 
  
lanjutan ARTIKEL sebelumnya
Adapun amalan yang selayaknya dilakukan oleh setiap muslim yang 
memiliki kemampuan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini adalah 
sebagai berikut:
Pertama, haji dan umrah. Rasulullah bersabda, “Satu 
umrah ke umrah lainnya menjadi penghapus dosa-dosa di antara keduanya, 
dan haji yang mabrur tidak ada balasan yang setimpal untuknya selain 
surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan 
ikhlas demi meraih ridha Allah dan dikerjakan sesuai tuntunan 
Rasulullah. Ciri utamanya adalah keimanan, ketakwaan, dan amal shalih 
pelakunya setelah mengerjakan haji mengalami peningkatan ke arah yang 
lebih baik.
Ketiga,  Shaum sunnah, yaitu shaum sunnah antara 
tanggal 1-9 Dzulhijah. Minimal mengerjakan shaum sunnah Arafah tanggal 9
 Dzulhijah bagi selain jama’ah haji.
Shaum sunnah adalah amal shalih yang sangat dicintai oleh Allah. 
Allah bahkan menganggap Dzat-Nya sebagai pemilik khusus shaum, dan Allah
 sendiri yang akan memberikan balasannya. Sebagaimana disebutkan dalam 
hadits qudsi bahwa Allah berfirman, “Semua amal anak manusia untuk 
dirinya sendiri, kecuali shaum, karena sesungguhnya shaum itu untuk-Ku 
dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika kita tidak mampu memperbanyak shaum sunnah pada sembilan hari 
pertama bulan Dzulhijah ini, maka setidaknya kita melaksanakan shaum 
hari Arafah pada tanggal sembilan Dzulhijah. Rasulullah  bersabda 
tentang keutamaan shaum hari Arafah.
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“Shaum hari Arafah, aku mengharap Allah menghapuskan dengannya dosa satu tahun sebelumnya dan dosa satu tahun sesudahnya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Empat, shalat wajib lima waktu secara berjama’ah di masjid dan memperbanyak shalat sunnah.
Sebaiknya setiap muslim menjaga pelaksanaan shalat sunnah Rawatib, 
shalat Dhuha, shalat Tahajud, shalat Witir, shalat tahiyatul masjid, dan
 shalat sunnah lainnya. Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman, 
“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan 
sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Lima,  tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan dzikir
Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak bacaan tasbih, tahmid, 
tahlil, takbir, dan dzikir pada sepuluh hari pertama Dzulhijah berdasar 
firman Allah,
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي 
أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ 
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan 
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan 
atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang 
ternak.” (QS. Al-Haj (22): 28)
Dari Ibnu Umar dari Nabi SAW bersabda :  
عَنِ  ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ قَالَ : مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلَا أَحَبُّ 
إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ 
فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيد
“Tiada hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal kebaikan 
pada hari tersebut lebih dicintai oleh Allah, melebihi sepuluh hari 
pertama bulan Dzulhijah ini. Maka hendaklah kalian memperbanyak tahlil, 
takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
Imam Bukhari berkata, “Ibnu Umar dan Abu Hurairah RA keluar ke pasar 
pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah. Keduanya mengumandangkan 
takbir, maka orang-orang mengikuti keduanya dalam mengumandangkan 
takbir. Ibnu Umar juga mengumandangkan takbir dari dalam tendanya di 
Mina, maka jama’ah masjid yang mendengarnya ikut mengumandangkan takbir.
 Mendengar hal itu, orang-orang di Pasar ikut mengumandangkan takbir, 
sehingga Mina bergemuruh dengan suara takbir. Pada hari-hari tersebut, 
Ibnu Umar mengumandangkan takbir di Mina, setelah shalat wajib, di atas 
kasur, tenda, tempat duduk, dan jalan yang dilaluinya. Ia bertakbir pada
 seluruh hari tersebut.”
Enam. sedekah.
Sedekah secara umum hukumnya sunnah, dan nilai kesunnahannya pada 
sepuluh hari pertama bulanDzulhijah ini semakin kuat. Allah SWT 
berfirman (yang artinya).
 “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang 
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih 
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus 
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. 
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah
 [2] : 261).
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang 
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa 
yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka 
Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” 
 (QS. Saba (34) : 39).
Tujuh. Menyembelih hewan kurban
Di antara bentuk sedekah adalah menyembelih hewan kurban dan 
membagi-bagikan dagingnya kepada kaum muslimin pada tanggal 10 
Dzulhijah.
Dari Anas bin Malik RA berkata, “Nabi SAW berkurban dengan 
menyembelih dua ekor domba yang berwarna putih dan bertanduk dua. Beliau
 membaca bismillah dan takbir, menekankan kakinya ke sisi leher domba, 
dan menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sepertiga untuk yang berkurban dan panitia, sepertiga untuk hadiah kepada kaum muslimin, sepertiga untuk yang memerlukan.
Selain amalan-amalan di atas, terdapat banyak amalan yang selayaknya 
digalakkan. Antara lain: membaca Al-Qur’an, membaca istighfar, berbakti 
kepada orang tua, menyambung tali kekerabatan, menyebar luaskan salam, 
memberikan makanan, mendamaikan dua pihak yang bersengketa, amar ma’ruf 
dan nahi munkar, menjaga lisan dan kemaluan, berbuat baik kepada 
tetangga, memuliakan tamu, memberi nafkah kepada keluarga, mengasuh anak
 yatim, menengok orang sakit, membantu kesulitan orang lain, menunaikan 
amanat, mengembalikan barang titipan, melunasi hutang, dan lain 
sebagainya. Wallahu a’lam bishshawab. Dari berbagai sumber. Kudus, 6 
Oktober 2013/01 Dzulhijjah 1434 H. Al Faqir Ilal ‘Aliyyil Qadir.*/Abu Ali Haidar
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar