- Pertemuan Jamaah Tabligh Tak Tersentuh Media
- Ketika dua buah bom meledak dan mengguncang jantung kawasan Mega Kuningan, Jumat pagi 17 Juli lalu, semua media mengangkatnya sebagai headline atau breaking news. Itu normal. Namun, ketika pada waktu yang nyaris sama, sekitar lima ratus ribu orang yang datang dari berbagai pelosok negeri dan mancanegara melangkahkan kakinya dan berkumpul serta menggelar acara “Ijtima Tahunan Umat Islam” selama tiga hari berturut-turut di sebuah perkebunan kelapa seluas 50 hektar di kawasan BSD City, tak satupun media memberitakannya. Apakah itu sesuatu yang normal?
- Bagi teman-teman Gerakan Jamaah Tabligh, yang punya hajatan raksasa itu, sepinya acara yang digelar 17,18,19 Juli 2009 itu dari sorotan media justru dianggapnya sebagai sesuatu yang menguntungkan. “Kami ini orang-orang lemah yang mudah terganggu keikhlasan hati kami manakala bersentuhkan dengan publikasi. Kami sedang belajar mengorbankan harta dan diri kami untuk perbaikan iman dan amal kami. Kami sedang mematut-matut diri agar Allah swt menolong dan menyelesaikan masalah-masalah kami, baik di dunia maupun di akhirat. Jadi bukannya tak butuh publikasi media, apalagi memusuhinya…tidak sama sekali,” tutur Maulana Baban, seorang aktivis Jamaah Tabligh dari Bandung yang suntuk dan berkeringat merancang acara pertemuan tahunan di BSD City itu. Menurutnya, jangankan membuat press-release, yang namanya proposal, kop surat, stempel, dan perangkat-perangkat administrasi dan publikasinya lainnya tak dikenal sama sekali di lingkungan Jamaah Tabligh. “Bahkan, nama Jamaah Tabligh pun itu bukan kami yang bikin. Itu sebutan yang dibuat masyarakat terhadap aktivitas kami. Kami ini lebih senang disebut umat Islam saja, atau hamba Allah, atau Umat Rasulullah…” tuturnya, lebih lanjut.
- Sebagai gerakan dakwah yang dikenal santun, nonpolitis, nonmazhab, egaliter, dan mendunia, perkembangan Jamaah Tabligh tampak sangat fenomenal. Sepuluh tahun yang lalu, ketika pertemuan serupa diselenggarakan di Kawasan Ancol, hanya dihadiri sekitar 50 ribu orang dari dalam negeri dan sekitar 1000 orang dari 32 negara. Pertemuan pekan lalu di BSD City dihadiri oleh sekitar 500 ribu orang jamaah dalam negeri dan 10000 orang tamu dari 231 negara.
- Di tingkat dunia, gerakan dakwah yang dibidani oleh Maulana Ilyas, seorang alim yang juga konglomerat India, sekitar tahun 1920, perkembangannya banyak menyentak berbagai kalangan. Dengan “jurus” yang relatif sederhana, yakni dengan mengembangkan metode “khuruj fisabilillah” selama 3 hari dalam sebulan, 40 hari dalam setahun, dan 4 bulan seumur hidup, berbagai “lahan tandus yang gersang dari iman dan amal Agama” secara bertahap dan meyakinkan menjadi “lahan subur yang makmur dengan iman dan amal Agama”. Di Benua Australia kini tercatat 500 masjid sudah berdiri dan hidup amalan agama dengan pola sunnah. Di Eropa, terutama di Inggris, Prancis, dan Jerman, jejak-jejak kerja dakwah Jamaah Tabligh sangat meluas dan membekas, antara lain berupa banyaknya gereja yang berubah fungsi menjadi masjid. Di Amerika Serikat bahkan rombongan Jamaah Tabligh sudah berhasil menembus Gedung Putih dan mendirikan mushola kecil di sana. Yang pasti, aktivitas Jamaah tabligh, berdasarkan laporan terakhir dalam Ijtima Tahunan di BSD City pekan lalu, sudah meliput 321 negara. Sementara di Indonesia sendiri, semua kabupaten dan kecamatan sudah memiliki markas Jamaah Tabligh.
"Kalian adalah umat terbaik yang diciptakan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah". (QS. Ali Imron, 3 : 110)
Rabu, 05 Agustus 2009
Ijtima’ Indonesia 2009: Dimuat Kompas Public
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar