karir politik dan jabatan. Usaha PM Hamman ini sebagai politikus adalah bagaimana dia ini bisa tetap berada dalam kekuasaan yang tertinggi.

Semua usaha ini pada akhirnya Allah hancurkan dan Allah binasakan. Walaupun begitu semua usaha yang dilakukan oleh musuh-musuh Nabi ini wujudnya masih ada sampai sekarang. Sudah menjadi fakta bahwa efek dan hasil dari usaha musuh-musuh Nabi ini dapat melalaikan kita dari perintah-perintah Allah. Inilah sebabnya bahwa akhir dari usaha-usaha tersebut berujung pada kebinasaan dan kegagalan dalam kehidupan dunia dan akherat. Hanya ada satu usaha saja yang di ridhoi Allah dan dapat menghasilkan kebahagiaan dan kesuksesan untuk manusia di dunia dan akherat, yaitu usaha Nabi SAW. Selain dari cara itu hanya akan mendatangkan Murka dan Adzab Allah yang ujung-ujungnya adalah penderitaan dan kebinasaan di dunia dan di akherat.

Peradaban manusia ini mundur bukan karena ekonomi, teknologi, politik, militer, kekayaan, atau kekuasaan. Tetapi peradaban manusia ini mundur disebabkan karena manusia sudah meninggalkan Sunnah Nabi SAW. Walaupun itu perkara 1 hari lapar dan 1 hari kenyang, karena ini sunnah. Kini manusia telah mengalami degradasi kehidupan dan peradaban asbab meninggalkan sunnah. Dulu di jaman para sahabat RA asbab mereka memegang teguh sunnah Nabi SAW dengan kuat, maka 2/3 dunia pernah takluk dibawah kaki para sahabat RA. Rahmat dan Pertolongan Allah akan datang dalam kehidupan kita jika kita mau mengamalkan sunnah nabi SAW dengan sempurna. Sedangkan masalah akan datang jika kita sudah meninggalkan sunnah Nabi SAW. Ketika perang Uhud semua pasukan muslim asbab pertolongan Allah mampu memukul mundur musuh pada awalnya karena mengikuti daripada instruksi atau sunnah Nabi SAW. Namun ketika pasukan musuh kembali menyerang ke bukit Uhud pasukan muslim mampu dikalahkan dan dibuat kocar kacir asbab tentara Islam meninggalkan instruksi atau Sunnah daripada Nabi SAW, sehingga pertolongan Allah tidak turun. Inilah penting kita menjaga sunnah dalam kehidupan kita agar pertolongan Allah turun kepada kita.

Jadi Islam ini jaya bukan karena Teknologi, Ekonomi, Militer, Ilmu Pengetahuan, Kekuasaan, dan Kekayaan. Tetapi Islam ini jaya karena pertolongan Allah. Seperti :

1. Di perang Badr kaum muslimin yang jumlahnya hanya 313 orang terdiri dari orang tua, anak-anak, sedikit yang muda dengan persenjataannya yang sangat minim dengan modal beberapa kuda dan ada yang menggunakan senjata dari hanya sebatang ranting. Tetapi asbab adanya pertolongan Allah, kaum muslimin mampu mengalahkan pasukan musuh yang berjumlah 1000 orang lebih memakai kuda yang tangguh, pendekar-pendekar perang yang ahli, persenjataan yang lengkap, dan dengan kekuatan yang lebih besar. Jika pertolongan Allah sudah turun siapa yang mampu mengalahkan Islam. Semua musuh Islam gentar pada sahabat ketika itu bukan karena jumlah atau persenjataan perang, tetapi asbab kekuatan dibelakang yang menjaga para sahabat RA, yaitu kekuatan Allah.

2. Ketika Saad RA hendak menyerang Persia ketika itu pasukan Islam terhalangi oleh Sungai besar yang deras airnya dan dalam ketinggiannya. Namun sudah menjadi tradisi para sahabat setiap ada masalah langsung minta pada Allah maka seketika itu pula masalah selesai. Asbab do’a sahabat ini pasukan yang jumlahnya ± 10.000 orang mampu berjalan diatas permukaan air sungai tanpa air menyentuh telapak kaki kuda. Inilah pertolongan Allah yang hadir bersama sahabat. Pasukan Persia yang jumlahnya 200.000 orang ketika itu jauh lebih banyak 20 kali lipat akhirnya lari tunggang langgang ketakutan.

3. Ketika utusan Persia datang ke Cina untuk meminta bantuan kepada kaisar cina mengalahkan pasukan Muslim ketika itu, Kaisar Cina memerintahkan mata-matanya memantau pasukan muslim. Lalu setelah memantau pasukan muslim beberapa lama, akhirnya mata-mata Raja cina kembali dan membuat laporan kepada sang Raja. Apa kata mata-mata kaisar itu bahwa disiang hari pasukan muslim ini saling berkasih sayang satu hati dan di malam hari mereka beribadah kepada tuhannya seperti pendeta terjaga semalam suntuk. Lalu apa jawab kaisar cina kepada utusan Persia : “Walaupun aku kumpulkan tentara yang panjangnya dari dari Persia sampai ke Cina ujungnya, maka kalian tidak akan mampu mengalahkan mereka !”

Inilah kehebatan Islam yang menyebabkan musuh-musuh Islam gentar menghadapi pasukan Islam ketika itu. Padahal kaum muslimin dari segi teknologi, ekonomi, kekuasaan, kekuatan militer, dan kekayaannya jauh kalah dibandingkan bangsa-bangsa besar yang menjadi musuh mereka yaitu Persia dan Romawi. Namun asbab adanya pertolongan dari Allah, bangsa besar seperti Persia dan Romawi tidak mampu menaklukkan kaum muslimin yang dari segi keduniaan sangat terbelakang. Mengapa pertolongan Allah turun di jaman Sahabat tetapi tidak di jaman kita. Padahal Allahnya masih sama, Nabinya masih sama, Kitabnya masih sama, Kiblatnya masih sama, tetapi mengapa para sahabat hidup dalam kemuliaan dan kita hidup dalam kehinaan. Ini karena para sahabat mengamalkan agama secara sempurna sehingga pertolongan Allah ada bersama mereka. Sedangkan kita demi kepentingan dunia kita tinggalkan perintah Allah sehingga hidup kita saat ini dilanda banyak masalah.

Bagaimana cara mendatangkan pertolongan Allah yaitu dengan mengamalkan amal-amal agama dengan sempurna. Hanya dengan amal-amal agama, Islam akan kembali jaya sebagaimana jayanya Islam dijaman Nabi SAW dan para Sahabat RA.

Sekarang masalahnya bagaimana kita bisa membawa umat untuk mampu mengamalkan agama secara sempurna yaitu tidak lain dengan Dakwah. Hanya dengan dakwah agama akan tersebar, Iman akan terperbaiki, Akhlaq manusia akan bagus, Umat akan bersatu, Amal Ibadah akan meningkat, Do’a akan didengar, baru pertolongan Allah akan turun. Imam Malik bilang, “Tidak ada cara lain memperbaiki umat pada kurun waktu sekarang selain menggunakan cara pada masa kurun waktu awal.” Apa itu cara yang digunakan untuk memperbaiki umat pada masa kurun waktu awal, yaitu dengan Dakwah. ***

Selasa, 20 Maret 2012

Kelebihan Memiliki Anak Perempuan


Rasulullah SAW pernah bersabda yang bermaksud, “Sesiapa yang memiliki tiga anak perempuan, lalu dia bersabar dengan kerenah, kesusahan dan kesenangan mereka, nescaya Allah SWT akan memasukkannya ke dalam syurga dengan kelebihan rahmat-NYA untuk mereka.”

Seorang lelaki bertanya, “Juga untuk dua anak perempuan wahai Rasulullah?”

Sabda baginda, “Juga untuk dua anak perempuan.”

Seorang lelaki berkata, “atau untuk seorang wahai Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab, “Juga untuk seorang.” (Hadis Riwayat Ahmad dan Al-Hakim)

Namun, riwayat ini diperluaskan juga kepada seseorang yang memelihara saudara perempuan. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, “Tidak ada bagi sesiapa tiga orang anak perempuan ataupun tiga orang saudara perempuan, lalu dia berbuat baik kepada mereka, melainkan Allah Taala akan memasukkan mereka ke syurga.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari)

Daripada Aisyah r.a., dari Rasulullah SAW baginda telah bersabda yang maksudnya, “Sesiapa yang diberati menanggung sesuatu urusan menjaga dan memelihara anak-anak perempuan, lalu ia menjaga dan memeliharanya dengan baik, nescaya mereka menjadi pelindung baginya daripada api neraka.” (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

Sesungguhnya perempuan atau wanita adalah makhluk Allah yang amat istimewa. Kemuliaan dan keruntuhan sesuatu bangsa terletak di tangan mereka. Daripada hadis-hadis di atas, dapat kita pelajari bahawa kedua ibu bapa wajib memberi perhatian terhadap anak-anak perempuan lantaran anak-anak perempuan merupakan aset penting yang menentukan sama ada ibu bapa mereka layak memasuki syurga atau terhumban ke dalam neraka disebabkan oleh mereka.

Rasulullah SAW pernah bersabda dalam hadis baginda yang bermaksud, “Takutlah kamu kepada Allah SWT dalam perkara-perkara yang berhubung dengan kaum wanita.” Ini bermaksud bahawa setiap ibu bapa dan yang bergelar suami hendaklah sentiasa mengawasi anak-anak perempuan dan isteri mereka agar sentiasa berpegang teguh dengan agama dan mematuhi perintah Allah SWT.

Pernahkah anda mendengar, kata orang tua, ?menjaga lembu sekandang adalah lebih mudah daripada menjaga anak perempuan seorang?? Kemungkinan ini ada benarnya apakala kita melihat ramai ibu bapa yang menjaga anak-anak mereka dengan hanya memberi tempat tinggal, makan dan minum semata-mata seperti menjaga dan memelihara binatang ternakan yang hanya bertujuan menggemukkan sahaja. Sedangkan pendidikan agama tidak diberi penekanan yang sepatutnya. Contohnya dalam perkara aurat dan pergaulan hingga akhirnya ramai perempuan atau wanita yang menjadi bahan fitnah dan terdedah dengan berbagai keburukan yang mencemarkan nama baik keluarga dan agama.

Sesungguhnya anak-anak yang diajar dengan didikan agama yang baik akan memberi faedah kepada ibubapanya semasa hidup dan selepas mati bahkan secara logiknya tiada ibubapa yang inginkan anak-anak mereka menjadi beban dan membawa kecelakaan kepada mereka di dunia apalagi di akhirat kelak.

Alangkah beruntungnya ibu bapa yang mempunyai anak perempuan, lalu mereka mendidik dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Mendidik anak perempuan sememangnya mencabar, tetapi cabaran yang besar itu jika dilakukan dengan kesungguhan serta tabah menghadapi kerenah mereka, Allah Taala dan Rasul-Nya telah menjanjikan balasan yang amat besar.

Nah! Masih tidak berbangga memiliki anak-anak perempuan?

Renung-renungkan!

Minggu, 18 Maret 2012

KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ فَجَعَلَهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَنَا مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلَنَا شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ أَكْرَمَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ
أشهدُ أن لا إله إلاّ الله وحدَه لا شريكَ له ، إلهاً واحداً أحداً صمداً ، لم يتَّخِذْ صاحبةً ولا ولداً وأشهد أنسيدنا ومولانا محمداً عبده ورسوله. أما بعد
قال تعالى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
قال صلى الله عليه وسلم: إذَا صَلَّت المرأةُ خَمْسَها و صامت شهرها و أطاعت بَعلَها فلتدخل من أي أبواب الجنة شاءت

Hadirin-hadirat yang mulia, cukup banyak masturah yang hadir, tempat sempit dan udara panas. Pahala pasti didapatkan. Maka hendaknya bayan didengar niat untuk diamalkan dan merubah arah kehidupan. Sehingga pertemuan kita ini bukan sekedar pertemuan kemudian bubar, tapi bagaimana kita sampai pada apa yang disampaikan dan didengar dalam majlis.

Dengan bahasa yang sangat indah Allah SWT. bertanya dalam Al Quran :

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“apakah mereka diciptakan tanpa bahan sama sekali ataukah mereka yang menciptakan?” (Ath Thuur:35)
1. Apakah mereka jadi dengan sendirinya? Ini pertanyaan pertama.
2. Ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Ini pertanyaan kedua.

أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
“Apakah mereka yang menciptakan langit dan bumi?” (Ath Thuur: 36)
Ini pertanyaan ketiga. Dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Bila kalian terjadi dengan sendirinya, maka kalian seperti tanah di hutan atau lumpur di jalan, bebas semau kalian. Tidak akan ada tanya jawab terhadap kalian, kalian bebas sebebas-bebasnya.Dan bila kalian menciptakan diri kalian sendiri, kalian juga bebas. Apa yang kalian inginkan, maka lakukan. Juga tidak akan ada pertanyaan terhadap kalian.Dan bila kalian yang menciptakan langit, bumi, beserta isinya, gunakanlah semau kalian. Dan tidak akan ada lagi batasan halal dan haram. Pernikahan dan perzinahan tidak akan ada bedanya. Menutup aurat atau membukanya sama saja. Mengerjakan shalat atau meninggalkannya tidak ada bedanya. Kejujuran dan dusta tidak ada bedanya. Kesucian pribadi dan kenistaan tidak ada bedanya. Rasa malu dan rasa tidak punya malu menjadi sama. Keadilan dan kezaliman tidak ada bedanya.

Maka bila kalian terjadi dengan sendirinya,atau menjadikan diri kalian sendiri, atau kalian yang menciptakan langit dan bumi, maka Allah SWT. Seolah-olah berfirman kepada kalian :

“Biarlah Aku mundur, apa yang kalian inginkan, lakukanlah.”
Maka kita pelajari pertanyaan-pertanyaan ini. Pernahkah ada sesuatu di alam ini yang terjadi dengan sendirinya? Adakah sebuah gedung sekolah yang berdiri dengan sendirinya? Adakah seorang wanita yang pada pagi hari tiba-tiba melihat seoang anak jadi sendiri di sampingnya? Atau tiba-tiba muncul setumpuk perhiasan emas didepannya? Roti masak dengan sendirinya? Daging matang dengan sendirinya? Pernahkah ada yang melihat seperti ini? Tidak pernah ada. Maka berarti saya tidak jadi dengan sendirinya. Dan pasti bahwa saya tidak menciptakan diri saya sendiri, tidak menciptakan orang tua saya, tidak menciptakan kampung saya. Seandainya saya ciptakan diri saya sendiri, tentulah saya memilih bentuk yang lebih indah dari ini, dan mungkin saya akan menentukan agar lahir di tengah keluarga raja. Maka jelaslah bahwa saya tidak jadi sendiri dan tidak pula menciptakan diri saya sendiri. Lalu siapa yang menciptakan? Dan bila sepotong kayu tidak bisa saya ciptakan, mana mungkin pohon bisa saya buat? Bila sebutir pasir tidak bisa saya ciptakan, mana mungkin alam semesta saya yang ciptakan? Bila setetes air tidak bisa saya ciptakan mana mungkin lautan bisa saya ciptakan? Bila selembar daun tidak bisa saya ciptakan, mana mungkin buah bisa saya ciptakan? Bila selembar bulu tidak bisa saya ciptakan, mana mungkin burung merak bisa saya ciptakan? Bumi siapa yang menciptakan? Langit siapa yang menciptakan? Kita tidak jadi sendiri, tidak menciptakan diri sendiri, dan tidak bisa menciptakan langit dan bumi. Lalu siapa yang menciptakan? Bila wanita tidak bisa menjawab pertanyaan ini, binasa. Laki-laki tidak bisa menjawab pertanyaan ini, binasa. Siapa pun orangnya, walaupun mendapatkan gelar cumlaud dalam segala bidang, bila pertanyaan ini tidak bisa dia jawab maka binasa, gagal dunia akhirat. Lalu, siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Siapakah yang menciptakan saya? Disambung pertanyaan kedua, untuk apa saya diciptakan? Pertanyaan ini ada dalam Al Quran, kita cari jawabannya, maka kita temukan jawabannya. Allah SWT. firmankan dalam Al Quran:

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا
“ Bukankah telah datang dalam kehidupan manusia suatu masa tatkala manusia tidak ada sama sekali” (Al Insan: 1)

Allah SWT. juga berfirman :

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dulu semuanya tidak ada, langit tidak ada, bumi tidak ada, maka yang ada hanya Allah. Allah yang dulu, Allah yang sekarang, itulah Allah Dialah Allah yang Qayyum, Dialah Allah yang Mutakabbir, Dialah Allah yang Awal, Dialah Allah yang Akhir, Dialah Allah yang Zhahir, Dialah Allah yang Bathin, Dialah Allah yang Qayyum, Dialah Allah Malikul mulk, Dialah Allah Dzuljalali wal ikram, Dialah Allah yang maha suci, Dialah Allah yang tiada awalnya, Dialah Allah yang tidak ada akhirnya.” (Al Anbiya: 30)

Alam semesta ini ada awalnya dan ada akhirnya. Namun Allah Swt yang Maha ada, ada tanpa awalan dan terus ada tanpa akhiran. Allah SWT. adalah yang Maha ada. Tapi adanya Allah Swt tidak membutuhkan tempat. Allah Swt adalah yang Maha ada, tapi tidak perlu pada masa. Allah SWT. adalah yang Maha ada, dan adanya Allah Swt tidak bisa ditentukan dimana arahnya. Allah Swt adalah yang Maha ada, tidak perlu pada bentuk, tidak perlu pada manusia. Allah Swt maha ada, tidak perlu pada isteri, tidak perlu pada anak, tidak perlu pada alam, tidak perlu pada langit, tidak pelu pada bumi, tidak perlu pada Rasul, tidak perlu pada Anbiya, tidak perlu pada surga, tidak perlu pada neraka, tidak perlu pada Mikail, tidak perlu pada Israfil, tidak perlu pada Izrail, tidak perlu pada surga, tidak perlu pada neraka, tidak perlu pada langit, tidak perlu pada bumi, tidak perelu pada Arsy, tidak perlu pada Lauhil mahfudh, tidak perlu pada kursi.

Kita namanya manusia ini, di kelas kita duduk sejak kecil duduk di bangku sekolah. Dan manusia ini pasti berada dalam salah satu dari beberapa keadaan. Seorang itu mungkin berdiri, kalau tidak, mungkin duduk, kalau tidak, mungkin berbaring, kalau tidak, mungkin tiduran, mingkin ke arah kiri, mungkin ke arah kanan, pasti salah satu itu.

Tapi itulah Allah Swt yang tidak duduk, tidak juga berdiri, tidak berbaring, tidak tengkurap, tidak terlentang, tidak miring kiri, tidak miring kanan, tidak perlu makan, tidak perlu minum, tidak makan, tidak minum, tidak mengantuk, tidak tidur. Dialah Allah yang tidak pernah merasa takut, Dialah Allah yang baginya sama antara langit dan bumi, baginya sama antara terang dan gelap, baginya sama antara siang dan malam, arsy dan kursi sama baginya, cahaya dan api sama baginya, gunung dan tanah lapang sama baginya. Dialah Allah raja manusia, raja bagi jin, raja bagi lautan, raja dari api, raja dari besi dan perak, raja segala-galanya.

Dialah raja ruang diantara langit dan bumi, Dialah raja burung-burung yang berterbangan di udara. Dialah raja tiap-tiap tetesan air hujan. Raja pemilik minyak wangi yang akan diciptakan. Dialah pemilik semuanya. Dia pemilik kepakan sayap burung-burung yang berterbangan. Dialah pemilik ular yang menyemburkan bisanya. Dialah yang menciptakan kerang yang di dalamnya terdapat mutiara. Dialah yang menciptakan minyak ambar dari ikan. Dialah pencipta dan pemilik lebah yang mencelupkan mulutnya di air kemudian darinya diciptakan madu. Dialah yang menciptakan dan memiliki ulat-ulat yang mengeluarkan sutera-sutera. Dialah Allah yang memberikan minum kepada kijang kemudian darinya Allah ciptakan minyak kasturi. Dialah Allah yang menciptakan air yang darinya Allah Itumbuhkan buah-buah mangga yang indah dan ranum. Dialah Allah raja dan pemilik air, yang kadang-kadang darinya Allah ciptakan mangga, darinya Allah ciptakan delima. Dialah Allah Iyang menciptakan pohon yang pahit, daun yang pahit, dahan yang pahit, ranting yang pahit, tapi darinya Allah Itumbuhkan buah-buah delima. Dibungkus kulit yang pahit, semuanya pahit. Dan tatkala dibuka, begitu nampak keindahan ciptaan Allah I, butiran-butiran ada yang berwarna putih. tatkala nampak butiran delima yang berwarna putih, maka seolah-olah mutiara ada di sana. Bila itu berwarna merah, maka seolah-olah itu adalah buah yang ditaburi yaqut. Dan itu semua Allah I kumpulkan dalam suatu tempat yang rapi dan rapat, kemudian….. supaya manusia berpikir, “Ini semua siapa yang menciptakan?” Inilah Allah dan inilah ciptaan Allah.

هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Inilah ciptaan Allah, inilah buatan Allah, maka tunjukkan apa yang diciptakan oleh selain Allah SWT”. (Luqman: 11)

Itulah Allah Swt. yang berfirman kepada kita, bahwa kita pun diciptakan dari air. Yang dengan air itu pula Allah Swt telah ciptakan pohon delima, Yang dengan air itu pula Allah Swt, telah ciptakan buah delima. Yang dengan air itu pula Allah Swt telah ciptakan buah jambu. Yang dengan air itu pula Allah Swt telah ciptakan mutiara. Dan dari air itu pula tatkala dimasukkan ke dalam kijang, maka dijadikan kasturi. Dan dari air itu pulalah tatkala dimasukkan kedalam lebah, maka yamg muncul adalah madu. Kalian sebelumnya adalah air, kalian sebelumnya adalah air.

أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى artinya : Dan sebelum air kalian adalah tanah (Al Qiyamah : 37)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ Artinya : “Dari tanah dikeluarkan gizi, dari gizi dikeluarkan sari patri, dari sari pati dikeluarkan air”. (Al Mukminun : 12)

Kemudian dari situ Allah Swt teruskan dibuatlah bentuk oleh Allah Swt yang berbeda-beda, kemudian disempurnakan, diberikan warna-warna yang indah,warna-warna yang cantik. Kemudian Allah Swt menjadikan dalam bentuk laki-laki, Allah SWT.menjadikan dalam bentuk wanita:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
(Al Hujurat: 13)
Dan dalam ayat lain Allah SWT. Berfirman :
يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ () أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا (AsySyura: 49-50)

Allah Swt berikan anak perempuan, Allah Swt berikan anak laki-laki, atau Allah Swt berikan pasangan laki-laki dan wanita. Dan Allah menjadikan orang yang dikehendaki sebagai mandul, Allah SWT. tidak berikan anak padanya, walaupun menjalani hioduo drngan meminta-minyta supata dikaruniai anak, Allah SWT. tidak berikan anak padanya. Maka telah jelas jawaban bagi kita . Allah yang maha pencipta. Langit, Allah yang menciptakan :

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (Al Hujurat: 47)
Bumi, Allah yg menciptakan :

وَالْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ الْمَاهِدُونَ (Al Hujurat: 48)
Gunung, Allah yang menciptakan:

وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا (An Nazi’at: 32)
Air, Allah yang mengeluarkan :

أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا (An Nazi’at: 31)
Hujan, Allah yang menurunkan :

أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا () ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا () فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا () وَعِنَبًا وَقَضْبًا () وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا () وَحَدَائِقَ غُلْبًا (‘Abasa: 25-30)

Dialah Allah yang membentangkan bumi, mengengkat langit, menurunkan hujan. Lalu Allah berfirman kepada kita :
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ ( Al Infithar ayat 6 )

Dalam Al Quran hanya dua kali disebut يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ Ini adalah firman yang sangat indah. Allah bukan berdialog hanya kepada orang muslim, tetapi kepada semua manusia di seluruh dunia. Kepada muslim, kafir, orang yang taat, orang yang ingkar, Huindu, Buddha, Atheis, Komunis, pemabuk, orang yang ahli maksiat, semuanya, Allah Swt berfirman kepada mereka semuanya. Tergambar oleh saya seolah-olah seperti seorang ibu yang memegang kedua pundak anaknya, dipegang sambil bertanya, “wahai anakku, mengapa engkau berburuk sangka kepadaku?” Mana mungkin aku berbuat buruk padamu? Sebab memang itulah watak seorang ibu. Seperti apapun dia akan selalu menginginkan kebaikan anaknya.

Tergambar oleh saya, seolah-olah AllahSWT memegang pundak setiap manusia. Baik laki-laki maupun wanita, Allah Swt bertanya, “wahai hambaku, bagaimana kamu bisa berburuk sangka padaku? Sedangkan Aku adalah yang menciptakanmu :

الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ (Al Infithar: 7)
menciptakannya dan membentuk fisikmu betul-betul seimbang, betul-betul serasi :

فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ [ Al Infithar: ayat 8 ]

Dalam rupa yang Allah Swt kehendaki….. tetapi setelah diberi keindahan wajah manusia lupa bagaimana sebelumnya dia dulunya adalah air yang hina, kemudian menjadi nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah, kemudian menjadi mudhghah, kemudian diberikan tulang-tulang padanya, lalu dibungkus dengan kulit, dan dimasukkan ruh padanya. Barulah dikeluarkan ke dunia. Dalam keadaan tidak ada gigi yang bisa menggigit, tidak ada tangan yang bisa memegang, kaki belum bisa berjalan, tidak bisa berbicara, tidak bisa mengeluh, tidak bisa mengadu ingin buang air besar, ingin buang air kecil, lalu Allah Imenetapkan dua orang yang sangat sayang padanya. Allah Imemberikan kasih sayang yang begitu dalam pada diri kalian, dalam hati kedua orang tua. Mereka tidak bisa makan sebelum engkau kenyang, mereka tidak bisa tidur sebelum engkau tidur. Bila engkau menangis, maka makanan yang mau disuap pun terjatuh. Engkau ketakutan, rasa kantuk pun hilang. Engkau sedikit bersuara, maka teriakan pun keluar dari mereka. Seandainya Allah Swt tidak membuat aturan demikian, tentulah tidak ada yang memperhatikanmu tatkala engkau kelaparan, membersihkanmu tatkala engkau buang air, yang menidurkanmu di tempat yang hangat. Tidak ada yang bekerja seharian, kecapean untuk nafkahmu, tidak ada seorang wanita yang seharian susah payah memasak makanan, memasak daging untukmu. Mereka semua dibuat seperti ini untuk keperluanmu. Seoang ibu duduk menunggu anaknya, tatkala anaknya datang, dia gembira menyambutnya, “Anakku datang, anakku datang.” Allah Swt yang mengatur ini semua untuk pemeliharaanmu. Andaikan Allah SWT. cabut rasa kasih sayang, tentukah seekor ular akan menelan anaknya, tentulah seorang ibu akan tega melemparkan anaknya ke dalam tempat sampah.

Allah SWT. yang mengatur ini semua. Dan tatkala engkau belum bisa apa-apa, menelan makanan pun susah, Maka apa yang Allah Swt lakukan, apa yang Dia buat? Allah Swt mengalirkan dua mata air di tempat yang sangat dekat denganya. Yang mendatangkan kehangatan di waktu dingin, dan mendinginkan di waktu kepanasan. Begitu dekat, begitu mudah. Tidak ada yang lebih bermanfaat, tidak ada yang lebih baik dari seorang anak ini dari pada air susu ibunya. Seorang ahli herbal mengatakan pada saya, “seandainya seorang anak pada masa mudanya tidak merusak benih-benih susu yang dia minum waktu bayi, pengaruh air susu ibu ini akan bertahan sampai 40 tahun lamanya”. Susu apa pun di seluruh dunia, jenis apa pun tidak ada yang memberikan kekuatan, tidak ada kandungan sebagaimana kandungan air susu ibu. Allah SWT menciptakan ini semua :

الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ () فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ
Artinya
“Tatkala tidak ada seorang wanita yang bersujud pada Allah, tidak ada seorang pemuda meletakkan dahinya menyembah Allah SWT”.

Maka Allah Swt lanjutkan,“Wahai manusia, wahai hambaKu, Aku yang telah menciptakanmu, kenapa engkau sekarang menjadi penentangKu? Aku yang telah menciptakanmu. Kenapa sekarang engkau berburuk sangka padaKu? Sedangkan seorang ibu pun tidak mungkin menginginkan keburukan untuk anaknya. Akulah yang berkata kepadanya, “gunakanlah hijab” Akulah yang mengatakan supaya engkau letakkan dahimu diatas tanah, “Shalatlah”, Akulah yang memerintahkan supaya hubungan laki-laki dan perempuan ada batasnya, Akulah yang mengatakan supaya perempuan menjaga dirinya dari nereka. Seorang anak, dia tidak akan berpikir buruk terhadap ibunya. Akulah yang mengatakan supaya kalian tidak mengangkat kepala di depan bapak kalian. Akulah yang mengatakan pada isteri untuk taat kepada suaminya. Akulah yang mengatakan supaya suami menunaikan kewajiban tetrhadap isterinya. Akulah yang memerintahkan supaya kalian berdagang dengan cara yang benar dengan cara yang jujur, tidak mengurangi timbangan dan takaran. Jangan sampai jahil dalam pekerjaan, jangan sampai mengandalkan kekuatan untuk berbuat kejahatan. Tapi, apa yang kamu lakukan dengan itu semua? Lalu kenapa tiap-tiap langkah yang kalian lakukan untuk melanggar perintahku? Kau tinggalkan shalat, kau letakkan Al Quran sebagai hiasan di rumah, di simpan hanya untuk mendapatkan keberkahan saja? Kitab yang mestinya dipakai, dilipat dan disimpan kemudian lupa tidak belajar.

Saya ingat waktu kecil, setiap saya pulang dari masjid ke rumah, di sepanjang rumah terdengar ibu-ibu yang membaca Al Quran di rumah masing-masing. Tapi sekarang apa yang terjadi? Orang melihat tv sampai tengah malam, orang kehilangan rasa malu di mana-mana. Sekarang orang pada menangis sedih kenapa ekonomi merosot, banyak hutang, padahal bukan itu yang kita tangisi. Tapi hilangnya anak-anak kita, itulah yang kita tangisi. Laki-laki hanyut dalam kesenangan. Foya-foya, nyanyian, tarian dan perempuan. Itu perbuatan tanpa rasa malu. Wahai, ini seolah-olah perahu telah tenggelam, bahtera tidak bisa menepi ke pelabuhan, kalaulah ini masih ada tidak tenggelam, itu karena kasih sayang Allah SWT. yang menahan.

Dan bila kaum laki-laki dan perempuan sudah biasa dengan kesenangan musik, anak-anaknya sudah biasa dengan nyanyian, di pasar-pasar sudah biasa mengurangi dalam timbangan dan takaran, anak-anak berani durhaka kepada orang tuanya, penindasan dalam kekuasaan, kedzaliman di pengadilan, orang yang kuat berbuat sewenang-wenang, orang yang didzalimi berteriak-teriak tidak ada yang memberikan pertolongan. Kemudian dalam keadaan seperti ini mestinya kita tidak bisa makan, tidak bisa minum, tidak bisa beristrahat, tidak bisa tinggal di atas bumi, mestinya semua tenggelam ditelan ke dalam tanah. Bahkan satu kabupaten, satu provinsi, satu negara, seluruh dunia pun mestinya sudah tenggelam.

Kalau ada seorang wanita, di tengah-tengah keramaian, dia menari-nari, tiap-tiap gerakannya ini punya kekuatan luar biasa yang bisa menghancurkan gunung himalaya, yang bisa mengeringkan samudera, hutan-hutan akan terbakar menjadi padang pasir, dan bumi akan hilang dari penduduknya atau bahkan jadi kosong. Untunglah bumi ini bukan tempat hukuman, bukan tempat balasan. Allah Swt tidak jadikan bumi ini tempat hukuman dan balasan. Dunia hanyalah tempat ujian. Sedangkan tempat balasan akan datang tatkala mata terpejam, ibu lupa pada anaknya, anak lupa pada ibunya, nyawa sudah berada di tenggorokan, tatkala suami lupa pada isterinya, isteri lupa pada suaminya, saudara lupa dengan saudaranya, itulah waktu yang sebenarnya. Bagaimana keadaan manusia hidup, seperti itulah keadaan kematiaannya. Bagaimana ia menjalani hidup, dalam keadaan itu malaikat maut akan datang menjemputnya.

Maka semua yang hadir, ibu-ibu, bibi-bibi, saudari-saudari, bapak-bapak, saudara-saudara, paman-paman, maupun yang tidak hadir yang bertebaran di pasar-pasar dan di jalanan, seolah-olah Allah SWT turun dan memegang pundak setiap orang dari kita dan berfirman :

“Wahai hambaku, Akulah yang menciptakanmu. Mana mungkin Aku membuat keputusan buruk untukmu. Mana mungkin aku menyempitkan hidupmu. Ibumu rela kelaparan untuk memberi makan padamu, ibumu rela menahan kantuk untuk menidurkanmu. Sedangkan Aku ini tujuh puluh kali lipat lebih sayang daripada seorang ibu.”

Tujuh puluh dalam istilah bahasa Arab bukan dimaksudkan angka tujuh puluh. Tetapi maksudnya adalah banyak sekali, tanpa batas. Seolah Allah ingin mengatakan “Aku lebih sayang daripada seorang ibu berkali-kali lipat tanpa batas. Maka Aku mengatakan padamu untuk memasang sajadah, shalat dan meletakkan dahi di atas tanah. Aku perintahkan para wanita untuk memakai hijab. Aku tidak melarang keluar. Bila akan keluar, keluarlah tetapi dengan hijab. Kalaupun bekerja, bekerjalah namun dengan hijab. Dan bila bulan Ramadhan tiba, Aku perintahkan untuk berpuasa. Bila engkau seorang puteri dari seorang ibu, maka perintahKu adalah khidmatlah kepada ibumu dan ayahmu. Bila engkau punya saudara, maka khidmatlah pada saudaramu. Bila kedudukanmu sebagai isteri, maka berkhidmatlah kepada suamimu. Bila engkau adalah seorang anak laki-laki, maka perintahKu adalah supaya engkau berbakti kepada orang tuamu. Bila engkau punya saudara perempuan, maka perintahKu adalah supaya berkhidmat kepada saudarimu. Bila engkau seorang suami, perintaKu adalah supaya engkau menanyakan hak isterimu. Bila engkau seorang bapak, maka perintahKu adalah supaya engkau mendidik anak-anakmu. Bila engkau seorang pedagang, perintahKu adalah agar menimbang dan menakar dengan kejujuran. Bila engkau seorang petani, maka janganlah hasil pertanianmu membuatmu takabur. Tapi berikanlah, Infakkanlah sebagian untuk fakir, untuk orang miskin yang membutuhkan. Bila engkau seorang raja, maka berbuat adillah. Bila engkau orang yang kuat, maka berbuat insaflah. Bila engkau duduk sebagai seorang hakim di pengadilan, maka janganlah engkau menjadi pembela orang-orang yang berbuat zalim.

Ini semua Aku perintahkan kepadamu, tidak mungkin bukan untuk kebaikanmu, tidak ada yang lebih sayang kepadamu dari pada Aku :

وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
“dan adalah Allah SWT. Maha berterima kasih dan Maha mengetahui”. (An Nisa: 147)

Saat Nabi Yunus AS keluar dari mulut ikan, maka Allah SWT. berfirman padanya, “wahai Yunus, kaummu telah bertaubat, pergilah pada mereka. Di tengah perjalanan Nabi Yunus AS bertemu dengan tukang tembikar yang membuat bejana-bejana yang sangat besar terbuat dari tanah. Maka Allah Swt perintahkan pada Nabiyullah Yunus As supaya pembuat tembikar itu memecahkan bejana yang dibuatnya. Maka tatkala diperintahkan padanya, pembuat tembikar itu bertanya,”kenapa,untuk apa saya pecahkan, ini kan sudah saya buat dengan tanganku sendiri, untuk apa saya pecahkan? Maka Nabiyullah Yunus Swt melaporkan keengganan pengrajin ini kepada Allah SWT. Maka Allah Swt berfirman kepada Nabiyullah Yunus Swt, “Wahai Yunus, itu orang yang membuat bejana dengan tangannya sendiri, dia tidak mau menghancurkannya, maka bagaimana engkau hancurkan, engkau bawa manusia yang telah Aku buat, Akulah yang membuatnya engkau bawa mereka pada kematian, engkau sampaikan mereka pada kehancuran. Kenapa engkau biarkan mereka mencampakkan diri dalam kebinasaan? Sedangkan mereka semua telah bertaubat, mereka semua hambaku, hingga kembali kepadaku.”

Maka untuk itulah katakan kepada seluruh manusia di dunia baik laki-laki maupun wanita, berdamailah kalian dengan Allah SWT. Rabb yang begitu Penyayang, dan Penyantun. Tidakakan kalian temukan selainNya. Dia yang maha Kasih Sayang, Maha Pemberi, Pemilik segala sifat yang indah, Pemilik Kerajaan :

الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ المَلِكُ القُدُّوسُ السَّلامُ المُؤْمِنُ المُهَيْمِنُ العَزِيزُ الجَبَّارُ المُتَكَبِّرُ الخالِقُ البارىءُ المُصَوّرُ الغَفَّارُ القَهَّارُ الوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الفَتَّاحُ العَلِيمُ الباسِطُ الخَافِضُ الرَّافِعُ المُعِزُّ المُذِلُّ السَّمِيعُ البَصِيرُ الحَكَمُ العَدْلُ اللَّطِيفُ الخَبيرُ الحَليمُ العَظِيمُ الغَفُورُ الشَّكُورُ العَلِيُّ الكَبِيرُ المُغِيثُ الحَسِيبُ الجَلِيلُ الكَرِيمُ الرَّقِيبُ المُجِيبُ الوَاسِعُ الحَكِيمُ الوَدُودُ المَجِيدُ الباعِثُ الشَّهِيدُ الحَقُّ الوَكِيلُ القَوِيُّ المَتِينُ الوَليُّ الحَمِيدُ المُحْصِي المُبْدِىءُ المُعِيدُ المُحْيِي المُمِيتُ الحَيُّ القَيُّومُ الوَاجِدُ المَاجِدُ الوَاحِدُ الصَّمَدُ القادِرُ المُقْتَدِرُ المُقَدِّمُ المُؤَخِّرُ الأوَّلُ الآخِرُ الظَّاهِرُ البَاطِنُ الوَالي المُتَعالِ البَرُّ التَّوَّابُ المُنْتَقِمُ العَفُوُّ الرًّؤُوف مالِكُ المُلْكِ ذُو الجَلالِ وَالإِكْرَامِ المُقْسِطُ الجامِعُ الغَنِيُّ المُغْنِي المَانِعُ الضَّار النَّافعُ النُّورُ الهَادِي البَدِيعُ الباقِي الوَارِثُ الرَشِيدُ الصَّبُورُ
Adakah yang bisa menunjukkan Raja seperti Dia? Adakah yang bisa menunjukkan Pencipta seperti Dia? Adakah yang bisa menunjukkan Allah selain Dia? Lalu kita tidak bersujud kepadanya? Sedangkan Dia yang mengadakan. Dia yang memberikan mata. Wanita menghiasi wajah dengan anting dan perhiasan lainnya. kita katakan, hiasilah dengan wajahmu dengat tanda sujud. Wanita menghiasi matanya dengan celak. kita katakan, hiasilah matamu denga rasa malu. Orang berangapan bahwa keluar dengan penuh perhiasan adalah sebagai kesempurnaan. Justru Kita katakan, jadikanlah menyembunyikan diri sebagai kesempurnaan :

Berlian selalu tersembunyi di balik gunung. Mutiara tersembunyi di dalam kerang. Biji gandum tersembunyi di dalam cangkangnya. Jagung tersimpan di dalam kulitnya.

Barang berharga tidak akan di lempar di tengah jalan. Barang bernilai tidak mungkin terbuka di tengah pasar. Adakah buah yang tidak diselubungi kulit? Semakin bernilai dan bermanfaat, tutupnya semakin rapat. Sedangkan di dunia ini tidak ada perhiasan yang lebih bernilai daripada wanita. Dari wanitalah makmurnya dunia. Bila pangkuan wanita kering, keringlah dunia. Bila pangkuan wanita subur, suburlah dunia. Bila pangkuan wanita tandus dari tarbiyah, maka sebagaimana dari lumpur bermunculan semak berduri, dari pangkuan wanita akan muncul pembunuh, pemabuk, pezina, penjual diri, penjual kehormatan, penindas kemanusiaan. Dan bila pangkuan wanita subur, muncullah saifullah (pedang Allah), Junaid Al Baghdadi, Syaikh Abdul Qadir Jailani, Rabiah Adawiyah, Sirri Siqthiy, Ma’ruf Karkhi, Bakhtiar Khaki. Lihatlah masa lalu, tatkala pangkuan ibu subur makmur.

Hari ini, pangkuan wanita kosong. Para wanita mandul. Para lelaki mandul. Kita lihat banyak anak di rumah-rumah. Bukan seperti itu maksudnya. Anak adalah yang bila dilihat oleh Allah SWT. Dia akan ridha padanya. Yang bila dilihat oleh Rasulullah SAW, beliau akan gembira dengannya. Yang Islam bangga dengannya. Bumi membanggakannya. Bila seorang lelaki maupun wanita bersujud, lalu meneteskan setetes air mata jatuh ke tanah. Kesejukan yang dirasakan tanah dengan jatuhnya tetesan ini tidak dapat disamai dengan hujan selama empat puluh hari. Air hujan yang menetes ke bumi hanya akan merasuk beberapa inchi saja ke dalamnya. Tetapi air mata tangisan akan menembus bumi hingga ke tahtats tsara (yang di bawah tanah). Bila disuarakan nyayian di atas bumi, pecah hatinya. Tarian yang di lakukan di permukaannya telah menyulut api di tiap-tiap ruasnya. Perzinaan yang memenuhi bumi sebenarnya membuatnya siap untuk meledak. Kedurhakaan kepada orang tua telah membuat gunung bersiap untuk beterbangan. Begitu banyak kemaksiatan dilakukan yang bisa menyebabkan runtuhnya langit sebagai atap.

Maka karena Allah saya berkata, kembalilah kepada Allah. Wanita diciptakan bukan untuk menari. Di manakah pesta pernikahan yang bersih dari goyangan tubuh wanita? Kita mengatakan bahwa orang kafir (Hindu) adalah musuh kita, tetapi wanita mana yang tidak terbawa kebiasaan mereka?

Saya tidak menyuarakan perkataan saya. Saya hanya kurir yang menyampaikan pesan Allah dan RasulNya. Hendaklah tunaikan hak yang memang selayaknya ditunaikan. Seorang ibu tidak selalu setia. Seorang anak tidak selalu setia. Seorang istri tidak selalu setia. Seoramg anak yang ditinggal mati ibunya tidak akan manyertainya di dalam kubur. Bahkan dialah yang menimbun ibunya. Tetapi Allah, Dialah Dzat yang selalu setia. Menyertai saat di dunia. Menyertai saat di akhirat. Menyertai saat hidup. Menyertai saat mati. Di kubur, shalat di sebelah atas, sedekah sebelah kanan, puasa sebelah kiri, pahala berjalan ke masjid datang, pahala sabar datang, taqwa datang, munkar nakir datang, tanya jawab diadakan.

Lihatlah Rabiah Adawiyah. Tidak mungkin menggantikan namanya dari lembaran sejarah. Seorang wanita akan dihargai bila pertama, dari keluarga terhormat. Dua, berwajah cantik. Tiga, kekayaan. Empat, berketurunan. Bila seorang wanita bukan dari keluarga terhormat akan turun nilainya. Bila tidak cantik, akan lebih jatuh lagi nilainya. Lalu tidak berharta, akan lebih rendah nilainya. Dan bila mandul, tidak akan ada lelaki yang mau padanya. Tetapi sungguh mengherankan, tidak satu pun kelebihan ini ada padanya. Dan kisahnya selalu dibicarakan di mana-mana sejak ratusan tahun lamanya. Dia adalah dari kalangan budak bangsawan. Dari Ethiopia. Yang kedua, wajahnya adalah wajah Ethiopia Kulit hitam, hidung kecil. Yang ketiga, dia adalah budak. Dari mana budak memiliki kekayaan? Yang keempat, dia mandul. Suaminya meninggal di waktu muda. Menjanda sejak usia muda. Kebiasaannya, mandi, lalu menganti pakaian, kemudian mendatangi suami. Dia bertanya, “Apakah aku diperlukan?” Bila suami mengatakan tidak, maka dia akan ke tempat shalatnya. Semalaman di sana. Dan, tatkala suaminya telah meninggal, Syaikh Hasan Bashri yang begitu tampan, ‘alim, ahli hadits, ahli tafsir, mujahid dan masih sangat banyak gelar yang layak beliau sandang. Beliau datang sendiri untuk meminang. Bukan mengirim utusan. Beliau utarakan keinginan beliau untuk menikahinya. Rabiah menjawab, jawablah empat pertanyaanku, baru aku mau menikah. “Apa itu?” “Apakah aku ahli surga atau ahli neraka?” “Aku tidak bisa menjawab,” kata beliau. “Tatkala catatan amal dibagikan, ada yang menerima dengan tangan kanan, ada yang dengan tangan kiri, dengan tangan mana aku akan menerima catatan amalku?” “Aku tidak bisa mengatakan apa-apa,” kata beliau. “Saat amalku ditimbang, apakah kebaikanku lebih banyak ataukah dosaku yang lebih banyak?” “Aku tidak tahu.” “Saat orang-orang meniti shirat, ada yang bisa melintas dan ada yang jatuh, bagaimana dengan aku? Apakah melintas ataukah terperosok?” “Aku tidak tahu.” “Kalau begitu biarkan aku membuat persiapan untuk yang empat itu.” Menjelang wafatnya, Rabiah berpesan kepada pembantunya, “Bila aku mati, jangan diumumkan. Cukup beri tahu tetangga. Dan jadikan kain usang yang selalu saya gunakan untuk beribadah kepada Rabbku sebagai kain kafan. Keesokan paginya diberitahulah tetangga-tetangga untuk menurunkannya.

Dan ini tidak berat, yang berat adalah kita dengan banyaknya dosa-dosa. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, kita ini penuh dengan dosa, dahi kosong dari sujud pada Allah, mata kosong dari rasa malu, telinga dipenuhi dengan racun-racun musik, yang tidak memperhatikan kebaktian pada orang tua, yang menyia-nyiakan kewajiban pada isterinya, yang menyia-nyiakan kewajiban pada suaminya. Orang seperti kita inilah yang akan menjadi beban bagi bumi. Malam harinya pembantunya bermimpi bertemu dengan Rabi’ah, kemudian bertanya, “bagaimana keadaanmu?” kemudian bercerita, “Munkar nakir datang kepadaku, dan bertanya, “Man rabbuki?” maka aku menjawab, “Subhaanallah, dzat yang 40 tahun tidak pernah aku lupakan, kemudian aku dimasukkan kedalam tanah empat hasta ini, akankah aku lupa padanya?” Kemudian malaikat berkata, “Ya sudah, untuk apa ditanya lagi”.

Maka seperti itulah hendaknya kita mencari kematian. Janganlah kita hidup mengikuti wanita-wanita zaman sekarang. Pada saat ini orang-orang sibuk berlarian hidup dengan berkiblat pada orang-orang barat. Yang saya inginkan, bagaimana semuanya ikut kehidupan Fathimah R.ha, ikut kehidupan Khadijah R.ha, bertemu dengan mereka disana. Saya ingin semuanya berkumpul bersama Fatimah R.ha. Dan saya ingin bagaimana laki-laki menjadi pembantu dari Hasan dan Husain pimpinan pemuda-pemuda surga. Nanti di akhirat akan dipisahkan orang-orang yang ikut barat. Berpisahlah kalian. Jangan sampai di dunia kita hidup dengan orang-orang kampung, tapi di akhirat dikumpulkan dengan orang-orang barat:

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ
Maka orang-orang merasa ketakutan hari itu, jantung pecah. (Yasin: 59)

Seandainya ada kematian, tentulah mereka mati semua. Tapi kematian telah tiada. Maka semuanya diseret. Wanita diseret dari tengkuknya, kemudian laki-laki akan dimasukkan tangan ke dalam rahangnya, ditarik hingga semua keluar. Dibawa, kemudian diseret. Maka laki-laki berteriak-teriak waasyabaabaah-waasyabaabaah, wahai masa mudaku-wahai masa mudaku. Apa yang dikasihani, sedangkan mereka tidak kasihan pada masa mudanya. Dan wanita-wanita akan berteriak-teriak waakhabaayaah-waakhabaayaah, wahai malu, wahai malu. Apa yang dikasihani dengan rasa malu, sedangkan waktu hidupnya tidak punya rasa malu, tidak mau menutupi dirinya.

Maka hadirin-hadirat, yang mulia, jadilah kita ini hamba-hamba Allah, Allah yang telah menciptakan kita. Allah menciptakan kita untuk apa, supaya kita hidup mendapatkan ridha dari Allah Swt. Menyempurnakan perintah-perintah Allah Swt, menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah Swt, kemudian bertemu dengan Allah Swt. Bila menjadikan kehidupan Rasulullah Swt sebagai kehidupan kalian, maka di dunia bahagia, di akhirat bahagia.Allah Swt tidak jadikan dunia tempat bersenang-senang, tapi dunia hanyalah sekedar permainan. Ini adalah alat kesenangan yang menipu. Dunia adalah sebelah sayap nyamuk, dunia adalah sarang laba-laba. Orang-orang yang lari mengejarnya adalah orang gila. Dan orang-orang yang melihat mimpinya ini adalah orang-orang yang tidak berakal. Maka orang-orang yang berlomba-lomba memparbesar rumahnya di dunia ini, adalah orang yang paling bodoh. Mengejar dengan susah payah membangun rumah yang akan ia tinggalkan. Dan dia lupa dengan surga yang telah Allah sediakan. Dia mengejar-ngejar sesuatu yang akan dia tinggalkan, lupa pada sesuatu yang abadi. Ini adalah tempat singgah saja.

Semuanya, satu demi satu pergi meninggalkan dunia. Laki-laki kaya mati, perempuan kaya mati, laki-laki miskin mati, perempuan miskin mati, rakyat mati, pejabat mati, pedagang mati, penjual pakaian mati, penjual makanan mati, semuanya satu demi satu akan mati. Kita lihat, kubur makin lama, makin banyak penghuninya. Pasar makin hari berkurang dan dikurangi orang-orangnya. Sehingga akan tiba suatu saat nanti, kita habis semuanya. Seperti apa pun ramainya sebuah pasar, seperti apa pun ramainya sebuah rumah, suatu saat nanti akan sepi…sepi…tidak tersisa kecuali sarang laba-laba dan suara desiran angin. Dan akan tiba lagi suatu masa tatkala laba-laba pun habis, desiran angin pun habis, kita akan menghadap pada Allah SWT. Kita akan ditanya,”Wahai hambaku, apa yang kamu bawa untuk menghadap padaKu?”. Maka jadikanlah cara hidup Rasulullah Swt sebagai cara hidup kita. Tidak ada manusia yang lebih perhatian, yang lebih sayang, yang lebih cinta, melebihi Rasulullah Saw.

Coba, adakah yang 23 tahun lamanya menangis tanpa berhenti? Rasulullah Saw 23 tahun lamanya terus menerus menangis untuk ummatnya. Dan adakah seorang bapak yang susah payah, jerih payah 23 tahun tidak berhenti untuk anaknya? Rasulullah Saw jerih payah, matia-matian berjuang untuk ummatnya. Rasulullah Saw yang diutus untuk menangisi ummatnya pun, sampai Allah tegur, “Jangan kau menangis sampai seolah-olah kau akan bunuh dirimu sendiri”. Sebagaimana seorang ayah yang menyuruh anaknya untuk rajin belajar. Tatkala anaknya berlebihan belajar pun, ayahnya pasti akan mengingatkannya untuk beristirahat.

Kemudian Allah Swt bertanya, “Wahai kekasihku, apa yang kau tangisi?” “Ummatku Ya Allah.” Begitu sayang beliau kepada ummatnya. Tatkala ke Thaif dan penduduk mengusir beliau, gunung hampir ditimpakan kepada mereka dan beliau sendiri yang menahannya. Mereka mengusir, melempari dan mengejar beliau hingga pingsan berlumuran darah. Diangkat oleh Zaid RA dibawa berteduh di kebun orang kafir yang memusuhi beliau. Kebun itu milik ‘Utbah bin Rabiah yang mengnginkan kematian beliau. Namun begitu parahnya keadaan beliau, orang yang begitu benci pun tatkala melihat keadaan beliau menjadi trenyuh. Tidak mampu menahan air mata. “Wahai Muhammad, apa yang terjadi dengannya?” Dia sendiri yang memetik anggur dari kebunnya. Karena rasa malu saja dia tidak suguhkan sendiri. Dia suruh budaknya untuk menyuguhkannya. Ini seorang kafir musuh keras Rasulullah SAW. pun merasa kasihan pada beliau. Tetapi, bagaimana perlakuan ummat ini kepada beliau? Sunnah dirusak. Acara pernikahan diadakan, adakah yang tanpa iringan suara musik? Bila ditanya, kenapa melakukan ini, maka akan dijawab bahwa ini adalah untuk menyenangkan anak laki-laki atau anak perempuan saya.

Mengapa tidak dipikir, apakah tidak perlu untuk menyenangkan Allah dan Rasulnya? Mengundang paman, kakek, saudara, kerabat, kawan unutk menyenangkan mereka. Kita melakukan berbagai perbuatan untuk menyenangkan mereka. Kita katakan, mengapa tidak terpikir untuk menggembirakan Allah yang telah menjadikan anak baginya hingga usianya muda dan dinikahkan pad hari itu? Mengapa tidak terpikirkan untuk menggembirakan Rasulullah SAW. yang dari kampungnyalah kita hidup sebagai manusia. Yang dengan berkah tangisannya kita masih berbentuk manusia. Kalaulah beliau tidak habis-habisan menangis minta pemecahan masalah kita, tidak akan kita temui manusia hari ini di pasar-pasar. Di sana hanya akan kita dapati hewan berkeliaran. Semua orang ingin kita senangkan. Kenapa tidak kita senangkan Allah dan RasulNya?

Iringan pernikahan Fathimah juga diberangkatkan. Beliau juga melakukan pernikahan. Adakah wanita seperti beliau di dunia ini? Di hari kiamat nanti, saat orang akan melewati shirat. Akan diumumkan, “Tundukkan pandangan, Fathimah akan lewat.” Ke arah sanalah aku ingin membawa saudari-saudariku. Saat orang berbondong-bondong menuju ke barat. Dalam pasar di kampung terpencil hijab pun lepas. Ke manakah para wanita pendidik? Para ibu telah mati. Rumah kosong. Kita yang membakarnya dengan kabel dan TV. Dengan tangan kita sendiri. Saya katakan, jadilah anak-anak Fathimah. Bagaimana proses pernikahannya? Beliau dinikahkan di masjid. Selesai akad, Shahabat Ali RA. berkata, “Ya Rasulullah, Fathimah diberangkatkan ke rumah?” Rasulullah tidak berkata, “Bawakan alat musik, undang group band, buat pawai.” Kata beliau, “Ya, akadnya kan sudah.” Setelah shalat Maghrib, beliau pulang ke rumah. Fathimah RA. bercerita, “Waktu itu aku sedang melakukan kegiatan seorang putri yang membantu di keluarga. Aku dengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Panggil Ummu Aiman.’” Ummu Aiman adalah budak ibunda Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda, “Siapa yang ingin menikah dengan wanita ahli surga menikahlah dengan Ummu Aiman.” Beliau berkata, “Ummu Aiman, antarkan Fathimah ke rumah Ali.” Inilah pelepasan mempelai wanita. Tanpa disertai ayah. Tanpa disertai ibu-ibu yang ada, Ummahatul Mukminin yang begitu suci. Padahal saat itu ada ibunda Aisyah, Juwairiyah, Ummu Salamah Rha. Wanita-wanita yang tiada tandingnya di muka bumi. Berjalan kaki beliau diantarkan. Pakaian pun tidak diganti. “Beri tahu pada mereka, setelah ‘Isya aku akan datang.” Itulah pemberangkatan pengantin wanita. Tanpa iringan apa-apa, musik atau pun barisan manusia.

Sampai di sana, Ummu Aiman mengetuk pintu. Shahabat Ali RA. keluar. Ummu Aiman RHa. Berkata, jagalah amanat ini. Rasulullah Saw akan datang ke sini stelah shalat ‘Isya.” Inilah pemberangkatan pimpinan para wanita dua alam. Putri Rasulullah Saw yang paling beliau cintai. Putri yang beliau beritahukan, “Kaulah yang pertama kali menyusulku dari kalangan keluarga.” Putri yang lainnya beliau berangkatkan sendiri. Saat hampir wafat, shahabat Ali RA. sedang keluar. Beliau katakan kepada pembantunya, “Siapkan air panas untuk mandi. Letakkan dipan di tengah rumah. Hadapkan ke kiblat.” Setelah mandi, beliau berbaring dan berpesan, “Sampaikan pada suamiku bahwa aku sudah mandi, dengan baju ini kuburkan aku.” Sehari sebelum wafat, beliau berkata pada Asma bintu Umais, “Tolong usahakan supaya jenazahku nanti tidak terlihat bentuknya saat dibawa.” Beliau tidak ingin nantinya ada yang mengatakan bahwa putri Nabi orangnya gemuk, atau kurus, atau jangkung, atau pendek. Padahal ruh telah lepas dari badan. Dan tidak ada aturan hukum untuknya. Itulah yang saya inginkan. Jadilah putri orang-orang yang setelah mati pun tetap nampak rasa malunya. Asma Rha. Menjawab, “Waktu hijrah di Ethiopia aku melihat bila wanita meninggal maka di atas ranjang untuk membawa jenazahnya diletakkan kayu melengkung dan diselimuti dengan kain (seperti keranda di Indonesia). Sehingga tidak diketahui bagaimana bentuk fisik jenazahnya.” Fathimah Rha. Berkata, “Bagus. Buatkan seperti itu untukku.” Dengan penuh rasa malu seperti itulah beliau meninggalkan dunia. Sebab beliau menuju maqam yang sangat tinggi.

Kemarilah, menuju kebahagiaan, kemuliaan. Islam telah menyiapkan derajat yang mulia untuk wanita dalam Islam. Tanggung jawab mencari nafkah dibebankan kepada suami. Kemudian dalam nikah ada mahar. Tahukah kita apa maksud mahar. Berapa pun mahar, puluhan juta, ratusan juta, ataupun milyaran rupiah tidak bisa menjadi harga seorang wanita. Dan tidak sah nikah tanpa mahar. Mahar adalah pertanda bahwa wanita itu menjadi tanggungan lelaki sampai mati. Wanita itu akan tinggal di rumah, makan dari jerih payah suami. Orang-orang Arab punya kebiasaan untuk tidak memberi bagian warisan kepada wanita. Dan zaman sekarang pun masih banyak daerah yang berbuat demikian. Warisan tanah yang menjadi hak wanita akan disiasati oleh saudaranya sehingga dibalik dengan namanya. Orang-orang yang melakukan kezaliman seperti ini kepada saudarinya atau anaknya tidak akan bisa menyelamatkan diri dari siksa kubur. Walaupun dia ahli shalat, ahli puasa, ahli dzikir, ahli Al Quran, menyumbang madrasah, pergi bertabligh, pergi haji dan kebaikan lainnya. Dia mati dalam keadaan mengingkari satu bagian besar Al Quran. Tidak ada yang bisa melindunginya dari siksa neraka. Dia akan dihimpit di kuburnya. Suara himpitan kubur yang dideritanya terdengar mulai dari bumi belahan timur hingga barat.

Saat penguburan Zainab putri Rasulullah Saw yang tertua, beliau nampak sedih. Keluar dari liang lahat nampak cerah wajah beliau. Sahabat bertanya tentang hal itu. Beliau menjawab, “Aku sangat khawatir dengan keadaan putriku. Lalu aku memohon pada Allah untuk menyelamatkan putriku dari himpitan kubur. Allah menyelamatkannya dari himpitan kubur.” Bila tidak, sekali kubur menghimpitkan dindingnya akan terdengar dari timur hingga barat.

Kubur bukanlah gundukan tanah. Kehidupan baru akan mulai. Pahala dan siksa akan dimulai.

Ini bukan pembicaraan saya. Saya hanyalah kurir yang menyampaikan pesan dari Allah dan RasulNya. Kebiasaan di tempat kita, bila orang kaya mengirimkan sesuatu dia akan menyuruh buruhnya. Dan oarang yang menerima kiriman akan memberikan hadiah kepada buruh itu sesuai derajatnya. Saya datang seperti buruh yangmenyampaikan pesan itu. Tapi bukan uang yang saya minta. Yang saya inginkan hanyalah, yang hadir di sini meninggalkan majlis sebagi putri-putri Fathimah. Bukan sebagi penentang-penentang Allah. Kembalilah kepada Allah. Bertaubatlah. Berjalanlah menuju kemulian. Kesuksesan, kebahagiaan. Tidak ada kehidupan bagi wanita yang tidak menutup auratnya.

Saya cari nama wanita di dalam Al Quran mulai ayat pertama hingga terakhir. Sekali, dua kali, sepuluh kali, seratus kali saya cari. Tidak ada nama wanita disebutkan di dalam Al Quran selain nama Maryam. Setiap wanita disebut dengan nama suaminya: istri Aziz, istri Fir’aun, istri Nuh, istri Luth. Bisa saja Allah menyebut nama Asiyah, seorang wanita yang shalihah. Bisa Dia sebut nama Zulaikha, istri seorang gubernur yang penggoda. Hanya nama Maryam yang Dia sebut. Itu adalah untuk menjelaskan bahwa ‘Isa AS. bukan putra Allah Swt tetapi putra Maryam. Dalam banyak sekali ayat Allah Swt sebutkan ‘Isabnu Maryam. Ulama ahli tafsir menulis bahwa Allah SWT. tidak menyukai nama wanita dimunculkan, lalu bagaimana wanita dibuka penutupnya dan keluar ke mana-mana? Bagi orang muslim, nama wanita adalah malu untuk disebutkan. Nama istri seorang muslim ditutup. Nama putri seorang muslim ditutup. Kulit delima diletakkan di luar, kulit pisang diletakkan di luar, kulit buah-buahan dibiarkan di luar. Tapi isi buah pisang, isi buah delima dan buah-buah lainnya tidak ada yang dibiarkan di luar.

Kenapa para wanita ingin meniru kehidupan barat? Di sana wanita tidak diterima sebagai ibu, sebagai anak, sebagai istri, sebagai saudari, sebagai nenek. Yang diterima hanyalah sebagai pasangan kencan. Diterima selama masih bisa dinikmati. Tatkala itu hilang, ditinggalkan. Lelaki sangat tidak setia. Lebih mudah mengingkari janji dari pada wanita. Mengobral bicara seperti burung beo. Sedangkan wanita oleh Allah Swt diberi bakat untuk setia lebih daripada lelaki. Di sana, wanita diperlakukan seperti sapu tangan. Untuk menyeka keringat, setelah tidak terpakai lagi dicampakkan. Hanya sebagai pasangan kencan. Lalu ke mana anak putri, ke mana ibu, kemana saudari?

Allah Swt memberikan kepada kita agama yang begitu indah. Terkadang orang-orang yang bodoh menganggap kelahiran bayi wanita sebagai musibah. Lalu marah-marah bahkan menyiksa istrinya. Apakah tidak melihat bahwa keturunan Rasulullah Saw yang pertama adalah wanita, Zainab R.ha? Lalu Ruqayyah R.ha? Rasulullah Saw sampaikan bahwa seseorang yang diberi anak perempuan dan menerimanya dengan gembira, maka wajib surga untuknya. Dan seseorang yang memiliki tiga orang anak perempuan dididik dengan baik hingga dinikahkannya, maka antara dia dan Rasulullah Saw adalah seperti antara jari telunjuk dengan jari tengah. Seseorang bertanya, “Kalau dua orang anak perempuan?” “Bila seperti itu dia pun akan seperti itu dekatnya denganku,” jawab beliau. “Bila hanya satu putri Ya Rasulullah?” “Bila seperti itu dia pun akan seperti itu dekatnya denganku.” Lalu bagaimana yang tidak punya anak perempuan? Rasulullah Saw beritahukan bahwa “Barangsiapa yang memiliki dua anak perempuan atau dua sudari dalam keadaan kekurangan dan dia rawat hingga berkecukupan atau meninggal, maka wajib surga baginya.” Hari ini saudari haknya diambil. Setelah meninggalnya ibu tidak ada yang bisa menggantikan. Hubungan persaudaraan tidaklah murah, pecah hanya karena beberapa rupiah. Bahkan Rasulullah Saw anjurkan supaya tetap menafkahi mereka walaupun mereka telah menikah, dan surga wajib baginya.

Allah SWT. dalam Al Quran tentang waris tidak memberikan jawaban tentang bagian wanita, bahwa bagian wanita adalah setengah bagian laki-laki. Tetapi Allah menjawab tentang bagian laki-laki, seolah-olah bagian laki-laki ini diragukan berapa besarnya, dapat atau tidaknya. Allah Saw menjelaskan bahwa laki-laki juga mendapat bagian, bagian dua wanita itulah bagian satu laki-laki. Maka bila orang tidak memberi bagian pada wanita, binasalah dia. Dan tidak ada yang bisa menyelamatkan. Di sini Allah Swt menetapkan bagian wanita, lalu memerintahkan suami untuk mencari nafkah. Menjadikan suami dalam penunaian hak lebih utama daripada istri. Ini bukan keutamaan derajat, tetapi keutamaan dalam hal pengaturan saja. Lelaki seluruh dunia, adakah yang melebihi Fathimah R.ha, atau Rabiah Adawiyah?

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
Ini bukanlah kelebihan derajat. Di hari kiamat, lelaki manakah yang berani berhadapan dengan Aisyah Ummulmukminin? Dalam Al Quran Allah Swt mendahulukan penyebutan hak wanita daripada lelaki.

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
”Bagi mereka (para wanita) hak atas lelaki sebagaiman kewajiban atas mereka sebagai hak lelaki….(Al Baqarah: 228)

Dalam ayat lain berfirman

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan pergaulilah mereka (istri kalian) dengan baik.” (An Nisa: 19).
Dan Rasulullah Saw bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ
“Yang terbaik di antar kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya.”

Baru kemudian dijelaskan kewajiban wanita pada suami. Seorang wanita datang bertanya, “Ya Rasulullah, kedua orang tuaku akan menikahkanku. Apakah kewajibanku pada suami?” Rasulullah Saw menjawab, bila kau temui suamimu dengan luka memenuhi tubuhnya mulai kepala hingga kaki semuanya memancarkan nanah, lalu kau bersihkan nanah itu dengan lidahmu, seperti itu pun belum menunaikan haknya atasmu.”

Apa yang terjadi saat ini? Gara-gara masalah kecil, istri terkena marah. Karena masalah sepele, istri dipukul, istri ditampar. Padahal Rasulullah Saw di rumahnya biasa menyapu sendiri. Dengan tangannya beliau buat adonan roti diserahkan pada Aisyah, atau Juwairiyah, atau Ummu Salamah untuk dijadikan roti. Dan beliau biasa mencuci baju beliau sendiri. Padahal memiliki sembilan istri, tetapi baju beliau cuci sendiri. Beliau di rumah banyak senyum dan tawa :
كان – صلى الله عليه وسلم – ضحَّاكاً بسَّاماً
Di luar rumah selalu berfikir dan sedih. Seperti itulah Allah buat fitrah wanita, digembirakan kemudian diberi tugas. Mendidik anak menjadi pengikut-pengikut Rasulullah Saw. Mendidik anak laki-laki samapai 15 tahun, peremoauan samapai 11 tahun. Bila tiba saat pernikahan, berangkatkan dari rumah sebagai pengikut Rasulullah Saw dan sebagai peniru Fathimah R.ha. Hari ini para wanita lalai dari pendidikan. Hendaklah kita jadikan kehidupan Rasulullah Saw sebagai kehidupan kita.

Adanya ummat ini pun dari seorang ibu. Lima ribu tahun yang lalu kisah ini bermula. Memang susah untuk melihat masa lalu. Apalagi lima ribu tahun. Siapa yang akan melihat. Di Makkah Mukaramah. Putri raja Mesir, umur 20-22 tahun. Anak dalam pangkuan. Berpisah denga suami adalah pengorbanan besar bagi seorang istri. Apalagi suami seperti Nabi Ibrahim AS. Dan ini bukan di rumah, di tengah padang pasir, tentu lebih menyedihkan lagi. Tanpa bekal yang cukup, lebih menyedihkan lagi. Tidak ada yang menghibur, kesedihan lebih lagi. Dari pangkuan Ibunda Hajar ummat ini lahir. Ummat Rasulullah Saw keluar dari pangkuan beliau. Dan sedemikian hebat beliau mendidik Ismail AS sehingga pada umur kira-kira 8 tahun Nabi Ibrahim AS bertanya, “Wahai anakku, dalam mimpi aku melihat bahwa aku akn menyembelihmu. Bagaimana menurutmu?” Mestinya, waktu itu Ismail AS menjawab, “Wahai ayah, itu kan kau lihat dalam mimpi. Apa salah saya?” Lihatlah anak kita,baru disuruh mengambilkan air minum sudah ke sana-ke mari bicaranya.

Ini kita lihat bagaiman Ibunda Hajar menyiapkan putranya. Dan itu adalah saat pertama kali Ismail AS melihat ayahnya. Betapa gembira anak melihat ayahnya. Di Mina percakapan itu terjadi. Ismail AS tidak membantah. Bahkan ia panggil “Yaa Abati.” Saya benar-benar keheranan dengan kata ini. Seorang anak disuruh melakukan kerja kecil saja, dia terkadang mengatakan, “Apa sih Ayah ini,” dengan nada keberatan dan pahit. Sedangkan ini, Ismail AS menjawab “Ya Abati.” Ini adalah panggilan sayang dan kegembiraan. Nampak oleh saya bahwa saat itu ia sangat gembira mendengar perkataan ayahnya. Seperti gembiranya mendapatkan sesuati yanglam dicarinya. Seolah dia katakan, ”Wahai Ayah, aku akan dikorbankan utnuk Allah Swt ? Silakan lakukan. Inilah yang kuinginkan. Inilah yang kuinginkan.” Ibnu Qudamah meriwayatkan bahwa tatkal ditanya pendapatnya, Nabi Ismail AS menjawab, “Bila engkau menyembelihku aku akan mendapakan mendapatkan Allah Swt yang pasti lebih baik daripada engkau. Mendapatkan surga yang lebih baik daripada dunia.” Kemudian beliau melepas gamisnya dan berpesan agar diberikan kepada ibunya. Agar melihatnya bila rindu kepada anaknya. Sebab tidak ada pertanda apa pun pada ibunya untuk mengenang anaknya. Dan meminta supaya gamis Nabi Ibrahim AS dijadikan kafannya. “Ikatlah kakiku, ikatlah tanganku. Baringkan aku pada dahiku.”

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (Ash Shaffat: 103).

Maka seperti kambing yang akan disembelih, kaki diikat agar tidak berontak, tangan diikat agar tidak melawan. Badan ditelungkupkan. Tangan kiri menggenggam rambut Ismail AS, tangan kanan memgang pedang untuk menyembelih. Beliau berkata, “Wahai Tuhanku, bila ini engkau perintahkan karena kemurkaanMu sebab Ismail kadang terlintas dalam hatiku, dengan ini jauhkanlah kemurkaanMu. Dan bila ini karena Engkau mengujiku, sukseskanlah aku dalam ujian ini.” Beliau sayatkan pedang ke leher putranya. Malaikat langit menjerit. Kalimat Nabi Ibrahim AS mengoyak hati mereka. Andaikan Mina bisa bersuara, tentulah ia akan berteriak menangis.

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (Ash Shaffat: 103-104)
“Bagus…bagus… terbukti bahwa hatimu hanya untukKu bukan untuk yang lain.”

Sukses dalam ujian. Seperti ini ibu yang kita cari. Permata seperti inilah yang telah lama hilang. Permata ini yang sedang kita cari. Barang kali terselip bisa diambil dijadikan kalung yang menghias leher ummat. Bila anak dididik dalam pangkuan yang subur, akan muncul lentera dan matahari hidayah.

Abdullah bin Zubair RA bersama delapan belas orang terjebak dalam kepungan tiga ribu pasukan Hajjaj bin Yusuf. Beliau mendatangi ibunya, Asma binti Abu Bakr RA. “Ibu, Hajjaj menawarkan perdamaian padaku, bila aku terima, selamat nyawaku. Bagaimana nasehatmu?” Ibunya menjawab, “Putraku, bila dengan peperangan ini, dunia yang kau cari, binasalah dirimu dan kawan-kawanmu. Dan bila akhirat yang kau cari, jangan terima perdamaian. Hidupmu adalah kemuliaan dan matimu pun kemuliaan.” Beliau menjawab, “Ibu, memimpikan dunia pun sampai sekarang aku tidak pernah, bagaimana mungkin aku mengangkat pedangku untuk dunia?” “Anakku, ini adalah pertemuan terakhir kita.” Mereka berpelukan. Saat itu Asma R.ha merasakan ada besi di balik baju anaknya. “Anakku, apa ini?” “Aku tidak mau setelah kematianku mereka mencincang tubuhku,” jawab beliau. Asma R.ha berkata, “Bila kambing sudah disembelih, ia tidak akan takut sakitnya dikuliti.” Ibu memberangkatkan anaknya menuju kematian. Sang ibu sendiri yang melepas baju besi. Beliau berangkat. Dari pagi sampai sore dengan pedang di kedua tangan beliau bertarung bersama delapan belas orang menghadapi tiga ribu pasukan. Tidak ada musuh yang bisa mendekati mereka. Menjelang Ashar, dari gunung Abu Qubais musuh membidikkan batu besar ke arah beliau. Beliau jatuh tersungkur sambil membacakan sair, “Kami bukanlah kaum yang menghiasi tumit dengan darah punggung kami. Tetapi kami adalah kaum yang mewarnai cakar kami dengan darah dari dada kami.” Begitu besar batu itu, Abdullah RA jatuh tersungkur. “Wahai ibu, jangan kau tangisi aku.” Seperti itu ibunya, begitulah anaknya.ibu seperi inilah yang kita cari. Tapi itu pasti bukan ibu yang terbiasa denga nyanyian. Itu pasti bukan ibu yang tanpa hijab berkeliaran di pasar. Pasti itu adalah ibu yang selalu menutup rapat auratnya. Pasti itu adalah ibu yang selalu tinggal di rumahnya sebagi putri Fathimah R.ha dan budak Rasulullah Saw. Kalaupun keluar rumah, tiap langkahnya akan mendekatkannya kepada Allah Swt.

Rasulullah Saw menangisi kita bertahun-tahun lamanya. Kita malah membinasakan diri dalam dunia. Di Arafah, lima jam beliau berdoa untuk ummat. Duduk di atas onta yang tak kenal istirahat. Di bawah teriknya matahari bulan April. Terkadang beliauangkat tangannya ke arah langit. Terkadang beliau letakkan pada dada. Terkadang bila onta bergerak-gerak, satu tangan memgang tali kekang. Bila sudah tenang kembali kedua tangan beliau angkat ke atas. Beliau hanya berdoa untuk ummat saja. Buka untuk anak dan keturunan beliau. Padahal beliau sudah mendengar kabar musibah yang akan menimpa keturunan beliau. Beliau peluk cucu beliau Husain RA dalam pangkuan sambil menangis lama. Salman RA yang melihat kejadian itu bertanya. Beliau menjawab, “Baru saja Jibril AS mendatangiku dan memberi kabar bahwa cucuku ini akan dibunuh oleh ummatku. Dinampakkan padaku bagaimana mereka menumpahkan darah.” Enam belas orang keluarga Husain RA dibantai dan dipotong-potong. Ditambah lima orang saudara seayah beliau. Tujuh puluh dua kepala dipenggal. Terakhir, Abdullah, anak kecil yang tidak berdosa pun dibunuh juga. Sedangkan para wanita ditawan dibawa oleh pasukan ibnu Ziyad. Takala mereka melewati kepala yang bertebaran, salah seorang berkata, “Wahai Muhammad, wahai Muhammad, ini Husain dipenggal kepalanya, bertebaran anggota tubuhnya. Keturunan laki-lakimu dibunuh. Dan putri-putrimu dijadikan tawanan.” Mendengar itu, semuanya menangis. Musuh pun menangis. Pembantaian yang akan menimpa keturunan beliau tahan. Tapi untuk ummat merengek-rengek beliau memohon.

Rabiul Awwal tiba. Saatnya beliau meninggalkan dunia. Datang malaikat Jibril AS berkata, “Ada satu malaikat lagi, besar, menunggu di luar. Belum pernah datang sebelumnya, dan tidak akan datang lagi selamamnya. Malaikat maut minta izin padamu untuk masuk.” Betapa tingginya derajat Nabi kita, malaikat maut pun minta izin dulu sebelum masuk ke dalam rumahnya. “Masuklah,” kata beliau. Izrail AS berkata,”Ya Rasulullah, sejak aku ditetapkan sebagai malaikat maut, ini pertama kali Allah berfirman padaku, ‘Mintalah izin. Bila diizinkan masuklah. Bila tidak, kembalilah. Tanyalah dulu, akan pergi atau akan tinggal. Bila memilih tinggal, kembalilah.’” Rasulullah Saw bertanya kepada Jibril AS, “Apa pendapatmu?” “Ya Rasulullah, Allah Swt rindu untuk bertemu denganmu.” “Benarkah? Tapi aku tidak bisa pergi sebelum kuselesaikan urusan ummatku.” Jibril AS pergi, Izrail AS diam menanti. Sebentar kemudian datang dan berkata, “Allah Swt berfirman bahwa ummatmu tidak akan dibiarkan sendirian.” “Sekarang, sudah tenang hatiku,” kata beliau. Andaikan bukan karena jerih payah beliau, tentulah kita ini sudah menjadi hewan yang berkeluiaran. Pahamilah, hargailah tangisan beliau untuk ummatnya. Untuk keturunan beliau pun beliau tidak berdoa seperti itu.

Belaiu bersabda kepada malakul maut, “ Lakukan tugasmu!” Jibril AS berteriak, “Ya Rasulullah, begitukah keputusanmu? Berarti,inilah kali terakhirku datang ke dunia. Silsilah wahyu berakhir sudah.” Tatkala Izrail AS mulai mengambil ruh beliau, shahabat Ali RA yang memegang tubuh beliau berkata, “Ya Rasulullah, tidak ada kematian di dunia ini seperti kematianmu. Andaikan engkau tidak memerintah kami untuk bersabar, tentulah kami akan tunjukkan pada dunia, bagaimanakah menangis itu? Tentulah dunia akan melihat, seperti apakah yang namanya bersedih.” Di akhir nafas, beliau berpesan kepada ummat, “Janganlah ummatku meninggalkan shalat. Dan perhatikan hamba sahaya kalian.” Hari ini berapa banyak wanita bertenbaran di pasar meninggalkan shalat? Anak-anak muda nongkrong, berapa yang shalat? Dan pesan yang kedua, apa maksudnya? Berbuat baiklah pada orang miskin, pada bawahan, pada para pembantu. Mereka juga orang mukmin. Mereka pun punya keluarga. Punya anak. Punya ibu. Jangan sampai karena kesalahan-kesalahan kecil kita berlaku kasar pada mereka. Itulah pesan terakhir Nabi kita. Dan tatkala suara beliau makin lemah, beliau bersabda, “Shalat, shalat,shalat. Allahumma ma’arrafiqil a’la.” Beliau wafat. Ibunda ‘Aisyah R.ha menjerit. Mendengarsuara jeritan dari dalam rumag Rasulullah r terjadi keributan di luar. Umar RA segera menghunus pedangnya dan berkata, “Awas, barangsiapa mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah wafat, kupenggal lehernya. Beliau hanya pergi uintuk bermunajat kepada Allah sebagaimana Musa AS bermunajat. Beliau akan kembali.” Abu Bakar RA datang, langsung masuk ke dalam rumah dan membuka selimut Rasulullah Saw. Beliau cium kening beliau Saw, menangis sambil berkata, “Wahai Nabi, wahai Kekasih, wahai belahan jiwa.” Dengan tenang beliau melangkah ke dalam masjid. “Duduk!”kata beliau pada Umar RA. Umar RA dengan tegas menolak, “Saya tidak akan duduk.” Abu Bakar RA naik mimbar dan berkhutbah, “Wahai manusia, barangsiapa menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan Kekal. Lalu beliau bacakan firman Allah Swt :

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (Ali Imran: 144).

Mendengar itu, UmarRA jatuh tersungkur. “Seolah ayat itu baru hari itu diturunkan,” kata Umar RA. Di hari berkabung itu, tiba waktu Zhuhur Bilal RA mengumandangkan adzan. Begitu sampai pada kata “Asyhadu anna Muhammadarrasulullah” suara tersekat. Dua puluh kali diulang. Suara melemah. Madinah gemuruh dengan dengan suara tangis. Para wanita tidak mampu menahan suara mereka. Begitu turun, Bilal RA mengatakan, “Mulai hari ini aku tidak akan adzan lagi.”

Musafir yang menangisi ummat telah pergi. Di saat kepergiannya pun ummatnya yang dipikirkan. Dan setelah kematiannya pun ummatnya yang dipikirkan. Imam Al Atabiy, Annawawi, Ibnu Katsir meriwayatkan kisah: Al Atabiy berkata, “Takala aku duduk di dekat kubur Rasulullah Saw seorang badui datang ke kubur Rasulullah Saw dan membaca ayat:

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا
Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Aku datang dengan memohon ampun atas dosaku dan meminta syafaat padamu pada Rabbku. Lalu membaca bait sair:
يا خيرَ من دُفنَت بالبقاع أعظُمُه … فطاب منْ طيبهنّ القاعُ والأكَمُ
نَفْسي الفداءُ لقبرٍ أنت ساكنُه … فيه العفافُ وفيه الجودُ والكرمُ
Wahai yang dikubur di pelataran yang dengannya tanah menjadi berkah, lambah menjadi berkah, dan gunung pun menjadi berkah.

Aku korbankan diriku kubur yang engkau tempati, di situlah kedermawanan, di situlah kemuliaan, di situlah keluhuran
Dua bait sair ini tertulis di kubur beliau yang mulia hingga hari ini. Tambah dua bait lagi:
أنت الشفيع الذي ترجى شفاعته … على الصراط إذا ما زلت القدم
وصاحباك فلا أنساهما أبدا … مني السلام عليكم ما جرى القلم
Engkaulah pemberi syafaat yang diharapkan syafaatnya di atas shirat tatkala telapak kaki tergelincir
Juga kedua sahabatmu tidak akan aku lupakan selamanya, salam dariku untuk kalian selama qalam masih berjalan.”

Sair yang sudah ratusan tahun ini abadi hingga hari ini. Lalu orang badui itu pergi dan Imam Al Atabi tertidur. Beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw yang bersabda, “Kejar orang badui itu dan sampaikan padanya bahwa Rabb telah mengampuni dosanya.” Setelah wafat pun masih berjalan bantuan untuk ummatnya. Tidak adakah yang sadar? Tidak adakah yang terguagah? Ini baru di dunia, lihatlah jauh ke depan. Tatkala semua orang mengatakan nafsi…nafsi.. (diriku…diriku…). Suami tidak ingat istri, istri tidak ingat suami. Anak tidak ingat orang tua, ayah dan ibu tidak ingat anak. Adam AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Idris AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Nuh AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Hud AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Shalih AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Yunus AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Musa AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Harun AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Yahya AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi Zakaria AS berkata, “nafsi…nafsi.” Nabi ‘Isa AS berkata, “nafsi…nafsi.”

Tapi ada satu pribadi yang berbeda dengan lainnya, yang berseru Ya Allah ummatku, ummatku. Padahal semua Nabi memikirkan diri masing-masing. Ibu memikirkan diri masing-masing. Nabi kita tetap setia memikirkan ummatnya. Maka mengapa kita ingkari beliau? Mengapa kita khianati beliau? Mengapa kita durhakai? Tidak adakah orang lainnya? Maka segeralah bertaubat, segeralah bertaubat. Sebenarnya saya ingin berbicara singkat, tetapi pembicaraan menjadi panjang. Saya tidak tahu kapan bertemu lagi dengan majma seperti ini? Orang mengatakan kita gila, mondar-mandir meninggalkan keluarga. Bukan sembarang gila, tetapi kengerian pemandangan akhirat membuat kita lupa. Membuat kita gila. Kengerian kematian membuat kita melupakan segala kesusahan. Dan surga serta indahnya keadaan setelah kematian telah membuat kita lupa pada masalah-masalah dunia.

Kita inginkan, Nabi Saw akan menyambut, “Wahai wanit muslimah dari abad lima belas yang telah memperjuangkan perasaan malunya. Tatkala para wanita hidup ala barat, berkeliaran di pasar-pasar, dan kalian menjaga hijab kalian, bangkitlah bersama Fathimah putriku. Betapa indahnya saat itu bila kita berhasil meminum air telaga kautsar yang diberikan dengan tangan mulia Rasulullah Saw sendiri. Tatkal beliau memeluk ummatnya dari abad 1ima belas. Tidakkah itu menjadi cita-cita kita? Bertaubatlah, bertaubatlah, berangkatkan segera para suami, ayah, anak, saudara empat bulan empat puluh hari bersama jamaah. Dan ibu-ibu juga bentuk jamaah keluar bersama suami, ayah, anak, saudara. Hidupkan amal agama di rumah. Shalat, tilawah Al Quran, pendidikan anak secara Islami, menunaikan hak suami, menunaikan hak istri. Meyiapkan makanan yang halal untuk keluarga. Keluar denga hijab sempurna. Allah Swt tidak melarang wanita keluar rumah. Tetapi bila keluar hendaklah meniru putri Nabi Syu’aib AS yang memanggil Nabi Musa AS. Allah Swt kisahkan bahwa ia datang berjalan di atas rasa malu. Seolah-olah rasa malu itulah kendaraan yang dinaikinya.

Ummu Salamah R.ha bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang lebih utama antara bidadari dan wanita yang masuk surga. Bidadari diciptakan dari kasturi, ambar dan lain-lainnya. Sedangkan wanita dunia diciptakan dari lumpur dan air?” Beliau Saw menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita mukminah yang masuk surg alebih utama daripada bidadari.” “Mengapa wahai Rasulullah?” “Sebab shalat mereka, sebab puasa mereka, sebab ibadah mereka kepada Allah Swt, sebab kitab Allah Swt. Allah Swt memberikan nur dariNya pada wajah mereka. Kecantikan bidadari redup di depan mereka. Bidadari tinggallah sebagi pemabntu mereka. Bidadari yang membantu mengangkat rambut mereka. Ujung pakaian mereka menjuntai samapai tiga mil jauhnya. Tiga mil. Lama saya berpikir tentang pakaian tiga mil ini. Akhirnya saya mengerti bahwa pakaian penduduk surga terbuat dari cahaya. Sedangkan cahaya tidak ada berat jenisnya. Tiga mil atau tiga ratus mil tidak akan terasa beratnya. Sekali pakai seratus stel setiap stel berbeda corak dan warna. Dan setiap stel memiliki pengaruh kecantikan pada wajah tersendiri. Allah berikan kecantikan pada mereka sehingga suami istri berpandangan empat puluh tahun lamanya tidak ada bosannya.

Maka kita taubat. Semuanya, laki-laki dan wanita taubat. Mengganti arah hidup kita. Kita ini bukan jamaah, jamaah tabligh seperti yang dianggap orang. Kita ingin hidup sesuai dengan kekasih kita. Bila untuk memasak saja kita perlu belajar, dan kita mesti menyempatkan waktu untuk itu. Untuk hidup sesuai denga cara Rasulullah Saw pun perlu diusahakan. Selain itu, kita punya tanggung jawab untuk menyampaikan agama ke ujung-ujung dunia.Wanita tentukan satu bagian dari rumahnya untuk tempat shalatnya. Laki-laki bagus shalat sunnat di sana. Sedangkan shalat wajib di rumah. Satu waktu ditentukan utnuk taklim bersama-sama. Saling pahami hak dan kewajiban suami istri. Jangan sampai karena kebodohan akhirnya yang terjadi berlebihan. Suami melarang istri untik bertemu orang tuanya. Atau orang tua istri merasa berat untuk melepaskan putrinya. Sehingga setelah pernikahan malah musibah dan kesedihan yang didapati. Ini semua karena kebodohan. Hiasi anak-anak dengan akhlak. Jangan merasa cukup menjadikan anak sebagai dokter, insinyur, pejabat, pedagang. Sudahkah kita jadikan anak kita sebagai manusia.

Ada orang yang Allah Swt pandang dengan sangat jijik seperti jijiknya kita memandang kotoran manusia. Siapakah mereka? Orang yang merasa gembira dengan mengadu domba. Dia sampaikan pembicaraan dari sana-sini sehingga terjadi pertengkaran. Hidup adalah akhlak. Walaupun tinggal di rumah yang gelap gulita maka akan nampak cahaya rembulan di sana. Dalam pernikahan jangan jadikan harta sebagai ukuran. Jangan lihat berapa mahar yang mampu dia berikan, apa profesinya, apa saja bingkisannya. Yang paling utama, bagaimana akhlaknya. Jagalah tilawah Al Quran, tentukan waktu untuk berdzikir kepada Allah Swt.
Doa ………