Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Mari kita ungkap lebih dalam perihal pertanyaan ini, dan kita jangan termasuk seperti bani Israil yang menanyakan kenapa Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman itu terlahir dari Arab tidak dari bani Israil. Pertanyaan ini terlontar sangat wajar karena banyak Nabi lahir di kalangan bani israil, dan memang dari turunan Nabi Ishak As ini sangat banyak Nabi. Sedangkan dari Nabi Ismail As hanya satu Nabi saja, yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman.
Ummat Islam ini bukan hanya berada di arab, tetapi sudah sangat tersebar ke berbagai negara. Semua sejarah mencatat dengan baik perihal da’wah Abi Waqash RA sampai ke negera Cina. Atau kisah-kisah lainnya. Kita bisa bayangkan dengan pikiran yang normal, tanpa ada pesawat atau kendaran yang sangat hebat saat itu, tetapi kaum muslimin telah menembus negara-negara untuk menyampaikan agama Islam yang mulia ini. Jika kita perhatikan daratan yang ditempuh, gunung yang tinggi dan suhu yang dingin, tetapi mereka terus bergerak ke negara-negara jauh. Kira-kira SEMANGAT APA yang menjadikan mereka berani meninggal tanah air dengan waktu yang sangat panjang itu. Hal ini bisa terjadi karena PIKIR yang menghujam ke dalam diri mereka seperti mana PIKIR NABI untuk menyebarkan Islam ke seluruh daerah dan tempat. Apa PIKIR NABI itu? Allah swt dengan jelas dan lugas menjelaskan pikir dan kerisauan beliau itu dalam ayat Al-quran sendiri.
Perhatikan dengan ayat At-Taubah terakhir 128-129:
“sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (At-Taubah: 128-129).
Para Shahabat RA dan juga para Ulama dulu sangat memahami perihal risau ini, mereka ini menyelami kisah Nabi bagaimana ke thaif, mereka ini menyelami kisah Nabi ketika mengajak kaumnya sendiri di mekkah, mereka ini menyelami bagaimana hijrah Nabi ke Madinah, bagaimana keluarganya sendiri ada yang menghina dan mau merencanakan membunuhnya. PADAHAL apa yang diinginkan Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, yang mulia ini. Sebuah keselamatan dan keimananan bagi ummat manusia. Nabi kita bukan mau harta yang dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Jadi para Shahabat dan juga para Ulama berani untuk berpergian yang jauh untuk menyebarkan Islam ini dengan harta dan jiwa mereka sendiri. Silahkan pelajari kisah-kisah penyebaran Islam ke Indonesia, dan terutama dengan kehadirannya orang-orang Arab di Indonesia. Kalangan Arab ini sangat berperan dalam penyebaran Islam, dan menurut sejarah banyak dari kalangan Hadramaut yang ke Indonesia.
Kemajuan kaum muslimin di jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat RA yang signifikan yaitu setelah ditetapkannya tempat berhimpun dan menjalankan aktifitas ijtimaiyyah kaum muslimin, Masjid. Masjid ini yang menjadi titik central Utama di jaman itu. Bahkan banyak penjelasan tolok-ukur kaum muslimin dapat dilihat dari kedatangannya ke masjid. Dan banyak ayat dan juga hadist yang menjelaskan keutamaan terhadap masjid ini. Jika Allah swt dan juga Nabi kita menekankan perkara masjid, maka tentunya masjid ini mempunyai peran sangat penting bagi kehidupan kaum muslimin dari masa ke masa. Kita dapat mempelajari perihal keutamaan masjid dalam kitab yang ditulis para Ulama.
Sehingga siapapun di dunia ini yang dapat menjalankan aktifitas-aktifitas masjid itu dengan baik seperti mana yang terjadi di jaman Rasulullah SAW dan para Shahabat RA. Dan terutama dengan aktifitas da’wah Islam, karena da’wah Islam ini mempunyai dampak perubahan dari ketidaktaatan menjadi ketaatan itu sendiri. Kita kaum muslimin sangat dianjurkan untuk menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat yang mungkar. Dari jelas da’wah itu merupakan aktifitas untuk melakukan perubahan dari yang tidak diridhoi menjadi yang diridhoi Allah swt. Sehingga jika da’wah ini dijalankan di masjid, maka dengan sendirinya pesan dan kesan masjid itu akan masuk ke dalam rumah-rumah kaum muslimin. Dan da’wah ini tidak mungkin dijalankan kecuali dengan ijtimaiyyah jika dilakukan di masjid kita.
Ada satu ayat yang sebenarnya cukup penting dipelajari dengan baik, bagi kaum muslimin yang menjalankan aktifitas da’wah ini, yaitu Ali-Imran:104. Dalam ayat ini terdapat kata “waltakum minkum ..”, terdapat dua penjelasan terhadap ayat ini oleh kalangan Ulama yaitu “Membentuk sebagian dari kaum muslimin ….” Dan “Membentuk Ummat Islam sebagai Ummat Da’wah ..”. Tetapi keduanya pada prinsipnya adalah sama untuk mendorong aktifitas da’wah itu sendiri. Yang namanya “membentuk ..” tentunya mencetak atau menjadikan seseorang untuk terjun dalam da’wah. Jika dilakukan di masjid, maka secara kemestian perlu dilakukan tertibnya atau metodanya dengan baik. Dalam hal ini kita sendiri dapat menyusun metodanya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, tetapi bukan berarti kita harus berpegang terus dengan prosedur kita jika ada yang membawa metoda yang lebih mudah dan menyeluruh.
Masjid Nabawi di Arab belum menjadikan sebagai pusat da’wah, tetapi masih dijadikan sebagai pusat pengajaran dan pendidikan (ta’lim) Islam. Karena tentunya para Ulama sendiri sangat memahami apa pengaruh (efek) dari da’wah itu sendiri. Da’wah itu akan memberikan perubahan ke setiap lingkungan masyarakat, dan tentunya akan memberikan dampak orang-orang untuk berdatangan ke masjid itu sendiri dengan sukarela. Kaum muslimin sekarang juga datang ke masjid Nabawi, itupun sebenarnya karena pengaruh da’wah (ajakan) meskipun caranya mungkin dari kata-kata ringan. Sehingga banyak juga kaum muslimin akhirnya untuk belajar di masjid Nabawi. Tetapi jika menjadikan pusat da’wah, maka akhirnya akan disebarkan ke berbagai negeri untuk menyebarkan Islam. Dan nantinya secara automatis akan banyak orang datang ke masjid Nabawi ini, dan seterusnya kembali menyebarkan Islam. Dan akhirnya menggerakan semua aktifitas lainnya, seperti ta’lim, ibadah dan juga khidmat atau muamalat.
Waktunya akan datang, para Ulama di arab sendiri terutama yang mendukung usaha da’wah dan tabligh seperti Syeikh Abu Bakar Al-Jazairi juga sangat paham ini, tetapi perlu mempertimbangkan dengan hikmah dan dalam. Oleh karena itu beliau sendiri hanya menjelaskan ketika ditanya perihal usaha da’wah di masjid itu, bahwa usaha da’wah ini merupakan mutiara di akhir jaman. Jadi pengaruh da’wah dan ta’im sangat berbeda hasilnya. Waktunya akan datang dengan sendirinya, ketika sudah siap semuanya. Jika tidak, maka akan sangat mudah dihancurkan da’wah ini oleh musuh-musuh Islam itu sendiri. Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa perihal perahu merupakan pelajaran terpenting bagi kalangan ahli da’wah, agar semuanya berjalan dengan sederhana dan senyap, tetapi semuanya berjalan dengan jelas dan pasti. Pelajaran
Dan Maulana Ilyas Rah memulai dari masjid yang sangat sederhana di daerah Nizamuddin, dan sekarang tersebar ke seluruh dunia bahkan tembus negara-negara Eropa, Amerika dsb. Bahkan beberapa tahun yang silam kaum muslimin Inggris sangat berkeinginan membangun masjid markaz ini menjadi masjid yang indah dan besar, dan hal ini disampaikan kepada maulana Inamul Hasan Rah, tidak dapat diiijinkan oleh beliau. Dan bahkan beliau mendorong untuk membangun masjid besar dan megah di Inggris sendiri, dan hari ini menjadi perbincangan di Inggris akan menjadi masjid terbesar di Eropa yang dibangun kalangan da’wah dan tabligh. Dorongan Maulana Inamul Hasan Rah itu sekitar 15 tahun yang lalu.
Kita boleh berkeinginan dan merencanakan. Tetapi juga kita harus menyaqini bahwa Allah swt sendiri mempunyai rencana. Maulana Ilyas Rah hanya sebagai asbab saja untuk kaum muslimin, tetapi sebenarnya semua tertib itu telah tertulis dengan baik oleh para ulama dulu. Dan beliau ini hanya perangkai dari sumber-sumber itu yang saling berkaitan untuk menjadi sebuah model metoda da’wah dan tabligh, dan sekarang ijtihad itu telah banyak memberikan kesan dan pesan ke seluruh dunia, termasuk di kalangan arab sendiri termasuk para Ulama. Dan jika banyak mempelajari siapa Maulana Ilyas dan keluarganya. Kita akan mengetahui bahwa mereka juga merupakan turunan dari kalangan para Shahabat RA.
Thanks,
Haitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar