Selasa, 07 Januari 2014

Refleksi Tahun Baru Islam 1435 Hijriah

“Isyhadu bi ana muslim! Saksikan bahwa aku adalah seorang muslim!”

Kalimat barusan merupakan kalimat yang menggentarkan dan meneguhkan kepada setiap pendengarnya. Karenanya, di dalam kalimat itu tersurat makna yang sangat gamblang tentang jati diri seorang muslim.

Adalah Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat muslim terbanyak di seluruh dunia. Selama masih dalam tahap berkembang, negara Indonesia mulai dicekoki pemahaman-pemahaman barat yang mulai melunturkan setetes demi setetes budaya Islam yang ada di Indonesia.

Tahun Baru Islam misalnya, kebanyakan masyarakat Indonesia (mungkin) lupa dengan momen bersejarah ini, (mungkin) lupa dengan tahun baru dari agamanya sendiri, dan (mungkin juga) hilang ingatan dan pura-pura tidak tahu dan mau tahu dengan tahun baru Islam.

Sangat disayangkan, ketika tahun baru masehi lebih di ingat dan di kenang ketimbang tahun baru Islam. Dan sangat disesalkan, apabila tahun baru masehi itu lebih di persiapkan dengan matang dengan penyambutannya yang kadang melampaui batas -menghambur hamburkan uang- sedangkan tahun baru Islam? Hanya di jadikan momentum semalam dan berkata “selamat tahun baru Islam, yuk kita istirahat, besok ada tugas yang lebih penting lagi dari pada sekadar merayakannya” atau “eh besok libur karena tahun baru Islam ya? Ya udah yang penting liburnya, yuk besok jalan…”

Sangat tidak menghormati, sangat tidak disambut dengan baik, minimal kita ingat dan berdoa pada momentum ini. Agar momentum ini tidak hanya menjadi moment yang ‘hanya lewat’ dalam setiap tahunnya.

Padahal di tahun baru Islam ini (kita menyebutnya tahun Hijriah) ada peristiwa hebat yang sangat menyejarah. Sebuah peristiwa perintah dari Allah melalui seruan Rasul-Nya kepada seluruh umat muslim untuk berhijrah (berpindah tempat) dikarenakan Mekkah sudah tidak aman. Dan makna yang terkandung di dalam kisah ini adalah keharusan kita untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lain bilamana tempat tersebut sudah tidak kondusif. Hijrah dari yang buruk-buruk ke yang baik-baik, hijrah dari tidak pernah shalat berjamaah kepada shalat berjamaah, hijrah dari tidur setelah subuh menjadi baca Al Quran setelah subuh dan hijrah yang lain-lainnya. Intinya Hijrah ke ARAH yang LEBIH BAIK. Ah, mungkin teman-teman lebih tahu seperti apa contoh lainnya…

Nah, begitu besarkan makna yang terkandung dalam kisah tersebut. Sayang jika hanya momentum kali ini hanya sebagai ‘jatah libur satu hari’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar