Rabu, 03 Juni 2009

USAHA DAKWAH AKBP DRS. WARIS AGONO, Msi

NAMA Kepala Satuan Brimobda Lampung AKBP Drs Waris Agono Msi mungkin agak terkesan unik…

Jarang orang bernama Waris, kebanyak adalah Aris. Demikian dengan Agono, kebanyakan Wagono. Namun, rupanya dalam nama ini terkandung arti tersendiri. “Kata orangtua saya artinya anak sederhana,” ungkap lelaki kelahiran Boyolali 28 April 1968 ini.

Selain nama yang unik, Kasat Brimob Lampung ini termasuk sedikit dari pejabat di kalangan Polri yang fasih berbicara masalah agama. Bahkan bila kita berbincang dengannya terasa ada nuansa agamis yang membuka cakrawala kita bahwa urusan manusia bukanlah masalah dunia, pangkat dan jabatan belaka.

Dan, nuansa agamis pula yang dikembangkannya dalam membina kesatuan, terutama anggota Brimob. “Tak kalah pentingnya adalah kita memberikan makanan ruhani kepada anggota, karena kalau makanan jasmani saja maka akan timbul ketidakstabilan,” ujar Waris.

Disadari akar dari tindakan penyimpangan negatif manusia adalah timbul karena per-soalan moral dan ethika. Makanya, pendidikan moral dan ethika menjadi sangat urgen sekarang ini.

Waris menjadi polisi sudah meru-pakan keinginan sejak masih duduk dibangku SD. Terpikat melihat penampilan pamannya yang gagah dengan uniform Akabri, tertanam dalam diri Waris ingin pula menjadi polisi. Makanya ketika orangtuanya menyuruh dirinya masuk SPG atau SMEA, dirinya bersikukuh masuk SMA. “Lulusan SPG dan SMEA kan nggak bisa masuk Akpol,” bathinnya.

Setamat SMA dia masuk Akpol dan langsung lulus. “Saya memang telah menyiapkan diri.Pagi-pagi disuruh lari sama bapak kos saya itu. Dibangunkan diajak lari-lari, saya pun ikut lari terus kemudian diajari kalau tes jasmani, seperti ini, pisikologi begini-begini diajari sama beliau. Terus kemudian saya mengikuti tes pada saat tes itu saya yakin sajalah.”

Dan Waris benar-benar lulus tanpa didampingi sama sekali. Dia mengaku orangtuanya orang kampung, waktu disodori surat pernyataan kesanggupan mengembalikan biaya apabila meninggalkan pendidikan, ayahnya tak mau tanda tangan. Karena takut dari mana harus mencarikan uangnya nanti. Akhirnya waris mengadu ke ibunya dan akhrinya ibunya yang tanda tangan setelah diubah di formulir.

Sejak lulus Akpol 1990 sampai sekarang Waris melulu tugas di kesatuan Brimob. Mula-mula Danton di Satbrimob Pus sampai menjadi Komandan Kompi di sana, walau sempat diselang-selingi pendidikan PTIK dan KIK UI. Setamat KIK UI, Waris menjadi Dan Yon Sat Brimobda Polda Jawa timur berkedudukan di Malang. Tahun 2005 mengikuti Sespim, setamat Sespim menjadi Kaden A Brimob Polri dan sejak 2007 menjadi Kasat Brimobda Lampung. Sebagaimana galhibnya Brimob, Waris pun kerap mengikuti penugasan operasi. Mula-mula Tahun 1994 Dalam Operasi Pulau Galang pemulangan pengungsi Vietnam di Riau, Tahun1998 Komandan Kontingen ABRI Masuk Desa antar Pulau di Aceh Barat, Tahun 1999 Operasi PPRM di Aceh, 1009 juga Operasi Sadar Renjong Aceh, 2003 Operasi Tegak Rencong, Tahun 2003 Operasi Darmil, 2006 Operasi Mutiara di Maluku, lalu Operasi Perdamaian Poso. Berikut wawancara dengan Waris. Petikannya:

Ada pengalaman yang menarik sewaktu mengikuti operasi?

Banyak. Setiap penugasan punya kesan sendiri-sendiri. Namun yang berkesan sekali sewaktu Operasi Mutiara tahun 2006 di Maluku. Di situ saya bertemu dengan ustad-ustad, kepada saya disampaikan bahwa setiap manusia mempunyai kewajiban untuk berdakwah. Karena itu dulu para nabi diutus berdakwah untuk mengagungkan asma Allah namun karena nabi sudah tidak ada lagi siapa yang akan meneruskan usaha dakwah,yah umat manusia akhir jaman ini.Dakwah dapat dilakukan dengan bermacam-macam.Ustad menawarkan untuk ikut dalam usaha dakwah tersebut.

Apabila usaha dakwah berjalan maka tugas polisi enak, karena tugas ini diemban oleh setiap orang. Bukan ulama saja. Jika setiap orang tidak akan lagi mengenal agama, azab terjadi dimana-mana, bila ada kerusakan maka ini bukan salah siapa-siapa karena manusia tidak punya iman lagi.

Karena ini ada hubungan dengan tugas kepolisian lalu saya bertanya bagaimana tehnik dakwahnya, dijelaskan sama seperti Rasul SAW. Rasul berdakwah tidak minta bayaran tapi mendatangi umat, seperti polisi. Polisi yang mendatangi masyarakat bukan masyarakat didatangi polisi.

Mulaiilah saya tertarik. Apalagi di dakwah ada batasan-batasan yang sama dengan batasan di kepolisian, misalnya tidak bicara politik, tidak bicara aib masyarkat, tidak boleh bicara khilafiyah, lalu mendekati ulama, ahli tasauf dsb.

Berapa lama proses sampai Anda mengikutinya ?

Dua bulan. Sebenarnya saat di Kelapa Dua (Mako Pus Brimob, red) saya melihat jamaah selesai salat membaca hadis tentang keutamaan salat, dakwah baca Al Quran. Menurut saya itu bagus, kemudian di Ternate mulailah saya berjaulah dengan ustad. Saya ikut berpakaian sunnah (gamis, red), orang tidak tahu bahwa saya adalah Kaden Satbrimob. Ternyata bermanfaat untuk tugas kepolisian. Dari sini saya tahu bagaimana citra polisi di lapangan. Informasi yang saya dapat ini saya sampaikan ke bapak Kapolda

Adakah perubahan prilaku dan kebijakan dalam diri Anda kemudian?

Ya. Kita kan belajar, bahwa dalam hadis disebutkan bahwa orang yang kuat adalah orang mampu mengendalikan amarahnya. Saya sempat terkejut dengan bunyi hadis ini. Sebab selama ini kalau lihat anggota yang bersalah langsung saya hantam saja. Nah dengan dakwah ini saya dapat memberikan peringatan dengan lemah lembut. Kalau dulu saya keras kini saya sering ajak anggota salat berjamaah. Yang tidak salat saya tanya masak kita dipanggil komandan cepat, apalagi Allah yang memanggil. Nah dengan cara ini ternyata anggota mendidiknya lebih mudah.

Dan keuntungan lain?

Ada perubahan yang besar dalam diri saya menyangkut keimanan. Saat operasi di Aceh kalau tidak ada keyakinan kepada Allah yang menolong mungkin saya sudah meninggal, karena kita disana sering disanggong, dan saya tidak pakai pakaian anti peluru.

Apakah dakwah ini sejalan dengan tugas ?

Justru ini saya sangat tertarik dengan dakwah ini. Saat saya di Malang mendirikan Polmas kami sendiri yang mendatangi warga dari rumah ke rumah untuk melatih anjing milik warga dengan anjing pelacak herder. Nah tehnik mendatangi warga dari rumah ke rumah adalah tehnik dakwah yang saya ikuti artinya sejalan.

Memimpin Brimobda Lampung ini, apa saja yang Anda lakukan?

Sebenarnya saat saya ditugaskan Mabes di sini, saya bertanya dengan diri saya apakah saya mampu untuk melaksanakannya. Saya salat dan percaya bahwa Allah menolong saya. Saya lalu melakukan audit kesehatan organisasi, terutama kondisi seputar manusianya bagaimana, kemampuannya, disiplinnya, kondisi fisik terutama rohaninya. Saya melihat dalam masalah pembinaan rohani telah berjalan namun hanya membaca yasin kemudian mendengarkan ceramah. Ini lalu kita tingkatkan setiap Jumat anggota kita sebarkan untuk salat berjamaah dengan masyarakat, sehingga tidak ada lagi kesan ekslusif.

Jika satuan itu eksklusif atau tidak mengenal masyarakat ia akan cenderung arogan, merasa paling hebat. Tapi dengan mengenal masyarakat polisi mempunyai akan menjalankan sifat pelindung dan pengayoman. Ternyata tanggapan masyarakat terhadap program ini positif. Dan sebelum di Lampung, program ini sudah dijalankan di Ternate dan juga di Kelapa Dua tanggapan masyarakat pun baik. Jadi yang kita jalankan di sini meneruskannya saja.

Ada umpan balik setelah mereka berbaur dengan masyarakat, misalnya laporan atau sebagainya?

Sebenarnya mereka diberi satu kewajiban untuk mengenal satu orang saat mereka berbaur dengan masyarakat. Dan untuk diingat kegiatan pendekatan diri ke masyarakat juga berlaku juga bagi non muslim, sebagai contoh umat Kristen setelah saat mereka ke Gereja pun harus kenal dengan satu orang itu. Nah, kalau satu tahun berapa banyak dia kenal orang. Sudah mengenal 365 teman. Itu satu detasmen. Jadi tiada hari tanpa kawan baru, itu untuk bidang rohani.

Untuk peningkatan fisik?

Untuk pembinaan fisik dengan bela diri. Saya buktikan di Malang dan Kelapa Dua. Sebab bila setiap anggota memiliki kemampuan bela diri rata-rata sama maka dia mampu untuk ditugaskan kemana saja. Kalau di sini kita memilih olah raga bela diri Tarung Derajat karena ternyata sebelumnya di sini sudah ada, namun belum maksimal pembinaannya. Hanya beberapa personal saja. Maka kita masalkan. Seluruh anggota Brimob ikut. Dan olah raga Tarung Derajat ternyata filosofinya sangat tinggi. Misalnya di sana ditanamkan menghormati orang, walau kita mempunyai kemampuan tapi kita harus bersikap ramah. Aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takhluk.

Bagaimana dengan hasil program selama ini, apa bisa dilihat dari penurunan angka pelanggaran disiplin misalnya?

Saya lihat tingkat kedisiplinan meningkatlah. Fisik juga demikian, dulu waktu saya pertama kali datang bertugas di daerah ini mereka diajak lari, lima belas menit mereka sudah teriak-teriak. Sekarang nggak lagi. Tapi pelanggaran tergantung kita melihatnya. Begini tahun 2006 lalu, banyak yang melanggar namun hukuman belum diberikan sehingga tahun ini kita berikan sanksi, jadi pelanggaran tahun ini terkesan banyak padahal pelanggaran tahun lalu. Kalau ini tidak kita berikan hukuman maka kasihan dengan anggota yang lain. Kita juga memberikan penindakan untuk memperbaiki anggota itu sendiri hukuman ini bukanlah balas dendam, tapi demi kebaikan anggota itu sendiri.

Pelaksanaan Polmas di Brimob bagaimana?

Polmasnya sama sebagaimana kami terapkan di Ternate dulu, Polmas untuk Brimob sudah ada pedoman pelaksanaan Polmas sudah diterbitkan Kakor Brimob dan itu memang berbeda dengan Polmas dengan satuan kepolisian wilayah. Brimob Polmasnya Brimob ikatan regu atau kelompok, Polmasnya wilayah kan sendirian. Makanya dengan digabungnya dengan kegiatan agama itu dia ada posko ditempat-tempat ibadah itu. Kalau poskonya di warga masyarakat kita nggak bisa ngontrol. Dengan kegiatan agama maka dia belajar silaturahmi dari ke rumah-rumah, mengenalkan diri nama. Misalnya nama saya Haris saya dari Masjid Mujahidin Brimob Rawa Laut, saya menawarkan bapak ke mesjid untuk salat berjamaah. Lalau setelah salat diajak ngobrol. Ngobrolnya agama memang awalnya cerita tentang dunia kamtibmas dan bicara agama

Anda sekarang masih menjalani kegiatan dakwah ini ?

Insyaallah masih.

Banyak nggak anggota yang tertarik?

Banyak. Tiap akhir minggu, sebanyak 14 sampai dengan 20 orang kita keluarkan jemaah untuk ikut kegiatan agama bersama santri, anggota masyarakat luar. Jadi tidak untuk anggota kita saja. Dengan demikian masyarakat kenal dengan warga. Kalau kita tanya setelah mereka iktikaf tiga hari itu anggota sudah bisa mengaji salat, pulang lebih santun dan jaringan lebih luas. Nah, bicara jaringan, empat bulan saya di sini jaringan saya sudah banyak, sebab jaringan ini diperoleh dari pendakwah-pendakwah itu, jadi informasi kita lebih banyak Dan untuk diketahui ikut dakwah ini bukan untuk ketenaran dunia. Saya ikut untuk memperbaiki diri saya dan bersilaturahmi dengan warga. Karena janji Allah bagi orang yang bersilaturahmi maka akan dipanjangkan umurnya, diampuni dosa-dosanya, diluaskan rezekinya. Bagaimana tidak panjang umurnya kalau saya saja bertemu dengan Anda bawaannya guyon-guyon, tertawa melulu, nah dengan demikian lupa dengan berbagai masalah-masalah,sebab kita berbicara iman dan amal saleh, tidak bicara kejelekan orang, bicara iman maka iman kita meningkat. Diluaskan rezekinya mana tahu kalau saya bersilaturahmi ke rumah bapak, bapak ada jeruk, apel. Kita tidak berharap demikian namun kita hanya berharap kepada Allah. Lalu diampuni dosa-dosanya, dan ini adalah janji Allah.

Lalu dari visi, misi ini Brimob mendukung?

Ya. Sebab menurut saya pembinaan rohani penting. Bukan hanya pembinaan fisik, administrasi, operasional, jasmani. Rohani paling penting karena kalau orang hanya mementingkan jasmani saja dan tidak memikirkan rohani maka orang tersebut akan bersipat hedonisme lalu materialistis. Tapi kalau kebutuhan rohani telah diberi makan maka tersebut akan pandai bersyukur, Alhamdulillah ada rezeki. Hidupnya akan lebih makmur dan bahagia. Karena bahagia bukan karena jabatan dan harta, kebahagian itu bila seseorang menjalankan agama dengan cara sempurna. Kalau Allah letakkan kebahagian hidup dalam harta maka hanya orang berharta saja yang bahagia. Kalau Allah meletakkan kebahagian dalam pangkat maka hanya orang memiliki pangkat saja yang bahagia yang tidak mempunyai pangkat maka tidak akan bahagia. Kalau rohani polisi tidak kuat maka dia akan mencari tambahan dengan cara melenceng, tapi bila rohaninya kuat maka dia akan cari tambahan dengan cara yang halal. Apalagi polisi ini banyak yang jadi ‘kontraktor’, rumah mengontrak lalu kredit motor. Brimob ditata rohaninya agar menjadi baik. Karena Brimob juga banyak yang ‘kontraktor’,rumah kontrak kredit motor. Hanya 20 persen yang memiliki rumah sementara 80 persen kontrak. Yang menjadi persoalannya, biasanya godaan, karena ada imej masak polisi miskin? Itulah dengan ilmu agama tadi anggota dapat menjelaskan kepada warga bahwa tidak setiap polisi miskin, ada yang kaya mungkin pintar berbisnis, polisi banyak temannya mungkin juga dia dapat warisan dari orang tuanya, atau disokong oleh keluarganya.Kalau ada imej bahwa polisi itu kaya dengan cara yang kurang baik maka itu harus dibuktikan dan kita suuzon lagi.

Dalam beberapa bulan ini, setelah Anda bertugas di sini apakah ada anggota yang berubah prilaku?

Insyaallah ada. Kemarin saya mengajak anggota ikut kegiatan pesantren kilat tiga hari, ada yang berubah prilakunya.Yang merubah sifat ini bukan kita tapi Allah, kita hanya berdoa ya Allah rubahlah sifat si A ini.

Ada yang menolak kegiatan?

Ada. Kita telah memperintahkan tapi dia nolak-nolak begitu. Alasannya istri sakit, padahal istrinya tidak sakit. Tapi begitu dia keluar rumah katanya kepada isterinya dia ikut program agama. Nggak tahunya dia bergaul diluar, timbul masalah, dia dugem.Uang habis nggak mau bayar akhirnya ribut. Diajak ibadah nggak mau tapi maksiat mau akhirnya ketangkap juga. Itulah hukuman yang ditunjukkan Allah, dia mendapat tarbiyah (pendidikan) sendiri.

Anda sendiri mempunyai motto dalam hidup?

Banyak. Saya menerapkan prinsip, tiada hari tanpa kawan baru. Lalu, jiwa ragaku demi kemanusiaan. Dan dalam berbuat saya punya motto, orang lain baru berfikir kami sudah berbuat. Dan, kami juga berprinsip, “Kami bukan yang terbaik, tapi kami akan lakukan yang terbaik.”(*)

Kargozari (Laporan) Karkun Mas Lilik :

http://liliekprasetyowidiyono.wordpress.com/2009/02/19/akbp-drs-waris-agono-msi-dan-usaha-dakwah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar