Senin, 16 Januari 2012

Dari Ilalang Cihuni ke Penjuru Bumi

Acara besar yang dihadiri puluhan ribu orang dari dalam dan luar negeri. Tanpa liputan media, tanpa spanduk ataupun poster. "Dai" nya disebar ke 'penjuru bumi'

Hidayatullah.com—
Puluhan ribu orang menyemut berpakaian putih-putih. Sepinya hutan di Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang siang itu seolah sirna karena hadirnya lautan manusia. Jumat (8/ 8) kemarin, tepat di area hutan yang banyak ditumbuhi ilalang dan dipenuhi Pepohon Kelapa ini berubah menjadi lautan manusia. Lantunan ayat suci Al-Quran dan bau aroma minyak wangi turut menambah kekhusukan di tengah area hijau yang jauh dari rumah penduduk itu.

Inilah sebuah hajatan berkelas internasional. Bertempat di hutan ilalang, tepatnya di lahan perkebunan kelapa seluas 35 hektar, di dekat danau di kawasan Serpong, Banten, di bagian barat Pulau Jawa.

Meski dianggap hajatan internasional, Anda tidak akan menemukan spanduk atau backdrop raksasa. Tidak pula tempelan poster dan famplet, atau bahkan serabutan moncong kamera dan riuh wartawan.

“Asas (acara ijtima ini) kesederhanaan saja,” ujar Ustadz Luthfi Yusuf, salah seorang dewan syuro gerakan dakwah Jamaah Tabligh Indonesia kepada www.hidayatullah.com di sela acara yang berlangsung pada 8-10 Agustus lalu ini.

Ya, ini adalah pertemuan tahunan para dai gerakan dakwah transnasional, Jamaah Tabligh markas Indonesia. Acara yang dihadiri 50 ribu lebih orang dari dalam dan luar negeri. Dari acara ini dikeluarkan 19 ribu-an jamaah untuk berdakwah ke seluruh Indonesia bahkan ke manca negara. Ke Amerika, Afrika, Australia, Suriname, hingga Eropa. Dana dakwah dari kocek sendiri. “Berkorban untuk agama dengan harta dan diri sendiri,” tukas Abdurrahman, seorang penanggung jawab ijtima asal Jawa Tengah.

Menjelang Sholat Jumat, Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan pengawalan cukup ketat dari Paspampres hadir ditengah ribuan jamaah yang kerap disebut Jamaah tabligh tersebut. Yah, Jusuf Kalla didampingi Bupati Tangerang H Ismet Iskandar menghadiri Ijtimah Jamaah Tabligh yang digelar pertama kalinya di Tangerang.

Acara ijtima ini, lanjut Ustadz Luthfi, adalah untuk meneladani perjuangan Nabi shallallahu ‘alaihi wassallaam dan para sahabatnya radhiallahu ‘anhum. “(Jadi) nggak perlu hotel. Ini kan semuanya sama, berbaur. Jadi mendekat dengan perjuangan Nabi SAW dan para sahabatnya r.hum,” tambah ustadz lulusan Mesir dan Pakistan yang juga pimpinan sebuah pondok pesantren di Bajarmasin, Kalimantan Selatan ini.

Meski terbilang sederhana, namun acara ini jauh dari kesan asal-asalan. Menurut Abdurrahman, seorang penanggung jawab ijtima asal Jawa Tengah, persiapan acara sudah dilakukan sejak empat bulan sebelumnya. Lebih dari lima ribu orang dikerahkan tanpa dibayar sepeserpun. “Lillahi ta’ala. Dari kita untuk kita,” kata Abdurrahman. Meski demikian juga ada infak dari para muhsinin, termasuk penyedian lahan untuk ijtima.

Jenggot, gamis dan siwak

Memasuki area ijtima yang hanya khusus untuk kaum Adam ini, anda akan melewati sejumlah posko penerima tamu (istiqbal). Bahkan saat kedatangan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla yang biasanya disambut gegap gempita, kali ini hanya disambut biasa saja.

Saat datang, tidak banyak penjagaan di lokasi acara. Malah saat Kalla memasuki wilayah, tidak semua Paspampres diizinkan masuk. Wartawan dilarang mengambil gambar dan foto. Pun, wartawan perempuan tidak diperbolehkan keluar dari mobil.

Dari sini, peserta dan tamu akan diarahkan ke tempatnya masing-masing. Ada tenda untuk tamu khusus (khowas), tenda jamaah luar negeri, tenda untuk para ustadz, juga tenda-tenda berdasarkan provinsi asal peserta. Total tenda yang terbentang: 15 hektar!

Para syaikh ditempatkan dalam bangunan semi permanen yang terbuat dari bilik bambu. Apik. Tapi semua berbaur dalam suasana dakwah, saling mengingatkan tentang kebesaran Allah SWT dan kekalnya negeri akhirat. Suasana sunnah terlihat.

Tidak dijumpai orang berdasi di sini. Apalagi kaum wanita. Yang lazim ditemui adalah pria-pria berjenggot berbaju gamis lengkap dengan siwak terselip di saku.

Meski bertempat di perkebunan kelapa, fasilitas di sini cukup lengkap. Penyelenggara menyediakan sekitar 1500 wc semi-permanen untuk urusan buang-membuang hajat. Untuk wudhu dan mandi, terbentang ratusan meter parit dari terpal, dialiri air yang disedot oleh mesin pompa kelas berat di kiri dan kanan medan ijtima.

Disediakan juga sejumlah pos pelayanan: seperti pos kesehatan, pos transportasi, pos barang hilang, hingga pos penitipan barang berharga.

Penyelenggara juga menyediakan hidangan sebanyak 10 ribu nampan untuk 50 ribu-an orang. Satu nampan untuk lima orang. Menunya variatif, kadang nasi kebuli, sekali waktu nasi dengan ikan bawal dan sayur terong.

Multi Bahasa

Saat tiba waktu shalat, seluruh peserta diarahkan ke tenda area shalat. Sambil menunggu iqamat dikumandangkan, para petugas keamaanan (hirosah) shalat lebih dahulu secara terpisah, agar mereka bisa mengawasi jalannya shalat puluhan ribu jamaah ini.

Selepas shalat, bayan (ceramah) pun digelar. Tidak perlu khawatir dengan masalah bahasa. Penyelenggara telah menyiapkan tim penerjemah: ada penerjemah dari bahasa Urdu atau Arab ke bahasa Indonesia, Urdu ke Arab, Urdu ke Tagalog, hingga terjemah bahasa Thailand.

“Terjemah ke bahasa Inggris juga ada,” kata Isnandar, seorang petugas pembawa acara.

Bayan biasanya diisi oleh para syaikh senior. Umumnya berasal dari Pakistan, Bangladesh, atau India – tempat berdirinya gerakan jamaah ini. Di sini peserta diingatkan akan urgensi agama dan dakwah sebagai satu-satunya jalan menuju kebahagian dunia dan akhirat. Para syaikh juga menyampaikan poin-poin penting sebagai bekal dakwah. Seperti masalah iman kepada Allah dan rasul-Nya, pentingnya mendirikan shalat berjamaah dan keutamaan menuntut ilmu.

Para syaikh juga menjelaskan sejumlah adab dan tata tertib dakwah kepada para peserta. Para peserta yang akan keluar berdakwah (khuruj) dikelompokkan dalam satu jamaah. Tiap jamaah rata-rata berisi 10 orang yang dipimpin seorang amir jamaah. Karenanya, para syaikh juga menjelaskan sejumlah adab tentang praktek berjamaah. Di antaranya, setiap anggota jamaah wajib taat kepada amir selama amir tersebut taat kepada Allah dan rasul-Nya. Sebaliknya, amir juga harus perhatian dan tidak menzhalimi anggota jamaahnya. Tapi tenang, tidak ada acara baiat ataupun mandi kembang tujuh rupa dalam masalah amir ini.

Hari ketiga, puncak acara ijtima. Sebelum para jamaah dakwah dilepas, syaikh akan memberikan bayan (pesan) hidayah. Nasihat pamungkas kepada pada dai sebagai bekal dakwah. Bayan ditutup dengan doa bersama, agar Allah SWT sudi menurunkan hidayahnya ke seluruh manusia. Kemudian, para jamaah dakwah ber-mushafahah, berjabat tangan dengan para syaikh untuk melepas keberangkatan mereka ke medan dakwah.

Pada penutupan acara, para masyayyikh, diantaranya Syeikh Mustaqim, salah satu Syeikh Jamaah Tabligh (JT) asal India melepas lebih dari 19 ribu juru dakwah untuk disebar berdakwah ke seluruh Indonesia, negeri jiran, India-Pakistan-Bangladesh, Timur Tengah, bahkan ke negeri-negeri Barat.

Abdurrahman, salah seorang penanggung jawab Ijtima asal Jawa Tengah mengatakan, pelepasan dakwah ini bukan untuk memperbaiki orang lain semata. Tapi berkorban untuk agama.

“Tapi untuk ishlah (perbaiki) diri. Berkorban untuk agama dengan harta dan diri sendiri,” ujarnya kepada www.hidayatullah.com. Dari hutan di Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, jamaah JT ini akan menyebar ke penjuru bumi. [surya/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar