Sumber: http://imanyakin.wordpress.com/2008/07/26/membuka-kedok-jemaah-tabligh-bagian-3/
MALAM MARKAZ JEMAAH TABLIGH
Umumnya mereka berkumpul seminggu sekali dalam Ijtimaiyyat (Di Pakistan dikenali dengan istilah Shabi Jumat). Seluruh markaz dunia dan Negara mengadakan pertemuan di malam jumat sedangkan markaz daerah seperti Sukabumi di malam minggu, Bogor di malam minggu, tangerang di malam sabtu, dsb.
Di markaz Indonesia Masjid Kebon Jeruk setiap malam jumat hadir sekitar 5000 orang. Mereka ada yang berpakaian tentara, polisi, pegawai kantor, umumnya bergamis dan berwarna putih. Tidak ada komando khusus untuk berpakaian tetapi umumnya mereka menggunakan model jubah atau gamis Pakistan.
Di luar negeri sendiri malam markaz sama di malam jumat. Bahkan di markaz Sri Petaling yang megah sering disholati oleh sultan Malaysia.
Di Karachi hadir dalam malam markaz sekitar 23.000 orang. Di Peshawar sampai 2 kali malam markaz, yakni Sabtu dan Jumat karena membludaknya orang yang hadir padahal betapa besarnya markaz di sana. Di Faisalabad sampai dirikan markaz baru karena tak muat lagi tampung jemaah.
Bayangkan kekuatan amal ijtimaiyyat yang mereka buat setiap malam jumat bersambungan antar Negara dalam satu amal yang sama, apakah hal ini tak menarik pertolongan Allah SWT ? Bukankah Tangan Allah bersama Al Jamaah. Jemaah adalah kumpulan orang beriman yang satu fikir, satu hati, dan satu kerja.
TANTANGAN JEMAAH TABLIGH
Menurut ulama mereka, yakni Syaikh Yusuf Al Kandahlawi bahwa tantangan kerja Tabligh bukanlah para peminum khamar atau ahli maksiat tetapi tantangannya adalah orang dakwah juga tetapi hanya menyeru orang kepada ibadat saja.
Ngajak orang hanya sholat, dzikir, dsb. Tetapi tidak menyuruh orang untuk berdakwah kembali. Dia sholat dan ajak orang lain untuk sholat juga.
KRITERIA PARA PENENTANG JEMAAH TABLIGH
Tak semua penentang jemaah tabligh adalah penentang hakiki, tetapi kebanyakan mereka setelah begitu keras menentang jemaah yang datang ke tempat mereka lama kelamaan hati mereka menjadi lembut setelah melihat akhlak jemaah. Bahkan tak jarang mereka akhirnya bergabung dengan para tablighi buat kerja keluar di jalan Allah untuk sebarkan agama.
Adapun umumnya kriteria para penentang jemaah tabligh sbb :
1. Orang Yang Cinta Kepada Agama
Yakni para ustadz dan orang yang memiliki ilmu agama, dimana dia dipercaya di suatu kampong sebagai penghulu kampong atau ulama di tempat tersebut. Mereka menghalangi jemaah karena khawatir tersebarnya ajaran sesat di tempat mereka. Karena ketidaktahuan mereka terhadap jemaah tabligh dan kehati-hatian di dalam mengemban amanat agama agar umat tidak tersesat.
Biasanya type seperti ini karena keikhlasan mereka dan mereka tabayyun dengan jemaah akhirnya Allah lembutkan hati mereka, dan membiarkan jemaah membuat program di tempat mereka sambil diawasi. Ketika tidak terlihat perbedaan dalam ajaran barulah mereka terima jemaah. Hal ini banyak terjadi di daerah Jawa Timur dan Madura.
2. Orang Yang Cinta Kepada Bangsanya
Umumnya mereka para perangkat RT sampai kecamatan, dimana mereka khawatir aliran sesat masuk ke tempat mereka. Sehingga terkadang mereka wajibkan surat jalan, KTP, dsb. Setelah surat terpenuhi baru mereka menerima, tak jarang ketika melihat perubahan yang terjadi di tempat mereka barulah mereka simpati kepada jemaah bahkan sebagian mereka ada yang ikut ambil bagian dalam jemaah. Hal ini banyak terjadi di daerah Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dll.
3. Harokah Islam Yang Mempunyai Gerakan Politik
Dikarenakan jemaah tabligh tidak berpolitik dan bergerak terus menyebarkan ajarannya kepada umat Islam secara terbuka, maka hal ini potensi mengurangi suara mereka dalam PEMILU. Jemaah Tabligh tak bisa diperlakukan seperti oraganisasi lainnya dimana bisa dijadikan kantong suara dengan cara Bargaining Politik akan memberikan jabatan kepada Pemimpin Organisasinya. Sehingga Sang Pemimpin akan anjurkan anggotanya memilih salah satu Partai Politik dalam PEMILU. Tak ada satu ucapan yang mengomentari tentang PEMILU / Politik di antara mereka, tak ada anjuran untuk pilih partai tertentu.
Bahkan di saat PEMILU pun mereka tetap sibuk hantar jemaah tak terkesan dengan suasana PEMILU, karena menurut mereka pemimpin yang adil, jujur, amanat, saying rakyat akan Allah hadirkan mengikut amalan orang-orang Islam. Jika umat Islam mentaati Allah SWT, tidak maksiat maka sebagai rahmat yang turun balasannya adalah diberikan pemimpin yang saying kepada mereka. Jika orang Islam maksiat, tak mentaati perintah Allah SWT, maka biarpun pemimpin yang diangkatnya adil, jujur, sholeh, maka lambat laun pemimpin itu akan rusak juga. Mereka meyakini ketaatan datang bukan dengan bensa dan kekuasaan tetapi datang dengan USAHA DAKWAH.
4. Harokah Kajian Yang Mengatasnamakan Al Quran dan Al Hadits
Mereka mengatakan bahwa Jemaah Tabligh ahli BIDAH tidak betul dalam Uluhiyyah dan tanpa ILMU dalam ibadat.
Hal ini wajar jika dilihat dari ta’rif Ilmu seperti mereka. Ibarat orang sekolah maka dinamakan PELAJAR adalah orang yang sekolah saja, sedangkan orang yang tak sekolah walaupun bisa baca tulis, bisa servis mobil, elektronik, dsb, tetaplah dinamakan BUKAN PELAJAR.
Orang-orang yang terlibat dalam satu kajian menganggap orang berILMU adalah orang-orang yang IKUT dalam kajian mereka saja, sedangkan orang yang tidak ikut kajian mereka biarpun mengerti fiqh, qiroaat, hafidz, muhaddits, dst, TETAP bukanlah orang BERILMU di mata mereka. INTInya harus NGAJI sama mereka.
Kekerdilan dalam berfikir terlihat di antara para pengkritik dan seolah ingin matikan SUNNAH yang diamalkan oleh jemaah tabligh seolah tidak SAH karena tidak belajar dari mereka. Bahkan ada golongan yang berani berfatwa bahwa Jamaah Tabligh bukanlah Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Memang jemaah tabligh tak pernah mengekspose kata Ahli Sunnah wal Jamaah tetapi dari mata kita dapat melihat bahwa mereka amalkan SUNNAH Nabi dengan istiqomah dan mereka hidup di dalam Jemaah orang-orang Islam tanpa dibatasi territorial apapun.
Mereka tidak menyadari bahwa air yang mereka minum berbeda. Mereka minum dari sumber ulama, syaikh-syaikh yang ingin memerangi BIDAH dalam arti MADZHAB YANG EMPAT, hanya mau kembali kepada AL Quran dan As Sunnah.
Sedangkan orang tabligh di Khurasan (India, Pakistan, Banglades, Iran, Afghanistan) adalah orang yang minum dari sumber Hanafi. Mereka tak pernah tinggalkan Madzhab bukan karena tidak pakai Al Quran dan Al Hadits.
Jujur saja jika orang Islam dalam memahami Al Quran dan Al Hadits tanpa melihat Ulama maka itu adalah hasil pemahaman sendiri.
Di antara ulama Khurasan memberi tamsil : Jika orang ingin mencari BAKUL yang terbuat dari BAMBU apakah bisa dia dapatkan di kebun bambu? Walaupun BAKUL dari bambu tetapi untuk mencarinya bukan di kebun bambu melainkan di PENGRAJIN BAKUL.
Begitu pula amalan agama walaupun dari Al Quran dan Al Hadits tetapi tidak bisa kita beribadah dengan langsung menggunakan Al Quran dan Al Hadits tetapi harus melihat Ulama beramal karena mereka adalah Warotsatul Ambiyaa’.
Para ahli anti BIDAH sering mengatas namakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim, padahal orang tabligh pun memakainya dalam kitab Fadhilah A’maal, lihatlah dalam Fadhilah Dzikir dengan seksama.
5. Orang Ahli Fitnah Dengan Prinsip Yang Penting Bukan JT
Yakni orang yang tak tabayyun terlebih dahulu, hanya membaca dari selebaran, atau ikut-ikutan orang lain. Karena kebanyakan kecaman terhadapa Jemaah Tabligh dibuat secara terbuka di Koran, majalah Islam, atau internet. Orang yang berhati kotor, ada kebencian, hasad, maka langsung menelannya dan sebarkan fitnah. Seperti beberapa khotib menyuarakannya dalam mimbar-mimbar jumat.
Umumnya kecaman dengan gaya yang sama, dan itu itu saja yang dibicarakan, seperti : Orang tabligh menyembah kubur, meninggalkan anak isteri Dzolim, mengotori masjid, dunianya / perdagangannya bangkrut gara-gara keluar, hajinya ke Pakistan bukan ke Makkah, dll.
Dan semua ini kalau diusut berasal dari satu kitab yang ditulis oleh orang yang tak dikenal keilmuannya yakni TUWARIJI yang beredar di seluruh dunia, yakni kitab HUJJATUL BALIGHOH. Yang sangat mengherankan terkadang orang yang memfitnah berani mengakui pernah ikut dalam Jamaah Tabligh, tetapi umumnya setelah ditanya tentang istilah-istilah yang merupakan bahasa hari-hari jamaah mereka tak mengetahuinya, misalnya ditanya : halaqohnya dimana? Istilah Tasykil, Tafaqud, Targhib, Zihn, Zumidar, dll.
Mereka seperti anak kecil yang punya mainan yang tak boleh dipinjam oleh siapapun, sehingga mereka hanya ingin agama jaya lewat tangan mereka, yang lain gak boleh.
Terkadang cacian kepada Jemaah Tabligh tidak menguntungkan mereka sedikitpun bahkan merugikan mereka secara waktu, harta dengan selebaran, dsb. Dan terkadang mereka paham dari orang tabligh yang baca hasutan mereka hanya sedikit saja yang terpengaruh, gak banyak. Itu pun hanya orang yang tak ikut tertib tabligh dengan betul, dan orang yang cari keuntungan dunia atau salah niat dalam tabligh.
Namun mereka sudah disemangati oleh prinsip : “YANG PENTING BUKAN TABLIGH”. Mereka kompak untuk akhirnya dalam kekecewaan dunia dan akhirat.
Syaikh Saad Al Kandahlawi dalam ceramahnya katakana :
“Orang yang menentang kerja dakwah seperti membenturkan kepala ke karang yang besar, pasti akan hancur.”
Tertib di dalam Al Quran : Jika Dakwah datang maka orang yang menerimanay akan dimuliakan, sedangkan orang yang menolaknya bahkan menghinanya akan dihancurkan ALLAH SWT.
Bersambung…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar