“Isyhadu bi ana muslim! Saksikan bahwa aku adalah seorang muslim!”
Kalimat barusan merupakan kalimat yang menggentarkan dan meneguhkan
kepada setiap pendengarnya. Karenanya, di dalam kalimat itu tersurat
makna yang sangat gamblang tentang jati diri seorang muslim.
Adalah Indonesia
sebagai negara dengan jumlah umat muslim terbanyak di seluruh dunia.
Selama masih dalam tahap berkembang, negara Indonesia mulai dicekoki
pemahaman-pemahaman barat yang mulai melunturkan setetes demi setetes
budaya Islam yang ada di Indonesia.
Tahun Baru Islam misalnya, kebanyakan masyarakat Indonesia (mungkin) lupa
dengan momen bersejarah ini, (mungkin) lupa dengan tahun baru dari
agamanya sendiri, dan (mungkin juga) hilang ingatan dan pura-pura tidak
tahu dan mau tahu dengan tahun baru Islam.
Sangat disayangkan, ketika tahun baru masehi lebih di ingat
dan di kenang ketimbang tahun baru Islam. Dan sangat disesalkan, apabila
tahun baru masehi itu lebih di persiapkan dengan matang dengan
penyambutannya yang kadang melampaui batas -menghambur hamburkan uang-
sedangkan tahun baru Islam? Hanya di jadikan momentum semalam dan
berkata “selamat tahun baru Islam, yuk kita istirahat, besok ada tugas
yang lebih penting lagi dari pada sekadar merayakannya” atau “eh besok
libur karena tahun baru Islam ya? Ya udah yang penting liburnya, yuk
besok jalan…”
Sangat tidak menghormati, sangat tidak disambut dengan baik, minimal
kita ingat dan berdoa pada momentum ini. Agar momentum ini tidak hanya
menjadi moment yang ‘hanya lewat’ dalam setiap tahunnya.
Padahal di tahun baru Islam ini (kita menyebutnya tahun Hijriah) ada
peristiwa hebat yang sangat menyejarah. Sebuah peristiwa perintah dari
Allah melalui seruan Rasul-Nya kepada seluruh umat muslim untuk
berhijrah (berpindah tempat) dikarenakan Mekkah sudah tidak aman. Dan
makna yang terkandung di dalam kisah ini adalah keharusan kita untuk
berpindah dari suatu tempat ke tempat lain bilamana tempat tersebut
sudah tidak kondusif. Hijrah dari yang buruk-buruk ke yang
baik-baik, hijrah dari tidak pernah shalat berjamaah kepada shalat
berjamaah, hijrah dari tidur setelah subuh menjadi baca Al Quran setelah
subuh dan hijrah yang lain-lainnya. Intinya Hijrah ke ARAH yang LEBIH
BAIK. Ah, mungkin teman-teman lebih tahu seperti apa contoh lainnya…
Nah, begitu besarkan makna yang terkandung dalam kisah tersebut.
Sayang jika hanya momentum kali ini hanya sebagai ‘jatah libur satu
hari’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar