*Kardono Setyorakhmadi, Surabaya*
---
*BRIPTU *Waluyo tampak bergegas. Bukan karena dipanggil komandannya. Tapi,
tapi siang itu dia hendak salat duhur berjamaah di Masjid Polda Jatim. Kebiasaan yang belum lebih dari dua minggu dilakoninya.
''Sekarang banyak temannya. Apalagi pahalanya lebih banyak,'' ucapnya.
Waluyo memang tak omong kosong. Kini, Masjid Polda Jatim menjadi semakin
makmur. Bila sebelumnya masjid tersebut hanya ramai saat salat Jumat, kini
nyaris tiap hari banyak anggota maupun warga sipil (yang kebetulan punya urusan di polda) salat duhur dan asar berjamaah di masjid itu.
''Yang dulu hanya satu saf, kini masjid selalu penuh,'' kata AKBP Noviar, koordinator sekretaris pribadi Kapolda Jatim. ''Itulah secara fisik perubahan yang kasatmata. Namun, yang tak kasatmata justru yang paling berubah,'' tambahnya.
Noviar kemudian menyebut hubungan antara sesama kolega. ''Terasa lebih
santun. Suasana pun terasa sejuk. Rasanya semakin sabar saja,'' ungkapnya.
Bahkan, kata dia, para *frontliner* (petugas di depan) pelayanan Polri mengaku bisa lebih bersabar ketika menghadapi masyarakat -yang kadang suka
cerewet tersebut.
"Bagaimana dengan keluarga polisi?" Seorang istri polisi yang berdinas di Polda Jatim bercerita, kini suaminya harus bangun dini hari, kemudian berangkat ke masjid polda untuk salat berjamaah. ''Jam empat saya *grayahi *(diraba-raba,
Red),* kok* sudah *nggak* ada. Ternyata, dia salat subuh berjamaah di masjid
polda,'' ungkap ibu yang tinggal di kawasan Ketintang tersebut.
Kapoda Jatim Brigjen Pol Anton Bachrul Alam mengaku meminta agar anggotanya
yang sudah punya ''hobi'' ke masjid mengajak temannya. ''Sebenarnya apa *sih
* yang membuat kita tak mau ke masjid? Di mana-mana ada masjid, pahalanya
lebih banyak, dan bisa menjadi alat interaksi sosial yang bagus,'' ucap jenderal polisi bintang satu tersebut bernada tanya.
Untuk bisa mengajak temannya salat berjamaah di masjid, Anton yakin itu hanya masalah komunikasi. ''Bisa dikomunikasikan yang enak,'' tuturnya.
Dia tetap yakin, bila *the man behind the gun*-nya sudah baik duluan, segalanya akan mengikuti. ''Bila secara mental sudah baik, saya yakin kinerja kami akan meningkat secara kualitatif. Tidak akan ada halangan apapun,'' tegas perwira tinggi yang lama berdinas di satuan lalu lintas tersebut.
Bukan hanya di lingkungan Mapolda Jatim. Spirit religiusitas tersebut juga terus menular ke jajarannya. Tak terkecuali ke Polwiltabes Surabaya. Di polwiltabes terbesar sejajaran Polda Jatim tersebut, spirit religiusitas juga diwarnai semangat pluralitas yang kental. Sebab, Kapolwiltabes Surabaya Kombes Pol Ronny Franky Sompie adalah kristiani.
''Saya sepenuhnya setuju, bila SDM-nya sudah baik, baiklah semua kinerjanya", urainya.
Untuk anak buahnya yang beragama Islam, Polwiltabes Surabaya mengadopsi
seperti yang dilakukan Mapolda Jatim. Yakni, khataman Alquran dan pembacaan
asmaul husna tiap selesai apel pagi.
Berbeda untuk yang kristiani. Untuk itu, Ronny mengaku turun langsung dalam
''pembinaan ketakwaan'' anak buahnya. Di seluruh jajarannya, Ronny menyatakan total anggotanya yang beragama Nasrani mencapai 250 orang.
''Sehari-hari pembinaan tersebut dilakukan di polres jajaran masing-masing", tuturnya.
Perbedaannya, bila yang beragama Islam melafalkan asmaul husna seusai apel
pagi, yang kristiani langsung mengucapkan doa Bapa kami.
Selain itu, tiap Jumat, bila kolega-koleganya yang beragama Islam melakukan
salat Jumat, yang beragama Kristen melakukan doa okuimene. ''Waktunya sama
dengan yang salat Jumat. Pukul 13.00 sudah selesai,'' jelas perwira dengan
tiga mawar di pundak tersebut.
Namun, pada Jumat terakhir dalam bulan itu, Ronny menyatakan mengumpulkan
semua pemeluk Kristen di Ruang Bhara Wira Sasana Mapolwiltabes Surabaya.
''Ini merupakan doa okuimene akbar,'' ungkapnya.
Dia menuturkan, dalam ajaran kristiani, ada yang namanya hukum kasih terhadap sesama. ''Itu kira-kira seperti *hablum minannas* dalam Islam,'' ujarnya.
Bila hubungan dengan sesama manusia sudah baik, kinerja pelayanan polisi
akan baik pula. ''Sebab, polisi selalu berinteraksi dengan masyarakat. Bila
sudah mampu berinteraksi dengan baik, tentu saja masyarakat akan puas,''
tegasnya.
Perubahan juga terjadi di Polwil Bojonegoro. Di ruang dinas Kapolwil kini
juga bertumpuk Alquran dengan berbagai warna sampul. ''Dulu jarang memang.
Tapi, sekarang setiap Kamis ada tahlilan dan Yasinan di rumah dinas saya,''
kata Kapolwil Bojonegoro Kombes Noer Ali yang mengaku peningkatan kegiatan
agama itu merupakan imbauan Kapolda.
Mereka yang tahlilan dan Yasinan adalah anggota Polwil Bojonegoro. Terkadang, anggota polres jajaran juga mengikuti kegiatan rohani tersebut.
Kegiatan agama di polwil tak hanya tahlilan dan Yasinan. Setiap hari kerja, Kapolwil juga meminta 30 anggotanya bergiliran melakukan salat subuh
berjamaah. Setelah salat subuh, mereka diajak membaca Alquran di ruang
kerjanya mulai pukul 05.00.
Setiap orang membaca satu juz, sehingga tiap hari mereka khatam Alquran.
''Makanya, ada banyak Alquran di meja ini,'' ceritanya. ''Itu sudah lebih
dari dua minggu kami lakukan,'' sambungnya.
Sebagian polwan juga sempat berjilbab seusai Kapolda berkunjung ke Bojonegoro. Namun, sebagian di antara mereka kini telah melepasnya. Noer Ali menuturkan, pemakaian jilbab itu hanya imbauan. Kondisi tersebut berbeda dari polwan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sudah ada peraturan khusus.
''*Ya gak* ada masalah (polwan tidak berjilbab lagi), memang peraturan
seperti itu,'' imbuhnya. *(dilengkapi Tonny Ade Irawan dari Bojonegoro/nw)
http://jawapos. com/halaman/ index.php? act=detail& nid=57753
*