“ Ketika Allah swt sayang kepada hamba-hamba-Nya yang kafir maka Allah swt perkenankan memberikan mereka hidayah untuk memeluk Islam, dan ketika Allah swt sayang kepada hamba-hamba-Nya yang muslim maka Allah swt gunakan mereka untuk menyebarkan risalah-Nya”.
Betapa bahagianya hamba yang hina ini karena masih Allah swt berikan kesempatan untuk dapat hadir bersilaturahmi dengan saudara-saudara muslim lainnya pada tanggal 8,9,10 Agustus 2008 di Serpong.
Ribuan manusia berkumpul dalam satu tempat, tidak ada maksud dan tujuan lain selain agar Allah swt berkenan memandang kami semua dengan pandangan Rahmat-Nya, sebagai mana dulu Allah swt memandang kaum Muhajirin dan Ansor pada zaman Rasulullah saw.
Disini seseorang di muliakan bukan berdasarkan seberapa banyak dunia ada di diri mereka, melainkan seberapa banyak Agama ada di diri mereka, Hatta anda seorang wakil presiden pun tidak akan mendapatkan perlakuan khusus disini, seperti yang di tulis detik.com. Anda akan mendapat perlakuan khusus mana kala ada agama di diri anda, Ketika anda seorang Ulama maka anda diperbolehkan duduk pada shaf terdepan, mendapatkan ruangan khusus, perlakuan dan pelayanan khusus, ini tak lebih hanya karena menghargai Ilmu Agama yang ada di diri anda
Sulit bagi saya untuk menggambarkan apa yang terjadi disana, ketika ribuan manusia berkumpul dengan maksud dan fikir yang sama, pada doa dan pengharapan yang sama, pada tetes air mata yang sama, agar Allah swt kekalkan hidayah-Nya dan agar Allah gunakan kami semua sebagai perantara hidayah-Nya bagi makhluk di didarat, laut, dan udara.
Saya seperti “melihat” dan “ merasakan” semangat para sahabat Nabi ada disini, ketika saya melihat lelaki tua yang sudah tak bisa berjalan dan harus di gendong atau menggunakan kursi roda dan tongkat. Saya seperti “melihat” ‘Amr bin Jamuh ra, seorang sahabat Nabi yang berkaki pincang tetapi memiliki semangat jihad yang tinggi sehingga Allah swt memberikan kemuliaan dengan kesyahidan. Begitupun ketika saya melihat santri-santri kecil yang berusia di bawah 10 tahun dengan khusyu’ nya melakukan sholat dan membaca Alqur’an, saya teringat semangat Umair ra, Rafi’ ra, Ibnu Jundub ra dalam berjihad sampai-sampai mereka harus berjuang keras agar di perbolehkan oleh Rasulullah saw untuk ikut berjihad.
Saya tiba di medan ijtima dengan nomor tiket masuk 30.911, ini menandakan saya orang yang ke 30.911 dari kurang lebih 100 ribu orang yang menghadiri ijtima di 5 wilayah Indonesia ( Jawa ( Bertempat di Jakarta ) , Bali dan Nusa Tenggara, Sumatra ( Riau), Kalimantan ( Banjarmasin ), dan Indonesia Jauh ( Sulawesi sampai Irian ).
Kalau di bandingkan dengan ijtima tahun kemarin di Ancol, jelas ijtima kali ini jauh lebih baik dilihat dari jumlah peserta, tempat penyelenggaraan, dan ketertiban. Saya banyak bertemu dengan teman-teman disini, Ada sulton, Abror, Martik , Mas Kunto, Anton Seno, Ustad Irul, dan masih banyak yang lain, sayangnya saya tidak bisa bertemu dengan Mas hanafi karena medan jord yang begitu luas, dan tempat kami yang terpisah, walau kami selalu kontek via HP. Saya menempati tenda Jakarta, yang berdekatan dengan Tenda Jawa Barat dan Lampung, sedangkan Mas hanafi menempati tenda Jawa Tengah yang letaknya sangat jauh dari tenda Jakarta.
Banyak pelajaran dan hikmah yang bisa saya petik di sana, Bahwa pentingnya untuk selalu lagi dan lagi membicarakan perkara Akhirat, karena Akhirat adalah suatu yang Haq.
Sering kali kita merasa malu mana kala kita membicarakan perkara agama di tengah keluarga kita dan lingkungan kita tetapi untuk perkara dunia kita tidak segan untuk lagi dan lagi membicarakannya, padahal untuk perkara dunia segala sesuatunya sudah di atur dan di takdirkan oleh Allah swt, baik kita mendapatkan sedikit atau banyak, tetapi untuk perkara Akhirat belum ada jaminan dari Allah swt hatta kita seorang Nabi sekalipun.
Kalau melihat sejarah kehidupan Nabi dan para Sahabatnya, kita bisa melihat bagaimana mereka yang sudah di jamin oleh Allah swt masuk surga pun masih mati-matian untuk perkara agama, tapi kita yang tidak ada jaminan sedikitpun tenang-tenang saja dan tidak ada kerisauan sedikitpun dengan agama yang ada di diri kita.
Istri dan anak tidak taat kepada Allah swt kita tenang-tenang saja, wanita di keluarga kita belum tutup aurat kita tak ada sedikitpun kerisauan, anak kita tidak sholat pun masih bisa tertawa. Pada hal mereka hari demi hari sedang menuju kepada kemurkaan Allah swt, menuju ke neraka yang panasnya ratusan ribu kali dari api dunia.
Kalau anak istri kita sakit, kita begitu risaunya, tapi mana kala anak dan istri kita tidak taat pada perintah Allah, kita tenang-tenang saja, seakan beranggapan masalah akhirat tidak seberapa bila di banding dengan masalah dunia. NAUZUBILAH.
Saudaraku, mau tidak mau, suka tidak suka dunia yang kita diami ini akan kita tinggalkan, masih panjang perjalanan yang harus kita lewati, masih ada Kubur, Masyar, Mizan, Syirot dan terakhir Surga dan Neraka. Perjalanan ini bukan main-main, tetapi mengandung resiko yang besar, karena akan menentukan nasib kita di hadapan Allah swt kelak. Dunia yang kita diami sekarang ini adalah penentu untuk perjalanan di alam-alam selanjutnya, apakah kita akan selamat atau sengsara.
Rasulullah saw telah habiskan umur beliau hanya untuk perkaran ini saja, bagaimana seluruh umatnya dapat selamat dari neraka-Nya dan masuk kedalam Surga-Nya. Bagaimana setiap orang yang meninggal dunia membawa iman yang sempurna tanpa cacat sedikit pun.
Saudaraku, Rasulullah saw sudah tiada, tetapi kerja untuk mengajak kepada Agama harus tetap berlanjut sampai hari kiamat, kalau bukan kita lantas siapa lagi yang mau melakukan itu semua, apa kita berharap orang non muslim yang melakukan itu???
Saudaraku, hari demi hari kemerosotan terhadap agama sudah terjadi di depan mata kita, bahkan di tengah-tengah keluarga kita, berapa banyak hari ini orang yang meninggal dunia tanpa membawa iman??? Bayangkan kalau orang tersebut adalah kita atau keluarga kita???
Hari ini kalau ada orang yang kelaparan kita tergerak dan berbondong-bondong untuk membantu mereka tapi hari ini tak kala keluarga kita atau orang-orang yang kita sayangi sedang berbondong-bondong keneraka ada kah kerisauan sedikit saja di hati kita?????
Saudaraku, sampai kapan hal ini akan terus berlangsung??? Apakah kita harus menunggu malaikat maut datang baru kita akan sadar???.
Saudaraku , barang siapa menyayangi mahluk di bumi ini maka makluk yang di langit juga akan meyanyangi kita. Tanda wujud rasa sayang, manakala ada kerisauan dan fikir ketika melihat saudara kita tidak taat pada perintah Allah. Dan kita berusaha agar mereka kembali taat kepada Allah swt,
Waktu terus bergerak tanpa di sadari kita semua menuju pada satu titik yaitu kematian, dan kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja, tetapi bukan perkara kapan kematian itu datang yang harus kita risaukan melainkan apakah ketika kematian itu datang kita membawa iman atau tidak itu yang seharusnya menjadi fikir kita setiap harinya.
Saudaraku, lagi dan lagi saya tidak akan pernah bosan untuk mengajak kita semua untuk memperbaiki hubungan dengan Allah swt dengan cara menumbuhkan fikir dan risau kita terhadap nasib agama yang ada di diri kita, keluarga kita dan umat diseluruh alam sebagaimana yang di lakukan Rasulullah saw dan para sahabatnya.
Kini sudah saatnya kita semua buat keputusan bahwa mulai saat ini tidak ada lagi kedurhakaan terhadap Allah swt yang kita buat, dan kita semua berusahan untuk lagi dan lagi saling berpesan untuk perkara kebaikan terhadap sesama muslim dengan lemah lembut, semoga dengan cara ini Allah swt pandang kita dengan pandangan Rahmat-Nya dan kelak Dia bangkitkan kita semua sebagai Umat baginda Rasulullah saw.
Ya Allah, Jadikan dakwah maksud hidup kami, hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati dan mati dalam dakwah, Ya Allah antar kami semua keseluruh alam dengan asbab atau tanpa perantara asbab, Ya Allah Matikanlah kami dalam keberadaan beriman dan bangkitkanlah kelak bersama orang-orang yang beriman, Ya Allah terimalah Harta kami, Diri dan Waktu kami, Risau dan Fikir kami, Perasaan kami, Keluarga dan keturunan kami, untuk Agama dan Usaha atas agama. Ya Allah Bariskanlah Kami, keluarga dan keturunan kami pada shaf terdepan dalam membela agama-Mu bukan dalam bermasiat kepada-Mu, Puaskanlah Kami semua dengan apa-apa yang ada di sisi-Mu. Amien.. amien… amien.
Sumber: http://harapandiri.wordpress.com/2008/08/10/ijtima-serpong/