Senin, 26 Oktober 2009

Kapolda Jatim “Anton Bachrul Alam : Saya Mendorong Anggota Jadi Lebih Religius”

Wawancara Kapolda Jatim Anton Bachrul Alam

Polda Jatim di bawah kepemimpinan Anda terlihat lebih religius. Komentar Anda?

Sebenarnya sederhana saja. Bila anggota tidak dekat dengan Allah, pasti akan banyak penyimpangan. Entah itu pelanggaran kewenangan ataupun masalah internal, seperti bunuh diri dan sebagainya.

Karena polisi mempunyai kewenangan paksa yang luar biasa, adalah sangat berbahaya bila secara mental polisinya sudah tidak benar. Bagaimana mau membersihkan, bila sapunya tidak bersih? Lagi pula pendekatan religius ini cocok dengan karakteristik masyarakat Jawa Timur.

Bagaimana Anda melihat karakteristik masyarakat Jawa Timur?

Saya membaca kearifan lokal masyarakat Jawa Timur adalah agama. Jadi, berkeliling masjid itu salah satu strategi saya dalam melakukan pengamanan.

Saya merasakan sendiri bahwa anggota di lapangan sudah cukup mudah membaur dengan masyarakat. Dengan Kapoldanya sendiri turun ke bawah, berkeliling dan berjumpa masyarakat, saya harapkan koordinasi pengamanan antara polisi-masyarakat jadi jauh akan lebih baik. Bila sudah lebih baik, daerah akan menjadi relatif lebih aman.

Namun, tak semuanya mengartikan seperti itu. Dengan langkah Anda ini, ada yang menyebut Anda sedang melakukan islamisasi di Polda Jatim. Apa nggak terlihat Anda overacting?

Ha ha ha… Saya kira tidaklah. Justru itu anggapan yang berlebihan. Memang benar, saya mendorong anggota untuk menjadi lebih religius. Tapi, tidak hanya Islam. Bagi yang beragama non-Islam, ya lebih religius sesuai agamanya. Jadi bukan islamisasi ini.

Contohnya, saya pernah bicara di hadapan 2.500 jemaat di Keuskupan Surabaya. Saya meminta ke Mgr Sutikno (Uskup Surabaya Vincentius Sutikno Wisaksono, Red) untuk membina mental anggota saya yang Kristiani. Saya titipkan kepada mereka.

Saya jamin, Polda Jatim tidak akan berubah menjadi sektarian. Polda tetap mengayomi, melindungi, dan melayani masyarakat dari semua agama. Bukan hanya yang beragama Islam. Bila saya mendorong anggota untuk lebih religius, itu semata-mata demi kebaikan masyarakat itu sendiri. Tak ada maksud tertentu di balik itu.

Ada yang nyeletuk, jangan-jangan gapura mau masuk Polda Jatim itu nanti Anda ubah menjadi kubah?

Ha ha ha ha… tidak. Sama sekali tidak ada rencana menggantinya dengan kubah. Beberapa waktu lalu, bagian depan pagar itu tiba-tiba jatuh. Mungkin dulu konstruksi pembangunannya yang kurang bagus atau bagaimana, hingga tiba-tiba rompal sendiri. Itu kami perbaiki dan saya jamin tetap sama bentuknya seperti sebelumnya.

Sekali lagi, saya memang menghendaki anggota saya religius. Karena tugas polisi memang amar ma’ruf nahi munkar -mendorong kebaikan dan memerangi kemungkaran. Tugas itu akan lebih lancar bila anggotanya dekat dengan Tuhan. Tapi, bukan berarti saya mengubah Polda Jatim menjadi Polda Islam Jatim. Saya minta masyarakat proporsional melihat hal ini.

Dengan kegiatan-kegiatan religius yang Anda imbau untuk dilaksanakan di Polda Jatim, apa tujuan Anda sebenarnya?

Begini, masyarakat selalu menginginkan figur polisi yang seperti malaikat. Artinya, selalu tersenyum, baik, melayani dengan baik dan tulus, dan bisa menjadi teladan. Bagaimana itu bisa didapat bila secara internal dan kejiwaan sendiri polisinya saja sudah tidak benar.

Makanya, menurut hemat saya, pembenahan paling utama dari perubahan paradigma Polri adalah dari jiwa polisinya sendiri. Dan, membuatnya menjadi religius adalah salah satu cara pembenahan itu.

Singkatnya, tujuan saya adalah menjadikan anggota saya menjadi lebih baik seperti yang diinginkan masyarakat. Lebih baik dalam hal kinerja dan terutama lebih baik dalam hal pelayanan ke masyarakat.

Apa pelanggaran atau perilaku anggota yang paling tidak Anda sukai?

Melayani masyarakat dengan buruk. Itu hal yang paling tidak saya suka. Bila menemuinya, saya pasti langsung menindaknya. Sebagian besar masyarakat yang datang ke polisi adalah dalam kondisi susah. Sudah susah, terus polisinya melayaninya tak benar pula.

Seorang polisi harus memuliakan tamunya. Itu sudah menjadi harga mati bagi saya. Untuk itu, kami sudah membangun sebuah website yang khusus untuk melayani komplain atau pengaduan dari masyarakat. Sekecil apa pun akan kami proses. Saya tidak main-main dalam hal pelayanan ke masyarakat. (kum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar